Sariputta | Suttapitaka | ISTANA PEMBERIAN – BUAH Sariputta

ISTANA PEMBERIAN – BUAH

Phala­dāyaka­vi­mānavat­thu (Vv 67)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha, di Hutan Bambu. Pada waktu itu, Raja Bimbisara ingin makan buah mangga yang belum musim. Tukang kebun, walaupun mengetahui kesulitannya, berjanji untuk berusaha sebaik-baiknya mencari buah mangga dengan cara-cara yang dipaksakan. Ketika ada empat buah mangga yang telah masak, dia memetiknya untuk raja. Tetapi ketika melihat Y.M. Maha Moggallana yang sedang berjalan untuk mengumpulkan dana makan, dia berpikir, “Saya akan memberikan buah mangga ini kepada manusia yang pantas memperolehnya. Saya rela bila raja akan mambunuhku atau membuangku, karena swungguh tidak berarti tindakan jasa di sini dan kini jika diberikan kepada raja. Sebaliknya, sungguh tak terhingga tindakan jasa di sini dan kini serta di masa mendatang jika berdana kepada manusia yang mulia ini.” Karena itu, dia memberikan buah mangga itu kepada Thera tersebut dan memberitahu raja. Raja mengirimkan orang-orangnya, dan berkata, “Periksalah apakah yang telah dikatakannya kepada ku itu benar. “Y.M. Maha Moggalana kemudian memberikan buah mangga itu kepada Sang Buddha, yang kemudian membagikan juga pada para Thera, yaitu Sariputta, Maha Moggalana, dan Maha-Kasapa Thera. Mendengar hal ini, raja merasa gembira melihat keberanian tukang kebun itu, sehingga raja pun memberinya sebuah desa, pakaian, perhiasan, dan menyuruhnya agar juga memberikan jasa tindakan itu kepadanya. Tukang kebun itu menjawab: “Saya berdana, tuanku; silakan memilih perolehan sesuka Baginda.’Ketika tukang kebun itu meninggal, dia terlahir lagi di antara alam Tiga-Puluh-Tiga dewa dengan Istana keemasan enambelas yojana. Y.M. Maha Moggallana bertanya kepadanya:

1 “Sungguh tinggi Istana ini dengan tugu-tugu yang berhias permata, enam belas Yojana kelilingnya, ada tujuh ratus aula berpinakel yang elok dan pilar-pilar batu permata hijau-laut indah yang dilapisi logam berkilau.1

2. Disana engkau berdiam dan minum serta makan, sementara kecapi-kecapi surgawi melantunkan melodi; dan delapan kali delapan putrid-dewa, yang terlatih dan cantik, penghuni-penghuni agung dari alam Tiga Puluh (-Tiga) 2 dewa menari, menyanyi, bersenang-senang.

3. Engkau, yang telah mencapai kekuatan kesaktian para dewa, sungguh memiliki keagungan yang besar. Jasa kebajikan apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”

4. Dewa-muda itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan itu menjelaskan tindakan apa yang telah menghasilkan buah itu.

5. “Pemberi-buah akan memperoleh buah yang melimpah.3 Berdana dengan pikiran yang penuh keyakinan kepada mereka yang hidup lurus, dia akan bersukacita di antara alam Tiga-Puluh(-Tiga)4 dewa karena memperoleh surga, dan mengalami buah tindakan jasa yang melimpah. Begitu juga, O, petapa yang agung, saya dahulu telah memberikan empat buah.

6. Oleh karenanya, perlulah bagi orang yang mencari kebahagiaan serta kesejahteraan yang tiada-henti untuk menghasilkan buah-tidak peduli apakah dia menginginkan kebahagiaan surgawi atau menginginkan kesenangan di antara manusia.

7. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa … dan keelokanku menyinari segala penjuru.

Catatan :

Lihat catatan untuk 54.1.
Vv dan VvA. Keduanya menuliskan –vara, yang besar. Be, Ce menuliskan – cara (huruf v dan c di dalam bahasa Sinh. Dan Burma itu mirip sehingga sering tertukar bila membaca Mss). Tetapi VvA. Jelas menuliskan – cara. Tidasacara, “para penghuni Tidasa” lebih masuk di akal. Lihat juga 80.3.
Yaitu, dari tindakan jasa, VvA. 290.
tidiva, secara harfiah surga dari alam Tiga dewa, karena diva berarti surga. VvA.290 menjelaskan dengan Tavatimsabhavana, tempat berdiam Tiga-Puluh-Tiga, dan ThagA.ii.225 dengan Tusita-devaloka, alam-dewa (yang disebut) Tusita.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com