Sariputta | Suttapitaka | ISTANA GUTTILA Sariputta

ISTANA GUTTILA

Gutti­lavi­mānavat­thu (Vv 33)

Ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha, Y.M. Maha-Moggallana mengunjungi alam-dewa seperti yang telah dibicarakan di atas. Beliau pergi menuju alam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Di sana, di tiga puluh enam Istana, beliau melihat tiga puluh enam putrid-putri-dewa. Mereka masing-masing menikmati kegembiraan surgawi yang besar, dengan pengikut seribu peri. Secara berturut beliau bertanya dengan syair-syair yang bermula,”(Engkau yang berdiri) dengan keelokan melebihi yang lain”1 tentang tindakan (baik) yang telah mereka lakukan dulu. Setelah pertanyaan itu diajukan, mereka menjawab dengan syair-syair yang dimulai dengan: “Saya adalah orang yang memberikan pakaian yang paling halus.”2 Kemudian dari sana Thera itu pergi ke alam manusia dan menceritakan hal tersebut kepada Yang Terberkahi. Setelah mendengarnya, Yang Terberkahi berkata,”Moggallana, bukan hanya olehmu saja para dewa itu telah ditanya dan telah menjawab dengan cara ini. Sesungguhnya di suatu saat di masa lampau mereka pun telah ditanya olehku juga, dan mereka menjawab dengan cara yang sama.” Dimohon dengan sangat oleh Thera tersebut, Sang Buddha menceritakan kehidupan Guttila, cerita mengenai kehidupan lampau Beliau sendiri.3

1. “(Kecapi) berdawai-tujuh, merdu, menyenangkan, saya buat untuk bersuara. Seseorang4 mengundangku ke panggung tari. Kosiya, jadilah perlindunganku.”

2. “Saya adalah perlindunganmu. Saya adalah orang yang menghormati para guru. Murid tidak akan mengalahkanmu; Guru, engkau akan mengalahkan murid.”

Dikatakan bahwa tiga puluh enam perempuan itu terlahir sebagai manusia pada zaman Buddha Kassapa. Mereka melakukan tindakan-tindakan jasa ini dan itu. Di sana ada yang memberikan pakaian; ada yang rangkaian bunga; ada yang rangkaian melati; ada yang wewangian; ada yang buah yang amat bagus; ada yang sari tebu; ada yang memberikan tanda parfum lima-jari di cetiya Yang Terberkahi; ada yang menjalankan Upoosatha; ada yang memberikan air pada seorang bhikkhu yang sedang makan menjelang saat makan; ada yang melayani-tanpa kemarahan- kepada ibu dan ayah mertuanya yang berperangai buruk; ada yang rajin sebagai pelayan; ada yang memberikan nasi-susu kepada bhikkhu yang sedang mengumpulkan dana makanan; ada yang memberikan sirup gula; ada yang sepotong tebu; ada yang buah timbaru; ada yang mentimun manis; ada yang mentimun; ada yang buah tanaman rambat; ada yang (bunga) pharusaka; ada yang panic-batubara dari tembikar; ada yang segenggam akar lili-air; ada yang segenggam bunga; ada yang seikat akar (teratai); ada yang segenggam daun nimb; ada yang memberikan bubur (asam); ada yang kue biji-wijen; ada yang memberikan ikat pinggang; ada yang tali-bahu; ada yang perban; ada yang kipas; ada yang (kipas) daun palma; ada yang menghalau lalat dari bulu-merak; ada yang parasol; ada yang sandal; ada yang kue; ada yang daging manis; ada yang kue manis.5

Mereka masing-masing dengan pengikut seribu peri terlahir kembali di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa sebagai pelayan Sakka, raja para dewa. Ketika ditanya oleh guru Guttila, secara bergantian mereka menjelaskan perbuatan baik yang telah mereka lakukan, yang bermula dengan “Seorang perempuan yang telah memberikan pakaian paling halus…” dan seterusnya.

3. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain, devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.

4. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?

5. Saya bertanya kedapamu, dewi dengan keagungan yang besar. Tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”

6. Devata itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu:

7. “Seorang perempuan yang memberikan pakaian yang paling halus akan menjadi agung di antara pria dan perempuan. Demikianlah dia yang memberikan benda-benda menyenangkan semacam itu telah mencapai dan menerima tempat tinggal-surgawi yang memukau.

8. Lihatlah Istana seperti milikku ini. Saya adalah peri yang dapat berubah bentuk semauku. Sayalah yang paling gemilang di antara seribu peri. Lihatlah buah dari tindakan jasa ini.

9.10. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa .. dan keelokanku menyinari segala penjuru.”

Seperti Istana Pemberi-Pakaian ini, begitulah empat Istana berikutnya harus dikembangkan. Syair-syair 3-10 harus diulang empat kali dengan variasi (1) perempuan yang memberikan bunga yang paling indah,(2) perempuan yang memberikan parfum yang paling lembut, (3) perempuan yan memberikan buah-buahan yang paling baik, (4) perempuan yang memberikan makanan yang paling lezat, (sebagai pengganti perempuan yang memberikan pakaian yang paling halus).

