Sariputta | Suttapitaka | ISTANA CHATTA, SEORANG PEMUDA BRAHMANA Sariputta

ISTANA CHATTA, SEORANG PEMUDA BRAHMANA

Chatta­māṇava­ka­vi­mānavat­thu (Vv 53)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, di Hutan Jeta. Pada waktu itu, ada putra brahmana bernama Chatta yang telah selesai belajar di bawah bimbingan seorang brahmana Setavya. Ketika pulang, orang tuanya memberi uang seribu kahapana untuk diberikan kepada gurunya. Maka dia pun berangkat menuju Setavya untuk membayar brahmana Setavya itu. Para pencuri mendengar hal ini dan mereka merencanakan untuk membunuh Chatta dan merampas uangnya di tengah jalan. Yang Terberkahi-ketika muncul dari pencapaian kasih saying yang besar – berangkat di pagi hari dan duduk di bawah pohon di jalan yang akan dilalui pemuda itu. Ketika pemuda itu lewat, Sang Buddha bertanya kepadanya mengenai misinya, dan selanjutnya menanyakan apakah dia mengetahui perihal tiga perlindungan dan lima peraturan. Chatta mengatakan tidak, dan Yang Terberkahi mengajarkan hal itu kepadanya untuk dipelajari.

1. “Beliau – pembicara yang paling agung di antara manusia, manusia bijaksana dari suku Sakya, Yang Mulia, yang telah menyelesaikan tugasnya, yang telah menyeberang, dilengkapi dengan kekuatan dan semangat1 – datanglah untuk berlindung pada Pelaku-Kebajikan ini.

2. 2Kepada Dhamma ini, tanpa gairah yang bergejolak, tanpa nafsu keinginan, tanpa kesedihan, tak – terbentuk, bukannya tidak menyenangkan, manis, dijelaskan dan dianalisa dengan baik – datanglah untuk berlindung pada Dhamma ini.

3 Dan tentang hal itu mereka mengatakan : sungguh besar buah dari perbuatan berdana kepada manusia-manusia murni yang empat pasang itu – dan delapan inilah manusia-manusia merupakan para Penglihat – Dhamma – datanglah untuk berlindung pada Sangha ini.”

Para pencuri mengepung dan membantai pemuda itu serta merampas uangnya ketika dia sedang mengingat hal-hal ini di dalam hatinya sepanjang perjalanannya. Tetapi dia terlahir kembali di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa dengan Istana sebesar tiga puluh yojana yang memancarkan sinar seluas dua puluh yojana. Penduduk Setavya yang menemukan jasad pemuda itu memberitahukan hal ini kepada orang tuanya, sedangkan penduduk Ukkattha memberitahu gurunya. Upacara pemakaman diadakan. Yang Terberkahi pun berkenan hadir agar Chatta memiliki kesempatan untuk menampakkan diri dan dengan demikian mengungkapkan pada banyak orang tentang tindakan-tindakan yang telah dilakukannya. Chatta pun berpikir demikian, dan dia datang dengan Istananya. Orang-orang bertanya-tanya : apakah ini dewa atau Brahma ? Maka, Yang Terberkahi bertanya kepadanya untuk menjelaskan tindakan jasa yang telah dilakukan oleh dewa-muda itu :

4. “Matahari di langit atau rembulan atau bintang-bintang Phussa tidaklah bersinar secemerlang sinar agung yang tiada bandingnya ini. Siapakah engkau yang telah dating ke bumi dari alam-dewa ?

5. Dan sinar cemerlang yang menebar seluas dua puluh yojana memotong cahaya pemberi cahaya. Istana elok yang sempurna, murni dan tanpa noda membuat bahkan malam hari pun (tampak) bagaikan siang.

6. Dengan berbagai teratai warna-warni dan lili air, bertabur bunga-bunga dan beraneka hiasan, ditutup dengan jarring emas yang tanpa debu dan tanpa-noda, Istana itu bersinar di langit bagaikan matahari itu sendiri.

7. Mengenakan pakaian merah dan kuning, harum dengan aroma gaharu, piyangu an cendana, para pria dan wanita3, mereka dengan paras indah dan bersinar bagaikan emas, memenuhi Istana bagaikan bintang-bintang memenuhi cakrawala.

8. Di sini mereka dengan berbagai aspeknya, di sini mereka bergembira dengan bunga-bunga dan hiasan-hiasan yang dipakai, menebarkan wewangian yang dihembus angin, dengan beraneka hiasan dan seluruhnya tertutup emas.

9. Pengendalian diri apakah yang menghasilkan buah ini? Dari tindakan apakah maka engkau muncul di sini, dan bagaimana engkau bisa memperoleh Istana ini ? Ketika ditanya, jelaskanlah caranya langkah demi langkah.”

Dewa-muda itu menjelaskannya dalam syair – syair ini :

10. “Karena Sang Guru telah datang menemui pemuda brahmana di jalan ini serta mengingatkan dia dengan kasih sayang, dan karena setelah mendengarkan Dhamma dari Engkau, O, Permata Tertinggi, Chatta mengatakan ‘Saya akan melakukannya`,

11. Saya menghampiri Sang Penakluk Agung untuk berlindung, serta Dhamma, demikian juga Sangha para bhikkhu. Pada awalnya saya mengatakan ‘tidak,’ Bhante yang terhormat ; namun setelah itu saya melakukan salah bhante dengan keyakinan.

