Sariputta | Suttapitaka | Konsentrasi Sariputta

Konsentrasi

Samādhi, Paṭisallāna (SN 22.5–6)

Demikianlah yang kudengar. Di Sāvatthī … Di sana Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: “Para bhikkhu, kembangkanlah konsentrasi. Seorang bhikkhu yang terkonsentrasi memahami hal-hal sebagaimana adanya.

“Dan apakah yang ia pahami sebagaimana adanya? Asal-mula dan lenyapnya bentuk; asal-mula dan lenyapnya perasaan; asal-mula dan lenyapnya persepsi; asal-mula dan lenyapnya bentukan-bentukan kehendak; asal-mula dan lenyapnya kesadaran.

“Dan apakah, para bhikkhu, asal-mula bentuk? Apakah asal-mula perasaan? Apakah asal-mula persepsi? Apakah asal-mula bentukan-bentukan kehendak? Apakah asal-mula kesadaran?

“Di sini, para bhikkhu, seseorang mencari kesenangan, ia menyambut, ia menggenggam. Dan dalam apakah ia mencari kesenangan, apakah yang ia sambut, apakah yang ia genggam? Ia mencari kesenangan di dalam bentuk, menyambutnya, dan menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kesenangan muncul. Kesenangan di dalam bentuk adalah kemelekatan. Dengan kemelekatannya sebagai kondisi, maka penjelmaan [muncul]; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, maka penuaan-dan-kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan muncul. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

“Ia mencari kesenangan di dalam perasaan … di dalam persepsi … di dalam bentukan-bentukan kehendak … di dalam kesadaran, menyambutnya, dan menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kesenangan muncul … Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

“Ini, para bhikkhu, adalah asal-mula bentuk; ini adalah asal-mula perasaan; ini adalah asal-mula persepsi; ini adalah asal-mula bentukan-bentukan kehendak; ini adalah asal-mula kesadaran.

“Dan apakah, para bhikkhu, lenyapnya bentuk? Apakah lenyapnya perasaan? Apakah lenyapnya persepsi? Apakah lenyapnya bentukan-bentukan kehendak? Apakah lenyapnya kesadaran?

“Di sini, para bhikkhu, seseorang tidak mencari kesenangan, ia tidak menyambut, ia tidak menggenggam. Dan dalam apakah ia tidak mencari kesenangan? Apakah yang tidak ia sambut? Apakah yang tidak ia genggam? Ia tidak mencari kesenangan di dalam bentuk, tidak menyambutnya, tidak menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kesenangan di dalam bentuk menjadi lenyap. Dengan lenyapnya kesenangan, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan … Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

“Seseorang tidak mencari kesenangan di dalam perasaan … … di dalam persepsi … di dalam bentukan-bentukan kehendak … di dalam kesadaran, tidak menyambutnya, tidak menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kesenangan di dalam kesadaran lenyap … Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

“Ini, para bhikkhu, adalah lenyapnya bentuk; ini adalah lenyapnya perasaan; ini adalah lenyapnya persepsi; ini adalah lenyapnya bentukan-bentukan kehendak; ini adalah lenyapnya kesadaran.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com