18. “Saya memberikan tanda-parfum lima-jari di stupa Buddha Kassapa.”6

Seperti Istana tanda-parfum Lima-jari ini, begitulah empat Istana berikutnya harus dikembangkan, dengan mengulang syair 8-10; tetapi dengan variasi berikutnya sebagai pengganti syair 18:

19. “Saya melihat para bhikkhu dan bhikkhuni ketika mereka berjalan di sepanjang jalan. Setelah mendengarkan Dhamma dari mereka, saya menjalankan satu (hari) Uposatha…”

20. “Sambil berdiri di air, dengan pikiran yang penuh bakti saya memberikan air kepada seorang bhikkhu…”

21 “Ibu dan ayah mertua yang berperangai buruk, pemarah serta kasar, saya melayanimereka, bebas dari kedengkian, rajin di dalam moralitasku sendiri….”

22 “Saya adalah orang yang bekerja untuk orang lain, gadis pelayan yang rajin mengerjakan tugas, tanpa kemarahan tanpa kesombongan, saya memberikan sebagian dri apa yang saya miliki.

23. Setelah melakukan tindakan demikian, karena muncul di dalam kelahiran yang baik saya menemukan sukacita.7

24. “Saya telah memberikan nasi-ssusu kepada para bhikkhu yang berjalan untuk mengumpulkan dana makan. Lihatlah Istanaku….8”

Seperti Istana pemberi Nasu-susu ini, begitulah 25 Istana yang harus dikembangkan:

25. Saya telah memberikan sirup gula….

26. Saya telah memberikan sepotong tebu….

27. Saya telah memberikan buah timbaru9…

28. Saya telah memberikan mentimun manis (kakkarika)

29. Saya telah memberikan mentimun (elaluka)…..

30. Saya telah memberikan buah tanaman rambat ….

31. Saya telah memberikan (bunga) pharusaka10….

32. Saya telah memberikan wadah-api11 (untuk tangan) ….

33. Saya telah memberikan segenggam sayuran hijau12 ….

34. Saya telah memberikan segenggam bungan-bunga kecil13 …

35. Saya telah memberikan seikat akar (teratai)14…

36. Saya telah memberikan segenggam daun nimb….

37. Saya telah memberikan bubur mangga…

38. Saya telah memberikan kue biji-minyak…

39. Saya telah memberikan ikat pinggang …

40. Saya telah memberikan tali-bahu….

41. Saya telah memberikan perban ….

42. Saya telah memberikan kipas …

43. Saya telah memberikan (kapas) daun palma …

44. Saya telah memberikan penghalau lalat dari bulu merak …

45. Saya telah memberikan parasol …

46. Saya telah memberikan sandal …

47. Saya telah memberikan kue …

48. Saya telah memberikan manisan …

49. Saya telah memberikan kue manis kepada seorang bhikkhu yang berjalan untuk mengumpulkan dana makanan.

50. Lihatlah Istana seperti milikku ini. Saya adalah peri yang dapat berubah bentuk semaunya. Sayalah yang paling cemerlang di anatara seribu peri. Lihatlah buah dari tindakan jasa ini.

51. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa … dan keelokanku menyinari segala penjuru …”

52. “Sungguh bagus bahwa saya telah dating pada hari ini, dengan bahagia muncul, dengan bahagia bangkit,15 karena saya telah melihat para devata, para peri yang bisa berubah bentuk semaunya.

53. Setelah mendengar Dhamma mereka16 saya akan melakukan kebajukan yang melimpah. Dengan memberi, berjalan seimbang, terkendali dan jinak, saya sendiri akan pergi ke sana ke tempat mereka yang tidak akan bersedih.”

Catatan :

Lihat syair 3; dan bandingkan permulaan No. 45
Syair 7 dan akhir pengantar ini keduanya terbaca nari, perempuan, untuk aham, saya, diatas
Untuk ceritanya, lihat Ja.ii. 248 dst; syair-syair di idem., hal. 252 (termasuk di Vv. Dan VvA.).
Musila, menurut VvA. 139. Guttila Jataka mengidentifikasikan Musila dengan Devadatta.
Kata-kata yang digunakan di daftar ini kadang-kadang berbeda dari yang digunakan di dalam syair. VvA., Be, Ce juga berbeda dari Ee.
Saya mengikuti VvA, untuk penomoran syair. Kassapa, yang juga disebutkan di 60.5, 64.27, adalah Buddha sebelum Gotama.
Di VvA. Saja Tetapi syair ini saya sisipkan untuk mengikuti penomoran VvA. Tidak diulang di syair 24.
Dikutip di Ja.iii.409, MA.i. 159, AA. V.51 (baris 1). MA.ii.17 menyebutkan semua benda yang memberikan.
Diospyros.
Diizinkan bagi para bhikkhu di Vin. 1. 246.
hatthapatapaka. Lihat Vin. I. 32. Disebut angarakapalla, panic untuk membakar batu bara, di VvA.142.
sakamutthi, VvA. 142 terbaca saluka, akar atau biji teratai yang dapat dimakan.
puphaka; VvA. Pupphita.
mulaka; VvA. Mulakalapa.
Bandingkan Sn. 178.
Tentang perbuatan-perbutan baik yang telah mereka lakukan? Mungkin di sini berarti ‘praktek’

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com