Sariputta | Suttapitaka | PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA YANG MEMAKAN TINJA Sariputta

PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA YANG MEMAKAN TINJA

Gūtha­khā­daka­peta­vatthu (Pv 43)

‘Setelah keluar dari kakus.’ Sang Guru yang sedang berdiam di Hutan Jeta menceritakan hal ini sehubungan dengan peta yang memakan tinja.

Dikatakan bahwa di suatu desa yang tidak jauh dari Savatthi hidup seorang pria kaya. Dia membangun sebuah vihara untuk seorang bhikkhu yang bergantung pada dana keluarganya. Para bhikkhu dari berbagai daerah datang dan tinggal di sana. Ketika melihat mereka, penduduk desa dengan bakti di hatinya melayani kebutuhan-kebutuhan mereka dengan benda-benda pilihan. Bhikkhu yang tergantung pada dana keluarga tersebut tidak suka melihat hal ini. Karena dikuasai keiri-hatian, dia membuat jengkel pria kaya tersebut dengan memberitahukan kesalahan-kesalahan para bhikkhu itu. Pria kaya itu memandang rendah para bhikkhu maupun bhikkhu yang bergantung pada dana keluarganya itu dan mencaci maki mereka. Bhikkhu yang bergantung pada dana keluarga itu kemudian mati dan muncul sebagai peta persis di kakus vihara itu, sedangkan ketika pria kaya itu mati, dia muncul sebagai peta persis di atas bhikkhu itu. Ketika Y. M. Mahamoggallana melihatnya, beliau menanyai dia dengan syair ini:

1. [267] ‘Siapakah itu yang berdiri di dalam keadaan yang menderita setelah keluar dari kakus? Tak diragukan lagi engkau adalah pelaku kejahatan – mengapa engkau membuat suara itu?’1
Ketika mendengar ini, peta tersebut membuka identitasnya dengan syair ini:

2. ‘Saya, tuan, 2adalah peta yang pergi ke kehidupan sengsara di alam Yama. Karena telah melakukan tindakan yang jahat, saya telah pergi dari sini menuju alam para peta.’
Thera tersebut kemudian bertanya kepadanya tentang tindakan yang telah dilakukannya dengan syair ini:

3. ‘Tindakan jahat apa yang telah dilakukan olehmu, lewat tubuh, ucapan, atau pikiran? Sebagai hasil dari tindakan apa engkau sekarang menjalani kesengsaraan ini?’
Peta tersebut kemudian memberitahu dia tentang tindakan yang telah dilakukannya lewat dua syair ini:

4. Saya mempunyai seorang bhikkhu yang menetap, yang dengki dan egois tentang keluarga saya; dia melekat3 pada rumah saya, dia kikir dan suka menghina.
5. Setelah mendengar apa yang dia katakan, saya memaki para bhikkhu itu – sebagai hasil dari tindakan itulah maka saya telah pergi dari sini menuju alam para peta.’
4 Di sini, saya mempunyai seorang bhikkhu yang menetap (ahu avasiko mayham): saya mempunyai seorang bhikkhu yang menetap, berdiam terus-menerus di vihara yang saya bangun di tempat kediaman saya. Dia melekat pada rumah saya (ajjhosito mayham ghare): karena bergantung pada dana keluargaku, dia melekat pada rumahku dengan keserakahan.

5 Dia (tassa): bhikkhu yang bergantung pada dana keluargaku. Para bhikkhu: bhikkhavo=bhikkhu (bentuk tata bahasa alternatif). Saya memaki (paribhasissam): saya menghina. Saya telah pergi dari sini menuju alam para peta (petalokam ito gato): dengan cara ini saya mencapai kandungan-peta, saya menjadi peta.

