Sariputta | Suttapitaka | PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA TENTARA Sariputta

PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA TENTARA

Gaṇapetavatthu (Pv 45)

‘Telanjang dan berpenampilan buruk engkau.’ Ini dikatakan ketika Sang Guru sedang berdiam di Hutan Jeta sehubungan dengan sejumlah besar peta.

Dikatakan bahwa di Savatthi ada amat banyak orang yang sebagai suatu kelompok tidak memiliki keyakinan maupun bhakti karena hati mereka dikuasai oleh noda keegoisan. Mereka menentang tindakan baik seperti misalnya berdana dan sebagainya. 1Mereka hidup lama, dan pada saat hancurnya tubuh (setelah kematian) mereka muncul di kandungan peta di dekat kota itu. Suatu ketika, Y. M. Mahamoggallana sedang pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Di dalam perjalanan, beliau melihat peta-peta itu. Maka beliau menanyai mereka dengan syair-syair ini:

1. ‘Telanjang dan berpenampilan buruk engkau, kurus kering dan dengan nadi-nadi yang menonjol. Kalian yang kurus, dengan tulang igamu yang menonjol, siapakah engkau, tuan-tuan yang baik?’
1 Disini, berpenampilan buruk engkau(dubbannarupa ‘tha): kalian memiliki tubuh yang mengerikan. Siapakah engkau? (ke nu tumhe ‘tha): siapakah engkau sesungguhnya? Tuan-tuan yang baik (marisa): beliau menyapa mereka sebagai sesamanya.

Ketika mendengar ini, peta-peta tersebut [270] mengumumkan bahwa mereka adalah peta dengan syair ini:

2. Kami, tuan, 2adalah peta yang pergi menuju kehidupan yang sengsara di alam Yama. Karena melakukan perbuatan jahat, kami telah pergi dari sini ke alam para peta.’
Thera tersebut bertanya sekali lagi tentang tindakan yang telah mereka lakukan dengan syair ini:

3. ‘Tindakan jahat apa yang telah dilakukan olehmu lewat tubuh, ugapan, atau pikiran? Sebagai hasil dari tindakan apa maka engkau telah pergi dari sini menuju ke alam para peta?’,
Mereka kemudian menjelaskan tindakan yang telah mereka lakukan:

4. ‘Di tempat-tempat mandi umum, kami mencari koin-koin kecil; walaupun persembahan jasa ada di depan mata, kami tidak membuat perlindungan bagi diri kami sendiri.
5. Kami mendekati sungai kehausan tetapi sungai itu menjadi kosong; di tengah-tengah panas kami mendekati tempat teduh, tetapi tempat itu menjadi hangus oleh matahari.
6. Dan angin yang bagaikan api bertiup ke arah kami, membakar kami, tetapi kami memang pantas memperoleh ini, tuan, dan (kesengsaraan) lain yang lebih mengerikan daripada ini.
7. Lebih jauh lagi, kami berkelana beryojana-yojana, kelaparan dan menginginkan makanan, tetapi berbalik kembali tanpa memperoleh apa pun -jasa kebajikan kami sungguh sangat kecil.
8. Kelaparan, pingsan dan terseok-seok serta tenggelam ke tanah, kami terbaring tergeletak di punggung kami atau kami jatuh tertelungkup.
9. Sementara kami3 jatuh persis di tempat itu juga, tenggelam ke dalam tanah, kepala dan dada kami terbentur – jasa kebajikan kami sungguh amat kecil.
10. Tetapi kami pantas mendapatkan ini, tuan, dan (kesengsaraan) lain yang lebih mengerikan daripada ini, karena walaupun persembahan jasa ada di depan mata, kami tidak membuat perlindungan bagi diri kami sendiri.
11. Ketika kami3 telah pergi, pada waktu itu, 4dari sini dan memperoleh kandungan manusia, kami akan berbaik hati dan memiliki keluhuran serta bertekad untuk melakukan banyak tindakan yang bajik.’
7 Disini, lebih jauh lagi kami berkelana beryojana-yojana (api yojanani gacchama): kami pergi beryojana-yojana. Bagaimana keadaannya? Kelaparan dan menginginkan makanan (chata aharagiddhino): [271] karena sudah lama dihantam rasa lapar, kami jadi menginginkan makanan, merindukan5 makanan; tetapi walaupun kami telah berkelana, kami berbalik kembali tanpa memperoleh makanan apa pun juga. Jasa kebajikan (kami) sungguh sangat kecil (appapunnata): (kami) kurang dalam jasa kebajikan; (kami) belum melakukan tindakan tindakan bajik apa pun.6

8 Kami tergeletak dipunggung kami(uttana patikirama):kami kadang-kadang berakhir dengan tergeletak di punggung kami, tampak seolah-olah semua bagian tubuh7 kami telah tercerai berai. Kami jatuh tertelungkup (avakujja patamase): kami kadang-kadang jatuh, dan berakhir dengan wajah menghadap ke bawah.

9 Kami (te ca):8 kami masing-masing. Kepala dan dada kami terbentur (uram sisan ca ghattema): setelah jatuh, yang berakhir dengan tertelungkup dan tidak dapat bangun, kami hanya saling menabrakkan9 kepala dan dada kami satu sama lain10 sementara kami bergetar11 di dalam kesakitan.

Yang lain persis seperti yang telah dijelaskan di atas.

Thera tersebut mengajukan masalah itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengambil masalah itu sebagai kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma kepada kelompok yang berkumpul di sana. Ketika mendengar ini, orang-orang itu meninggalkan noda-noda keegoisan dan cenderung untuk berperilaku yang baik, dengan melakukan tindakan-tindakan berjasa, seperti misalnya berdana dan sebagainya.12

Catatan

Terbaca maccheramalapariyutthitacitta danadisucaritavimukha pada Se Be untuk maccheramalapariyutthita cittadanadisu caritavimukha pada teks.
Terbaca bhadante pada Se Be untuk bhaddan te pada teks.
te, secara harafiah berarti mereka.
nuna, bandingkan PvA 282.
Terbaca abhigijjhanta pada Se Be untuk abhijighacchanta pada teks.
Terbaca apunnata akatakalyanata pada Se Be untuk apunnataya akatakalyanataya pada teks.
Terbaca -angapaccanga pada Se Be untuk -anga pada teks.
Demikian Se Be untuk te pada teks.
Terbaca patighamsama pada Be (pati- pada Se) untuk patihamsama pada teks; tidak dicantumkan oleh PED.
Terbaca attano attano pada Be untuk Se attano pada teks.
Terbaca vedhanta pada Se Be untuk vedananta pada teks.
Terbaca danadini punnani karonto sucaritanirato ahosi pada Se (danadisucaritanirato ahosi pada Be) untuk danadini punnani karonto ahosi pada teks.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com