Sariputta | Suttapitaka | ISTANA CITTALATA Sariputta

ISTANA CITTALATA

Citta­latāvi­mānavat­thu (Vv 75)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, di Hutan Jeta. Pada waktu itu, ada seorang umat awam yang mencari nafkah dengan cara bekerja untuk orang lain. Dia memiliki keyakinan dan menopang sendiri orang tuanya yang lanjut usia, karena pada pikirnya, “Perempuan yang ditempatan dirumah tangga akan menjadi penguasa rumah itu. Jarang ada perempuan yang menghormati keluarga suaminya.” Maka dia hidup seperti itu dengan menjaga peraturan moral dan menjalankan Athasila pada hari Uposattha. Setelah meninggal, dia terlahir lagi diantara alam Tiga-Puluh-Tiga dewa dengan Istana duabelas yojana. Y.M. Maha-Moggallana, ketika datang seperti yang telah diceritakan sebelumnya, bertanya kepadanya:

1. “Bahkan seperti Hutan Cittalata yang bersinar, tempat hiburan yang terbaik dan tinggi di alam Tiga-Puluh (-Tiga) dewa, demikian pula berdiri Istanamu ini ditengah-udara, bersinar.

2. Engkau, yang telah mencapai kekuatan kesaktian para dewa, sungguh memiliki keagungan yang besar. Tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”

3. Dewa-muda itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana…menjelaskan tindakan apa yang telah menghasilkan buah itu.

4. “Ketika saya terlahir sebagai manusia diantara manusia, saya adalah pekerja yang miskin, papa, serta sengsara; saya menopang orang tuaku yang lanjut usia, dan mereka yang luhur sangat berarti bagiku.

5. Dengan pikiran yang penuh keyakinan dan engan penuh hormat, saya memberikan makanan dan miniman, pemberian yang melimpah.

6,7. Karena inilah maka keelokaknku sedemikian rupa … dan keelokanku menyinari segala penjuru.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com