Ketika mendengar ini, thera tersebut mengucapkan syair yang menanyakan nasib sang bhikkhu:

6. ‘Orang yang bergantung pada dana keluargamu itu adalah musuh yang menyamar sebagai teman. Pada saat tubuh orang tolol itu hancur, setelah kematian 4ke tempat tujuan mana dia pergi?’
6 [268] Di sini, yang menyamar sebagai teman (mittavannena): dengan penampilan seorang teman, terselubung sebagai teman.

Peta itu sekali lagi mengucapkan dua syair yang menjelaskan hal itu kepada sang thera:

7. ‘Saya sedang berdiri di atas kepala, di puncak, makhluk yang sama, yang melakukan tindakan jahat itu. Dia telah mencapai alam lain dan sekarang menjadi pelayan bagi saya sendiri.
8. Apa yang diberakkan orang-orang lain, tuan, itu menjadi makananku; sedangkan apa yang saya sendiri berakkan, dia harus hidup dari itu.’
7 Di sini, yang sama (tass’eva): peta yang dulunya adalah bhikkhu yang bergantung pada dana keluargaku. Yang melakukan tindakan jahat itu (papakammassa): yang memiliki perilaku jahat. Saya berdiri di atas kepala, di puncak (sise titthami matthake): saya berdiri di kepala. Dengan berdiri seperti itu, saya berada persis di atas yang paling atas, artinya bukan di bagian dalam kepalanya. 5Telah mencapai alam lain (paravisayam patto): telah mencapai alam peta yang merupakan alam lain yang bukan alam manusia. Bagi saya sendiri: mam eva=mayham eva (bentuk tata bahasa altematif); kata-kata lainnya adalah’dia melayani’.6

8 Apa yang diberakkan orang-orang lain tuan (yambhadante hanant’anne): apa yang dikeluarkan orang-orang lain di kakus, tinja yang mereka keluarkan, tuanku Mahamoggallana yang agung. Itu menjadi makananku (etam me hoti bhojanam): tinja itu menjadi makananku hari demi hari. Apa yang saya sendiri berakkan (yam hanami): tinja yang juga saya keluarkan setelah makanan tinja (sebelumnya) itu. Dia harus hidup dari itu (etam so upajivati): peta yang dulunya bergantung pada dana keluargaku itu harus hidup hari demi hari dengan memakan tinjaku, yang artinya dia mempertahankan kehidupannya (dengan cara ini). Mengenai hal-hal ini, 7pria kaya itu mencaci para bhikkhu yang berperilaku baik tersebut dengan berkata, ‘Aku harap kalian harus makan tinja karena telah menikmati makanan itu’. Tetapi, karena bhikkhu yang bergantung pada dana keluarganya telah menghasut pria kaya itu sehingga dia berkata dengan cara itu, 8dia sendiri (harus juga dianggap sebagai telah) menghina (para bhikkhu itu) dengan cara itu. Karena hal inilah maka kehidupannya lebih sengsara daripada yang pertama.

269] Y. M. Mahamoggallana mengajukan masalah itu kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengambil masalah itu sebagai kebutuhan yang muncul, dan setelah menunjukkan kerugian-kerugian dari ucapan yang menghina, Beliau mengajarkan Dhamma kepada kelompok yang berkumpul di sana. Ajaran itu bermanfaat bagi orang-orang tersebut.

Catatan

Terbaca saddayase seperti yang direkomendasikan PED sv saddahati dan saddayati; semua teks menuliskan saddahase seperti di IV 16 1 di bawah, tetapi di komentar diulang sebagai saddayase (setidaknya pada Se Be; teks keliru mengeja sebagai saddayase).
Terbaca bhadante pada Se Be untuk bhaddan te pada teks di sini dan di v 8.
ajjhosito; Se Be menuliskan ajjhasito.
pecca.
na sisappamane akase, secara harafiah bukan berada di dalam ruang seukuran kepalanya.
Terbaca paricarako pada Se Be untuk paricariko pada teks.
Terbaca tesu pada Se Be untuk tesam pada teks.
Terbaca tatha vacane pada Be untuk Se tatha vacanena pada teks.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com