Sariputta | Suttapitaka | ISTANA REVATI Sariputta

ISTANA REVATI

Revatī­vi­mānavat­thu (Vv 52)

Yang Terberkahi sedang berdiam di dekat Baranasi, di Isipatana di Taman Rusa. Pada waktu itu ada seorang uamt awam yang memiliki keyakinan, yang merupakan pendana dermawan dan pelayan Sangha bernama Nandiya.1 Orang tua Nandiya ingin agar Nandiya menikahi sepupunya yang bernama Revati.2 Namun kerena Revati tidak memiliki keyakinan dan tidak dermawan, Nandiya tidak bersedia. Suatu hari, ibu Nandiya menyuruh Revati untuk dating ke rumahnya dan membuat persiapan menjamu Sangha. Revati melakukan hal itu. Ibu Nandiya memberitahu putranya: “Dia sekarang akan menerima nasihat kita. “Maka Nandiya setuju menikahinya. Revati melahirkan dua putra. Nandiya mengadakan acara dana besar-besaran, dan membangun aula di vihara di Isipatana yang dia persembahkan kepada Sang Tathagata, dan menuangkan air persembahan di tangan Beliau. Pada saat itu juga, di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa munculah istana surgawi seukuran dua belas yojana dengan peri-peri sebagai pelayan. Ketika sedang berkelana, Y.M. Maha Moggalana melihatnya dan bertanya kepada Yang Terberkahi untuk siapakah istana itu. Yang Terberkahi mengatakansyair-syair ini :

1. 3”Bagi orang yang sudah lama pergi jauh dari rumah yang aman, sanak saudara, teman-teman, dan handai-tolan bersukacita menyambutnya pulang.

2. Demikianlah pelaku tindakan jasa pergi dari sini menuju alam berikutnya, tindakan-tindakan jasa itu menyambutnya bagaikan sanak saudara (menyambut) yang dicintai pada saat dia pulang.”

Mendengar hal ini, Nindiya merasa gembira dan memberikan dana-dana serta melakukan tindakan-tindakan jasa. Suatu ketika dia harus meninggalkan rumah untuk urusan dagang, maka dia berpesan kepada Revati agar melanjutkan hal itu dengan rajin. Istrinya setuju untuk terus memberikan dana kepada Sangha dan mereka yang membutuhkan sementara Nandiya pergi. Namun setelah beberapa hari, Revati menghentikan pemberiannya kepada yang membutuhkan. Dia memberikan makanan yang buruk kepada para bhikkhu dan kemudian mencecerkan potongan-potongan ikan dan daging di mana-mana agar para bhikkhu disalahkan. Ketika Nandiya pulang dan mendengar kejadian itu, dia mengirim Revati kembali ke rumahnya tetapi masih menyediakan lebih banyak kebutuhan bagi Revati. Setelah beberapa waktu, Nandiya meninggal dan terlahir lagi di alam Tiga-Puluh_tiga dewa di Istana yang telah disediakan baginya. Sementara itu, istrinya menghentikan semua dana dan terus-menerus mencaci dan menghina para bhikkhu dengan berkata, “Karena merekalah maka semua kekayaan dan perolehanku telah berkurang.”

Mereka Vessavana menyuruh dua yakkhanya untuk pergi ke Baranasi dan mengumumkan bahwa Revati akan dilemparkan ke neraka pada hari ketujuh sejak hari itu. Orang-orang yang mendengar hal ini merasa ketakutan, Revati pergi ke tingkat atas rumahnya, mengunci pintu, dan duduk di sana . Satu minggu kemudian, dua yakkha yang mengerikan- dengan rambut dan jenggot kuning kecoklatan yang bersinar, gigi-gigi yang bengkok dan mata yang merah bagaikan darah dst,- datangdan berkata : “Bangkit, O, Revati yang berwatak sangat jahat.” Mereka merenggut leher dan temboloknya, menariknya di sepanjang jalan sehingga semua orang bisa melihat kemudian menyeretnya melalui udara ke alam Tiga-Puluh-Tiga dewa dan kemudian membawa Revati yang berduka itu menuju neraka yang penuh sesak.4 Para pesuruh Yama melemparinya ke neraka yang penuh sesak itu. Seperti yang dikatakan :

3. “Bangkitlah, Revati yang berwatak sangat jahat, terbukalah pintu ke neraka, O, perempuan yang kikir. Kami akan membawamu ke tempat di mana mereka yang pergi ke alam-alam menderita akan benar-benar berduka, penghuni-penghuni neraka, yang dibuang ke dalam penderitaan yang mendalam.”

