Sariputta | Suttapitaka | ISTANA PEMBERI DANA MAKANAN Sariputta

ISTANA PEMBERI DANA MAKANAN

Paṭha­ma­bhik­khā­dāyikā­vi­mānavat­thu (Vv 27)

Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi. Dan pada waktu itu, di Uttaramadhura ada seorang perempuan yang masa hidupnya telah sampai pada akhirnya dan akan terlahir kembali di alam menderita. Menjelang fajar, Yang Terberkahi bangkit dari pencapaian kasih saying yang besar, dan mengamati dunia. Beliau melihat perempuan itu. Karena ingin memantapkan dia di dalam kelahiran yang baik, Beliau sendiri pergi ke Madhura, masuk ke pinggir kota untuk mengumpulkan dana makanan. Pada waktu itu, perempuan tersebut sedang menyiapkan makanan di rumah. Setelah menyisihkannya, dia pergi menuju tempat pengairan dengan membawa tempayan, dan mandi di sana. Dalam perjalanan pulang dengan tempayan penuh air, dia melihat Yang Terberkahi. Ketika dia bertanya, “Mungkin Bhante yang terhormat sudah menerima dana makanan?” Yang Terberkahi berkata, “Kami akan menerima.” Maka dia mengetahui bahwa Beliau belum menerima dana makanan. Dia menurunkan tempayannya, menghampiri Yang Terberkahi, memberi hormat dan berkata, “Bhante yang terhormat, saya akan memberikan dana makanan. Izinkan saya.” Yang Terberkahi memberikan persetujuan dengan berdiam diri. Mengetahui bahwa Beliau setuju, perempuan itu segera berjalan di depan, menyiapkan tempat duduk di tempat yang sudah diperciki. Kemudian dia berdiri menunggu kedatangan Yang Terberkahi. Setelah Yang Terberkahi masuk dan duduk, dia memberikan makanan, dan kemudian duduk. Ketika telah selesai makan dan menarik tangannya dari mangkuk, Yang Terberkahi berterima kasih kepadanya dan pergi. Perempuan itu mendengar ucapan terima kasih Beliau dan mengalami sukacita dan kebahagiaan yang besar. Tanpa kehilangan sukacita yang disebabkan oleh Sang Buddha, dia berdiri melakukan penghormatan sampai Beliau lenyap dari pandangan.

Hanya selang beberapa hari, dia meninggal dan terlahir kembali di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa. Suatu ketika, Y.M. Maha-Moggallana mengunjungi alam dewa. Beliau melihat devata dengan kekuatan kesaktian dan keagungan surgawi yang besar itu sedang menikmati kemegahan surgawi, yang batasnya tidak dapat ditentukan bahkan dengan pengetahuan Buddha. Di dalam syair-syair ini Beliau bertanya tentang tindakan jasa yang telah dilakukan olehnya. Syair-syairnya seperti yang disebutkan sebelumnya :

1. “Engkau yang berdiri dengan kelokan melebihi yang lain, devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.

2. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa? Karena apakah engkau sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?

3. Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakan maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru?”

4. Devata itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu.

5. “Ketika di dalam kehidupan lampau saya terlahir sebagai manusia di antara manusia di dunia manusia,

6. Saya melihat Yang Tercerahkan yang tidak memiliki kkekotoran batin, tenang pikirannya, tanpa kebingungan; kepada Beliau-karena saya memiliki keyakinan-saya memberikan dana dengan tangan sendiri.

7. Karena inilah maka keelokanku sedemikian rupa, karena inilah saya sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatiku.

8. Karena inilah maka keagunganku cemerlang sedemikian rupa dan keelokanku menyinari segala penjuru.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com