Sariputta | Suttapitaka | ISTANA LATA Sariputta

ISTANA LATA

Latāvi­mānavat­thu (Vv 32)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi, di Jetavana. Pada waktu itu, di Savatthi ada seorang umat awam yang mempunyai anak perempuan bernama Lata. Dia adalah gadis yang cerdas, terpelajar, dan mantap dalam kebajikan. Setelah menikah, dia hidup di rumah suaminya. Sikapnya mnis kepada suaminya dan mertuanya. Tutur katanya menyenangkan. Kepada para pelayan pun dia ramah dan bersikap baik. Dia mampu menangani masalah-masalah rumah tangga, berwatak baik, sempurna dalam praktek moralitas, dan bergembira dalam kedermawanan. Dia rajin menjalankan lima peraturan yang tak terkoyak dan menjalankan hari-hari Uposatha. Setelah beberapa saat, dia meninggal dan terlahir lagi sebagai putrid Raja Vessanava yang agung. Tetapi namanya masih tetap Lata. Ada empat saudara perempuannya yang lain: Sajja, Pavara, Acchimati1 dan Suta. Mereka berlima dibawa oleh Sakka, raja para dewa, dan ditempatkan pada posisi pelayan Sakka sebagai perempuan penari. Tetapi Lara adalah favorit Sakka karena dia terampil menyanyi, menari, dan sebagainya.

Suatu ketika mereka berkumpul, dan suatu perselisihan muncul mengenai keahlian musik. Meraeka semua pergi menghadap Raja Vessavana dan bertanya, “Ayah, diantara kami, siapakah yang terbaik dalam menari dan sebagainya?” Belaiu berkata demikian : “Putri-putriku, pergilah dan pamerkan musikmu di tengah pertemuan para dewa di tepi danau Anotatta. Di sana, keahlianmu akan tampak jelas.” Mereka melakukannya. Di sana, para dewa muda tidak dapat menahan diri ketika Lata menari. Penuh tawa, penuh kekeguman, mereka bertepuk tiada henti sambil melambaikan pakaiannya. Mereka membuat kegaduhan yang menyebabkan Himavant seakan-akan bergetar. Tetapi ketika yang lain menari, mereka duduk terdiam bagaikan burung terkukur2 di musim dingin. Jadi di tengah pertemuan itu, keahlian Lata tampak jelas. Kemudian suatu pemikiran muncul pada diri Suta,”Karena tindakan apakah maka Lata ini melebihi kami di dalam keagungan dan kemegahan? Baiklah, saya akan bertanya tentang tindakan yang telah dilakukan oleh Lata.” Suta pun bertanya kepada Lata. Suta menjelaskan masalahnya kepada Lata. Raja Vessavana yang agung menceritakan secara lengkap hal yang saya kepada Y.M. Maha-Moggallana ketika beliau mengunjungi alam-dewa. Beliau kemudian menceritakan kepada Sang Buddha tentang inti pertanyaan itu, dan berkata:

1. “Lata dan Sajja dan Pavara, Acchimati3 dan Suta, para devata, para putri raja Vessavana, raja yang besar, raja yang paling agung, bersinar dengan sifat-sifat luhur yang cemerlang.

2. Di sini lima perempuan itu dapat ke air yang sejuk, ke sungai berkah yang penuh teratai untuk mandi. Setelah para devata ini mandi di sana, bermain di sana, menari dan menyanyi, Suta berkata kepada Lata :

3. 4Saya bertanya kepadamu-engkau yang memekai untaian teratai biru dan rangkaian bunga di dahi, yang berkulit keemasan, dengan mata bagaikan tembaga hitam, bersinar bagaikan langit, dengan masa-hidup yang panjang, apa yang menyebabkan nama baikmu terbentuk?

4. Mengapa engkau, sahabatku, paling dicintai oleh tuanmu, sungguh amat indah dan elok, pandai menari, menyanyi, dan memainkan alat musik ? Jelaskan kepada kami, engkau yamg ditanya oleh para lelaki dan perempuan.”
Lata, ketika ditanya oleh Suta, berkata:

5. ‘Ketika terlahir sebagai manusia di antara manusia, saya adalah menantu di sebuah keluarga sangat kaya. Saya tidak memiliki kemarahan, patuh pada suami, rajin menjalankan (hari-hari) Uposatha.

6. Ketika saya terlahir sebagai manusia, masih muda dan tak bersalah, dengan pikiran penuh keyakinan saya membehagaiakan tuanku, ipar-lakiku, kedua mertuaku, dan para pelayan. Karena inilah maka terbentuk nama baikku.

7. Lewat tindakan bajik itu saya sendiri menonjol di dalam empat hal : masa-hidup (yang panjang), keelokan, kebahagiaan, dan kekuatan. Tidak sedikit permainan dan kegembiraan yang kini saya alami.’

8. Sudahkah kalian mendengar apa yang dikatakan Lata ini? Apa yang kita tanyakan telah dijawabnya.’Suami merupakan keberadaan yang unggul bagi kita para perempuan.5 Suami adalah devata agung bagi perempuan.

9. Marilah kita semua di dalam Dhamma melayani suami-suami kita di mana pun para perempuan adalah istri yang setia. Setelah di dalam Dhamma melayani suami, kita akan menerima apa yang dikatakan oleh Lata.’

10. Bagaikan seekor singa – yang berkelana di hutan-hutan gunung, berdiam di gunung, penopang bumi-setelah membunuh6 secara paksa (binatang-binatang) berkaki empat lainnya-karena ia memang pemakan daging melahap binatang-binatang yang lebih lemah.

11. Demikianlah pula di sini seorang pengikut awam perempuan dari mereka yang luhur-karena memiliki keyakinan, bergantung pada suami mereka, setia terhadap tuannya-setelah membunuh kemarahan dan menanggulangi7 ketamakan, dia yang berjalan di dalam Dhamma bersukacita di surga.”

Catatan :

Be, Ce Acci-
kokila. Lihat I.11.1
Beberapa edisi Acci-
Syair ini dan syair berikutnya berisi pertanyaan Suta.
VvA. 136 menambahkan nesam pati – sarapan ca, dan aliran mereka. Tetapi karena patino bukanlah bentuk plural nom. melainkan dat.-gen. Sing., ini bisa juga diterjemahkan menjadi “mereka katakana bahwa keberadaan suami itu adalah bagi kita perempuan-perempuan yang unggul, (mereka adalah) devata mulia para perempuan”.
Terbaca hantva dengan VvA. 133 dan Be – bukan gantva dengan Ee-walaupun dikenali sebagai v.1.di VvA. 133.
Terbaca abhibhuyya dengan VvA.untuk anu-pada Ee.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com