Hal ini dikatakan oleh mereka yang mengulang teks :

4. Setelah berkata demikian, kedua yakkha besar dan bermata merah tersebut, pesuruh-pesuruh Yama – masing-masing membawa Revati di satu tangan – berangkat menuju kelompok para dewa.

Setelah dibawa dengan cara demikian oleh dua yakkha ini menuju alam Tiga-Puluh Tiga dewa, Revati ditempatkan di dekat Istana Nandiya. Meliahat sinarnya yang menyerupai lengkungan matahari, dia bertanya kepada yakkha-yakkha ini :

5. “Milik siapakah Istana yang dipenuhi ornag ini, yang kemilau, bersinar bagaikan matahari, kediaman yang indah, tertutup jala emas yang berkialau bagaikan sinar matahari ?

6. Sekelompok perempuan, yang diminyaki cendana pilihan, memperindah Istana ini dari dalam dan dari luar sehingga keelokan Istana ini tampak seperti matahari. Siapakah yang telah mencapai surga, yang sedang bersukacita di Istana itu?”

Yakkha-yakkha itu memberitahunya :

7. “Di Baranasi ada seorang umat awam bernama Nandiya, yang tidak kikir, seorang pendana dermawan yang murah hati. Inilah Istananya, yang dipenuhi orang, yang berkilau bagaikan sinar matahari.

8. Sekelompok perempuan, yang diminyaki cendana pilihan memperindah Istana ini dari dalam dan dari luar sehingga keelokan Istana ini tampak seperti matahari. Dia, yang telah mencapai surga, sedang bersukacita di Istana itu.”

Kemudian Revati berkata :

9. “Dulu saya adalah istri Nandiya, ibu rumah tangga dengan kekuasaan atas semua keluarga. Sekarang saya akan bergembira di dalam Istana suamiku. Saya tidak ingin melihat neraka.”

Tetapi yakkha-yakkha itu berkata : “Apakah engkau ingin atau tidak, apa hubungan keinginan itu dengan kami?” Mereka lalu membawanya ke neraka dengan menyampaikan syair ini :

10. “Inilah neraka yang (dimaksudkan) bagi engkau yang berwatak sangat jahat. Di dunia tempat manusia hidup, tindakan jasa tidak dilakukan olehmu. Orang yang kikir, suka marah dan berwatak jahat tidak memperoleh persahabatan dari mereka yang telah pergi ke surga.”

Setelah berkata demikian, kedua yakkha itu langsung lenyap dari sana . Revati melihat dua penjaga neraka yang serupa, yang akan menyeret dan melemparkannya ke Neraka-Kotoran yang disebut Samsavaka. Maka dia bertanya :

11. “Apakah kotoran dan tahi yang terlihat, apakah bau busuk ini, tinja apakah yang bertiup kemari?”

12 “Inilah Samsavaka,5 seratus depa dalamnya, di situlah engkau, Revati, akan mendidih selama beribu-ribu tahun.”

Revati bertanya :

13. “Apakah tindakan (yang begitu) buruk yang dilakukan oleh tubuh, ucapan, dan pikiran – yang menyebabkan diperolehnya Samsavaka, yang seratus depa dalamnya?”

Mereka berkata :

14. “ Para petapa, brahmana dan pencari jalan suci yang lain pun engkau tipu dengan ucapan bohong : inilah kejahatan yang dilakukan olehmu.