12. Jangan hidup secara tidak murni dengan menyakiti makhluk apa pun yang bernafas, karena manusia-manusia bijaksana tidak memuji kurangnya pengendalian diri terhadap makhluk-makhluk yang bernafas. Pada awalnya saya menyatakan ‘tidak,’ Bhante yang terhormat; namun setelah itu saya melakukan saran Bhante dengan keyakinan.

13. Dan jangan (mengambil) apa yang dijaga oleh orang lain; jangan berpikir untuk mengambil apa pun yang tidak diberikan. Pada awalnya saya mengatakan ‘Tidak,’ Bhante yang terhormat; namun setelah itu saya melakukan saran Bhante dengan keyakinan.

14. Dan jangan pergi kepada istri-istri orang lain, kepada mereka yang dijaga oleh pria lain – hal ini tidak bersifat ariya. Pada awalnya saya mengatakan ‘tidak,’ Bhante yang terhormat namun setelah itu saya melakukan saran Bhante dengan keyakinan.

15. Dan jangan berucap bohong, atau apa yang sebaliknya, karena manusia-manusia bijaksana tidak memuji ucapan bohong. Pada awalnya saya mengatakan ‘Tidak,’ Bhante yang terhormat; namun setelah itu saya melakukan saran Bhante dengan keyakinan.

16. Dan jangan minuman keras yang menyebabkan persepsi4 meninggalkan manusia – jaukan diri dari itu semua. Pada awalnya saya mengatakan ‘Tidak,’ Bhante yang terhormat; namun setelah itu saya melakukan saran Bhante dengan keyakinan.

17. Sesungguhnya, ketika menjalankan lima pelatihan di sini dan hidup sejahtera di dalam Dhamma Sang Tathagata, saya bertemu pencuri-pencuri di jalan di antara dua batasan desa.5 Mereka membantaiku di sana demi memperoleh hartaku.

18. Sejauh inilah yang saya ingat tentang perbuatan bajik; di luar itu tak ada (perbuatan bajik) lain yang ada bagiku. Karena perilaku yang baik, saya muncul melalui karma di alam Tiga Puluh (-Tiga) dewa dan bersukacita sesuka hati.6

19. Lihatlah buah dari hidup sesuai Dhamma dan dari mempraktekkan pengandalian diri selama sejenak, satu saat saja, 7sementara banyak yang hanya memiliki sedikit sukacita merindukan perolehanku karena melihatku bersinar seakan-akan berada di dalam kemuliaan.

20. Lihatlah bagaimana melalui ajaran yang sedemikian ringkas saya telah pergi menuju kelahiran yang baik dan mencapai kebahagiaan; jadi saya pikir mereka yang senantiasa mendengar Dhamma pasti mencapai alam Tanpa-Kematian, alam yang aman.

21. Bahkan walaupun hanya sedikit yang dilakukan di dalam Dhamma Sang Tathagata, akan ada buah yang besar, buah yang tersebar-luas. Lihatlah bagaimana Chatta, melalui tindakan jasa yang melakukan, menyinari bumi bahkan seperti matahari.

22. Apakah perbuatan bajik yang bisa kita lakukan ini? Demikian beberapa orang berembuk bersama. Seandainya kita memperoleh status manusia lagi, marilah kita hidup8 menjalankan kebiasaan-kebiasaan moral pada waktu kita menjalani kehidupan.

23. Dan Sang Guru – karena memiliki pelayanan dan kasih saying yang besar – dating padaku pada hari ketika saya berada di dalam kesulitan ini. 9Pada waktu itulah saya menghampiri Beliau yang sesuai dengan namanya: Milikilah kasih saying lagi agar saya dapat mendengarkan Dhamma.

24. Mereka yang di sini terbebas dari kemelekatan terhadap kesenangan – indera, dan terbebas dari kecondongan laten pada kemelekatan terhadap kehidupan, dan terbebas dari kebingungan, mereka ini tidak akan dating lagi ke ranjang kandungan, karena mereka telah menjadi dingin,. Dan telah pergi ke nibbana akhir.”

Setelah Sang Guru berbicara kepada kelompok itu, dewa-muda itu mengumumkan kemantapan kepada Yang Terberkahi dan meninggalkan kedua orang tuanya untuk kembali ke alam-dewa.

Catatan :

VvA. 230 dst., balavira.
Syair 2,3 mengutip MA.i, 131 dengan pergantian upemi (saya datang, atau pergi) untuk upehi (datang, imperatif); dan di AA. Ii. 107 dst.
Para devaputta dan devadhita, VvA 237.
Persepsi Dhamma, atau persepsi dunia, VvA. 241.
Demikian VvA. 241.
Diperlengkapi dengan berbagai jenis kesenangan-indera sebagaimana diinginkan, VvA. 241.
Yaitu, untuk satu saat yang amat pendek.
Terbaca viharemu dengan VvA. Dan Be berlawanan dengan vicaremu pada Ee.
iti me sati, ketika saya demikian.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com