Sariputta | Suttapitaka | ISTANA YANG BERSINAR Sariputta

ISTANA YANG BERSINAR

Pabhassa­ra­vi­mānavat­thu (Vv 40)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha. Dan pada waktu itu, di Rajagaha ada seorang umat awam yang memiliki keyakinan kepada Maha-Moggallana Thera. Salah satu putrinya juga merupakan seorang yang percaya dan memiliki keyakinan. Dia memiliki rasa hormat yang tinggi kepada Thera itu. Suatu hari Y.M. Maha-Moggallana Thera berjalan untuk mengumpulkan dana makanan di Rajagaha, dan sampai ke rumah itu. Gadis itu merasa amat bersukacita ketika melihat beliau. Dia menyiapkan tempat duduk, dan ketika Thera tersebut telah duduk, dia memberikan menghormatkan kepada beliau dengan rangkaian bunga melati, dan dia mengisi mangkuk Thera itu dengan sirup gula. Karena ingin menyampaikan terima kasih, Thera itu tetap duduk. Gadis itu mengisyaratkan bahwa ada banyak tugas rumah tangga yang harus dikerjakannya. Karena tidak punya waktu lagi, dia berkata. “Saya akan mendengarkan Dhamma pada hari lain.” Setelah memberikan penghormatan kepada Thera, dia meninggalkan dan terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Y.M. Maha-Moggallana menghampirinya dan bertanya kepadanya dengan syair-syair ini :

1. “Dewi dengan keelokan yang kemilau, luar biasa, dengan pakaian yang bersinar gemerlap,1 yang memiliki kekuatan kesaktian besar, dengan seluruh bagian tubuh yang berkilau (seolah-olah dimunyaki dengan) cendana – siapakah engkau, devata yang elok, yang memhormatiku ?

2. Dan dipanmu yang sangat mahal dihias berbagai permata, berkilau, dan ketika duduk di atasnya, engkau bersinar bagaikan raja para dewa di Hutan Nandana.

3. Perilaku baik apakah yang telah engkau lakukan sebelumnya, dewi yang elok ? Tindakan apa yang menyebabkan engkau menikmati buahnya di alam dewa? Devata, ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang memberikan buah ini.”

Ditanya oleh Thera tersebut demikian, devata itu menjelaskan dengan syair-syair ini :

4. “Ketika engkau sedang berjalan mengumpulkan dana makanan, saya mempersembahkan kepadamu rangkaian bunga dan sirup gula, Bhante yang terhormat. Inilah buah dari tindakan itu sehingga saya kini bersenang-senang di alam dewa.

5. Namun penyesalan adalah milikku, karena kesalahan yang telah saya lakukan, Bhante yang terhormat. Saya tidak mendengarkan Dhamma yang diajarkan dengan baik oleh Raja Dhamma.

6. Oleh karena itu saya katakana, Berkah untukmu. Siapa pun yang mau berbelas kasihan kepadaku, dia harus mendiringku dalam ajaran-ajaran itu2 – yang diajarkan dengan baik oleh Raja Dhamma.3

7. Siapa pun yang memiliki keyakinan pada Buddha, pada Dhamma, dan pada Permata Sangha, mereka melebihi saya dalam masa-hidup, kemasyuran, dan kecemerlangan; dewa-dewa lain ini berada diatasku dalam kemegahan dan keelokan, kemampuan kesaktian yang lebih besar dibandingkan saya.”

Catatan :

suratta, lihat PED s.v. ratta : “kadang-kadang sampai mendekati arti berkilau, bersinar, gemerlap’.”
Dalam kebiasaan moral dsb. Artinya adalah Dhamma dari Sasana, sasanadhamma, VvA. 180.
Sintaksis syair ini tidaklah jelas. Mungkin dapat diambil sebagai: Tam (= tasma dari VvA.) tam vadami ‘bhaddan te, yo ko ci me anukampiyo assa tam (mam) dhammesu samadepetha’ (iti) dhammarajena sudesitam.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com