Sariputta | Suttapitaka | ISTANA ELOK Sariputta

ISTANA ELOK

Uḷāra­vi­mānavat­thu (Vv 29)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha, di Hutan Bambu. Pada waktu itu, di sebuah rumah di Rajagaha yang melayani Y.M. Maha-Moggallana ada seorang gadis yang cenderung berdana dan suka memberi. Di rumah itu memang disiapkan makanan (utama).1 Gadis itu terbiasa memberikan separuh dari bagiannya sendiri (yang ada di rumah). Dia tidak akan makan sebelum memberikan dana makanan. Bahkan bila tidak melihat orang yang pantas menerima pemberian, dia menyisihkan (sejumlah makanan) samapai dia melihat orang semacam itu. Pengemis pun diberinya juga. Ibunya bersuka cita dan bahagia. Katanya pada diri sendiri, “Putri suka berdana dan senang memberi.” Maka ibunya lalu memberinya dua porsi. Ketika satu porsi yang diberikan itu telah didanakan, si ibu memberinya sepeorsi lagi. Gadis itu pin bahkan juga mulai mendanakannya sebagaian.

Waktu berlalu. Pada saatnya, ibu dan ayahnya memberikan dia kepada putra keluarga lain dikota yang sama. Tetapi keluarga itu mempunyai pandangan yang salah, dan tidak memiliki keyakinan. Suatu hari, Y.M. Maha-Moggallana berjalan untuk mengumpulkan dana dari rumah ke rumah. Beliau berdiri dipintu rumah ayah mertua gadis itu. Ketika gadis itu melihat beliau, dia berkata dengan keyakinannya, “Silahkan masuk, Bhante yang terhormat. “ Dia mengantar beliau masuk, menyapa dengan hormat, dan mengambil kue yang telah disisihkan oleh ibu mertuanya. Karena tidak dapat melihatnya,2 gadis itu berkata kepada dirinya, “Saya akan melaporkan hal itu3 (nanti) dan membuat ibu mertuaku bersukacita (didalam perbuatan baikku).” Lalu kue itu diberikannya kepada Thera itu, yang kemudian berterima kasih dan pergi. Gadis itu lalu melaporkan kepada ibu mertuanya, “kue yang telah ibu sisihkan itu telah saya berikan kepada Maha-Moggallana Thera.” Mendengar hal ini, ibu mertua itu berteriak, “Betapa kurang ajarnya engkau ini! Engkau memberi seorang bhikkhu apa yang merupakan milikku, bahkan tanpa bertanya!” Dengan tubuh gemetar karena murka dan marah, tanpa berpikir benar atau salah dia mengambil sebatang alu4 yang telah patah dan memukul gadis itu di pundaknya. Gadis itu-karena telah dibesarkan dengan lembut dan masa hidupnya telah berakhir-amat kesakitan dan beberapa hari kemudian dia meninggal dan terlahir lagi di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Walaupun dia memiliki karma-karma baik lain, pemberi dana khusus kepada Thera tersebutlah yang menonjol. Y.M. Maha-Moggallana pergi ke sana, seperti yang dijelaskan di atas, dan bertanya kepadanya :

1. “Sungguh megah pengikutmu, keelokanmu menyinari segala penjuru. Perempuan-perempuan menari dan menyanyi, para dewa-muda berhias.

2. Mereka membuatmu bergembira, devata, dengan hormat mereka melayanimu; ini semua adalah Istana-istana emasmu, engkau yang elok untuk dipandang.

3. Dan engkau adalah tuan bagi mereka, dilengkapi dengan setiap kesenangan, dari kelahiran agung, sungguh berkuasa engkau; di dalam kelompok para dewa engkau bersukacita. Devata, ketika ditanya, jelaskanlah tindakan apa yang menghasilkan buah ini.”

Ditanya demikian oleh Thera tersebut, devata itu menjelaskan:

4. Ketika saya terlahir sebagai manusia di antara manusia, saya adalah menantu perempuan dalam suatu keluarga yang miskin kebiasaan moralnya.

5. Di antara mereka yang tidak percaya, di antara manusia yang kikir, saya-karena percaya-memiliki kebiasaan moral. Ketika engkau berjalan untuk mengumpulkan dana makanan, saya memberimu sepotong kue.5

6. Saya memberitahu ibu mertuaku, ‘Seorang petapa telah datang kemari, dan karena memiliki keyakinan, kepadanya saya berikan kue itu dengan tanganku sendiri.’

7. Demikianlah ibu mertuaku berkata,6 mencaci maki:’Menantu, engkau kurang dididik dengan baik. engkau tidak mau bertanya kepadaku dengan mengatakan bahwa engkau ingin memberi kepada seorang petapa.’

8. Kemudian, karena marah, ibu mertuaku memukulku dengan sebatang alu. Alu itu menghantam pundak dan melukaiku. Saya tidak bisa hidup lama.

9. Dan Saya-pada saat hancurnya tubuh-terbebas dengan baik; meninggal dari sana, saya muncul di dalam kelompok para dewa di alam Tiga-Puluh-Tiga.

10. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa…..

11. …dan keelokanku menyinari segala penjuru.”

Catatan :

purebhattam.
Untuk minta izinnya
Terbaca kathetva dengan Be, Ce, untuk akathetva pada Ee.
musalakhanda, atau alu pendek, batang pohok yang kering ?
Di sini apuva, yang disebut kapallapuva di VvA. 123.
itissa. Kitab komentar mengambil iti ‘ssa sebagai iti assa dan menyebut assa a nipata, tetapi pengadaan s di sa (adjektif demonstatif) adalah metri causa.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com