15. Oleh karena itulah maka Samsavaka, yang seratus depa dalamnya, diperoleh olehmu; disitulah engkau, Revati, akan mendidih selama beribu-ribu tahun.”

Kemudian mereka memberitahukan siksaan-siksaan selanjutnya :

16 “Mereka memotonga tangan dan kemudian kaki; mereka memotong telinga dan kemudian hidung; dan kemudian segerombolan gagak yang dating berkerumun akan menyantap apa yang menggeliat itu.”

Sekali lagi Revati memohon dengan ratap tangis agar mereka membawanya kembali ke alam manusia :

17. “Sebaliknya engkau membawaku kembali. Saya akan melakukan banyak kebajikan melalui dana, hidup seimbang, terkendali, dan jinak. Mereka yang telah melakukan hal-hal ini merasa bahagia dan nantinya tidak akan menyesal.”

Sekali lagi para penjaga neraka itu berkata :

18. “Dulu engkau tidak waspada, sekarang engkau meratap. Engkau harus mengalami buah dari tindakan-tindakan yang telah kau lakukan sendiri.”

Dan Revati berkata :

19. “Siapa, yang datang dari alam dewa ke alam manusia, yang seharusnya berbicara kepadaku demikian ketika ditanya : ‘Berikanlah dana kepada mereka yang telah menyingkirkan gada, berikanlah pakaian, tempat tinggal, juga makanana serta minuman,

20. Karena yang kikir, suka marah, berwatak jahat, tidak memperoleh persahabatan dari mereka yang telah pergi ke surga.’

21. Seandainya saja-setelah pergi dari sini dan memperoleh kelahiran sebagai manusia – saya dermawan, memiliki kebiasaan moral, maka saya akan melakukan banyak kebajikan melalui tindakan berdana, hidup seimbang, terkendali, dan jinak.

22. Dan dengan pikiran yang penuh keyakinan, saya akan membangun taman-taman dan jalan-jalan di daerah yang buruk, dan tangki-tangki serta sumur-sumur.

23. Pada (hari-hari) ke-14, 15 dan 8 dari dua mingguan di bulan terang dan pada hari khusus pada dua mingguan yang berhubungan erat dengan (peraturan) berunsur-delapan.

24. Saya akan menjalankan Uposatha dan selalu terkendali lewat kebiasaan-kebiasaan moral, dan saya tidak akan teledor dalam berdana: hal ini benar-benar saya lihat sendiri.”

Hal ini dikatakan oleh mereka yang menulang teks :

25. Maka, dengan menjerit-jerit dan menggeliat di dalam kesakitan, Revati pun mereka lemparkan ke dalam neraka yang mengerikan itu, dengan kakinya di atas, kepalanya di bawah.

Revati menyampaikan syair penutup :

26. “Dulu saya kikir, orang yang mencaci para petapa dan brahmana, dan karena telah menipu suamiku lewat kebohongan, saya mendidih di dalam neraka yang sangat mengerikan.”

Kitab-kitab Komentar menyimpulkan dengan mengatakan6 :

Tidak ada devata di Istana Revati, namun karena cerita itu dihubungkan dengan pencapaian Istana Nandiya, dewa-muda itu, maka cerita ini dimasukkan ke dalam Istana-istana Pria.7

Catatan :

Ceritanya ada di DhA. Iii.290.
Perempuan ini adalah Revati dan sekaligus Revata di dalam teks.
Syair ini dan syair berikutnya ada di Dh. 219, 220, mengutip DA. 130. Oleh Ee maupun Be syair-syair ini diberi nomor 1 dan 2, tetapi VvA. Memulai penomoran pada syair 3 yang disebut syair 1.
ussadaniraya; bandingkan Pv. IV. 1.8 sattusada niraya, yang diterangkan di PvA. 221 sebagai “penuh dengan makhluk-makhluk yang dulunya adalah pelaku kejahatan”.
Yang Mengalir (Niraya) – selalu mengalir dengan kotoran.
VvA. 229.
Lihat Ringkasan pada akhir Bagian ini.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com