Sariputta | Suttapitaka | ISTANA LAKHUMA Sariputta

ISTANA LAKHUMA

La­khu­māvi­mānavat­thu (Vv 19)

Yang terberkahi sedang berdiam di Baranasi. Menuju kota Baranasi terdapat pintu gerbang yang disebut Gerbang Nelayan. Di dekatnya ada sebuah desa yang juga dikenal sebagai Gerbang Nelayan. Di sana, ada seorang perempuan bernama Lakhuma. Sebagai orang yang percaya, cerdas, dan memiliki keyakinan, dia menyapa para bhikkhu ketika mereka masuk melalui gerbang itu. Dia menunjukkan mereka jalan kerumahnya, mempersembahkan makanan. Karena keyakinannya makin tumbuh, dia membangun paviliun dan disana menjamu para bhikkhu, mendengar Dhamma di dalam kelompok mereka. Setelah menjadi mantap di dalam perlindungan dan moralitas, dengan perhatian penuh, dia rajin mengembangkan objek-objek medetasi pandangan terang yang telag dipelajarinya. Karena kualifikasinya, tidak lama kemudian dia memantapkan diri di dalam buah Pemasuk-Arus.

Setelah meninggal, dia terlahir kembali di Istana Besar di alam Tiga-Puluh-Tiga dewa dengan seribu peri sebagai pengikutnya. Dia berdiam di sana menikmati kegembiraan surgawi dengan sukacita. Y.M. Maha-Moggallana, pada saat mengunjungi alam dewa bertanya, kepadanya:

1. “Engkau yang berdiri dengan keelokan melebihi yang lain, devata, membuat segala penjuru bersinar bagaikan bintang penyembuh.

2. Karena apakah maka keelokanmu sedemikian rupa ? Karena apakah engkau
sejahtera di sini, dan di sana muncul apa pun yang merupakan kesenangan sesuai dengan hatimu?

3. Saya bertanya kepadamu, dewi dengan keagungan yang besar, tindakan jasa apakah yang telah engkau lakukan ketika terlahir sebagai manusia? Karena apakah maka keagunganmu cemerlang sedemikian rupa dan keelokanmu menyinari segala penjuru

4. Devata itu, karena gembira ditanya oleh Moggallana, ketika diberi pertanyaan menjelaskan perbuatan apa yang menghasilkan buah itu:

5. “Di luar Gerbang Nelayan terletak rumah kediamanku. Di sana, kepada para siswa, para penglihat yang agung, ketika mereka lewat,

6. Dengan pikiran yang penuh bakti, saya memberikan nasi, kummasa, sayur-sayuran dan bubur asin kepada mereka yang lurus.

7. Pada (hari-hari) ke 14,15, dan 8 dari dua-mingguan yang berhubungan erat dengan (peraturan) berunsur-delapan.

8. Saya menjalankan Delapan Sila, selalu terkendali oleh kebiasaan-kebiasaan moral. Dan (dengan demikian) di Istana ini saya berdiam1 dengan terkendali dan dermawan.

9. Menjauhkan diri dari membunuh makhluk hidup, dan menjauhkan diri dari berbicara bohong, dari mencuri dan tindakan asusila; dan minum minuman memabukkan jauh dariku,

10. Bergembira di dalam lima peraturan pelatihan, terampil di dalam kebenaran-kebenaran ariya, dahulu saya adalah seorang umat awam, pengikut Gotama, Yang Memiliki Visi, yang dikenal luas.

11. Karena inilah maka keelokanku sedemikian…dan keelokanku menyinari segala penjuru.

12. Dan, Bhante yang terhormat, atas namaku, maukah engkau memberi hormat dengan kepalamu di kaki Yang Terberkahi, dan berkata: ‘Pengikut perempuan awam bernama Lakhuma memberikan hormat dengan kepalanya di kaki Yang Terberkahi. Sungguh tidak akan mengherankan, Bhante yang terhormat, bila Yang Terberkahi menyatakan bagiku salah satu dari buah kepetapaan.”Yang Terberkahi memang menyatakan baginya buah Yang-Kembali-Sekali-Lagi.Catatan :

Kalimat ini dihilangkan di VvA. Mungkin sebagian disebabkan karena penomoran syair tidak bisa persis sama dengan di Vv. Dan VvA. Penomoran saya sama dengan Ee seandainya di sana tidak dinomori dari 3-14, dan seandainya syair terakhir tidak dibuat menjadi dua syair. Saya mengatur syair terakhir ini dengan mengikuti Be yang memiliki ‘pa’, yaitu tanda suatu penyingkatan, di mana ada titik-titik di atas

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com