Sariputta | Suttapitaka | ISTANA PENJAGA – BARLI Sariputta

ISTANA PENJAGA – BARLI

Yava­pālaka­vi­mānavat­thu (Vv 71)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha, di Hutan Bambu. Pada waktu itu, seorang pemuda miskin bekerja menjaga ladang barli. Untuk makan paginya, dia membawa kummasa. Ketika dia sedang duduk untuk makan, datang ke tempat itu seorang Thera yang kekotoran batinnya telah hancur. Pemuda itu bertanya,”Apakah Yang Mulia sudah memperoleh makanan?” Thera itu diam, tidak menjawab. Meliaht hal ini, pemuda itu mengartikan “Belum.” Maka, dia pun berkata, “Bhante, sudah terlambat untuk mengumpulkan dana makanan sekarang. Saat ini sudah amat dekat dengan jam makan; berbelas kasihanlah kepada saya, dan silahkan makan kummasa ini.” Karena welas asihnya, Thera itu pun makan sementara pemuda itu melayani beliau. Kemudian, setelah berterima kasih kepada pemuda itu, beliau pun pergi. Dengan bakti dipikirannya, pemuda itu berpikir telah melakukan hal yang baik dengan berdana kepada manusia yang mulia itu. Ketika kemudian dia meninggal, dia terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa dengan sebuah Istana sebagaimana telah dijelaskan di atas. Y.M. Maha – Moggallana bertanya kepadanya:

1,2 “Sungguh tinggi Istana ini dengan tugu-tugu yang berhias permata … dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”1

3. Dewa – muda itu, karena gembira … tindakan apa yang telah menghasilkan buah itu.

4. “Ketika terlahir sebagai manusia di antara manusia, saya adalah penjaga ladang barli. Saya melihat seorang bhikkhu yang tidak mempunyai kekotoran batin, tenang pikirannya, tanpa kebingungan,

5. Kepada beliau, saya –karena memiliki keyakinan memberikan satu porsi (kummasa) dengan tanganku sendiri. Karena telah memberikan sebongkah kummasa, kini saya bersukacita di Hutan Nandana.

6. Karena inilah maka keelokanku menyinari rupa…dan keelokanku menyinari segala penjuru.”

Catatan :

Seperti di 70, syair 1.2

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com