Sariputta | Suttapitaka | ISTANA EMPAT PEREMPUAN Sariputta

ISTANA EMPAT PEREMPUAN

Catu­ritthi­vi­mānavat­thu (Vv 45)

Ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, Y.M. Maha-Moggallana sedang mengunjungi alam dewa, seperti yang telah diceritakan sebelumnya. Beliau pergi ke alam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Di sana , di empat Istana, secara berturut-turut beliau melihat empat putrid-dewa yang masing-masing menikmati kegembiraan-surgawi dengan pengikut seribu peri. Dan secara berturut-turut beliau menanyakan tentang tindakan (bajik) yang dulu dilakukan oleh mereka:1

1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain, devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.

2. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?

3. Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa, dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”

Begitu ditanya oleh beliau, mereka masing-masing menjawab secara berurutan. Untuk menyatakan hal ini, syair berikut diucapkan :

4. Devata itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu:

Dikatakan bahwa pada zaman Buddha Kassapa, perempuan-perempuan ini terlahir dikeluarga baik-baik di kota yang bernama Pannakata di kerajaan Esika. Setelah cukup usianya, mereka menikah dan pergi ke rumah suami masing-masing di kota yang sama. Mereka hidup dengan harmonis. Salah satu dari mereka ini melihat seorang bhikku yang sedang berjalan mengumpulkan dana makanan. Dengan pikiran yang dipenuhi keyakinan, dia memberi beliau seikat lili-air biru, yang lain memberi segenggam teratai biru kepada (bhikkhu) yang lain, yang lain lagi memberikan segenggam teratai merah, yang lain memberikan kuncup-kuncup melati. Setelah meninggal, mereka terlahir lagi di antara Tiga-Puluh-Tiga dewa. Meraka (masing-masing) memiliki pengikut seribu peri. Setelah menikmati kesenangan-surgawi di sana selama masa-hidup mereka, mereka meninggal dari sana dan berkat sisia dari buah tindakan jasa yang sama itu, mereka terlahir lagi pada zaman Buddha ini di tempat yang sama. Dan mereka ditanya oleh Y.M. Maha-Moggallana dengan cara yang dijelaskan di atas. Salah satu dari mereka memberitahu Thera tersebut mengenai tindakan yang sama-yang telah dilakukannya dulu. Dia berkata:

5. “Saya memberikan segenggam lili-air biru kepada seorang bhikkhu yang sedang berjalan untuk mengumpulkan dana makanan di kota kerajaan Esika yang tinggi dan besar2, di Pannakata3 yang megah dan menarik.

6. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa, karena inilah saya sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatiku.

7. Saya beritahukan kepadamu, bhikkhu dengan keagungan yang besar, tindakan jasa yang telah saya lakukan ketika terlahir sebagai manusia. Karena inilah maka keagunganku cemerlang sedemikian rupa dan keelokanku menyinari segala penjuru.”

Kepada yang lain beliau berkata :

8-11 (Seperti 1-4 di atas)

12. “Saya memberikan segenggam lili-air biru kepada seorang bhikkhu yang sedang berjalan untuk mengumpulkan dana makanan di kota kerajaan Esika yang tinggi dan besar2, di Pannakata3 yang megah dan menarik.”

13, 14 (Seperti 6, 7 di atas )

Kepada yang lain beliau berkata :

15 – 18 ( Seperti 1- 4 di atas )

19. “Akarnya berwarna putih, kelopak (luarnya) berwarna hijau. Tanaman itu tumbuh di air danau. Saya memberikannya kepada seorang bhikkhu yang sedang berjalan untuk mengumpulkan dana makanan di kota kerajaan Esika yang tinggi dan besar2, di Pannakata3 yang megah dan menarik.”

20,21 (Seperti 6,7 di atas)

Kepada yang lain beliau berkata :

22-25 (Seperti 1-4 di atas)

26 “Saya, Sumana, memberikan kuncup-kuncup melati berwarna gading kepada orang yang hatinya bersukacita,4 kepada seorang bhikkhu yang sedang berjalan untuk mengumpulkan dana makanan di kota kerajaan Esika yang tinggi dan besar2, di Pannakata3 yang megah dan menarik.”

27,28 (Seperti 6,7 di atas)

Catatan :

Bandingkan permulaan No. 33
unnata. VvA. 197: di kota yang dimbangun di dataran tinggi, di kota indah yang menjulang tinggi dengan istana-istana yang tinggi, rumah-rumah berpinakel dst. Yang muncul seolah-olah menjilat (lihantehi seperti pada Be, Ce, alih-alih pariyantehi Ee) bagian dalam awan.
Ee Penna-.
Permainan katanya hilang: aham Sumana sumanassa sumanamaku-lani, lit. I, Sumana, ‘Kebahagiaan”, bagi dia yang sumana, ‘bergembira’, memberikan sumana, kuncup-kuncup ‘melati’.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com