Sariputta | Suttapitaka | PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA BENANG Sariputta

PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA BENANG

Sutta­peta­vatthu (Pv 23)

‘Di masa lalu, saya (memberi) kepada seorang bhikkhu, kepada orang yang meninggalkan keduniawian.’ Inilah Cerita Peta Benang. Bagaimanakah ini bermula?

Dikatakan bahwa lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Guru kita muncul ada suatu desa tidak jauh dari Savatthi di situ seorang pemuda menopang seorang Paccekabuddha. Ketika pemuda itu dewasa, atas namanya si ibu mencarikan seorang putri dari keluarga baik-baik dari suku yang setara kedudukannya. Tetapi pada hari pernikahannya, ketika pemuda itu pergi bersama beberapa teman untuk mandi, dia digigit ular dan meninggal. Bahkan dikatakan bahwa hal itu terjadi karena dia dirasuki oleh yakkha.1 [145] Walaupun telah banyak melakukan tindakan-tindakan terampil karena dukungannya2 terhadap Paccekabuddha tersebut, tetapi pemuda itu memiliki kemelekatan kepada gadis itu. Maka dia muncul sebagai vimanapeta yang memiliki kekuatan supranormal dan keagungan yang besar. Karena ingin menjemput gadis itu ke istananya, vimanapeta itu bertanya-tanya, ‘Dengan cara apa dia bisa melakukan suatu tindakan jasa yang dapat dialami di dalam kehidupan ini juga3 dan bisa menikmati kesenangan- kesenangan cinta denganku di sini?’ Sementara sedang mempertimbangkan bagaimana gadis itu dapat mengalami hebatnya kenikmatan surgawi, dia melihat seorang Paccekabuddha yang sedang membuat jubah. Vimanapeta pun pergi menjelma dalam bentuk manusia dan menghormat Beliau serta bertanya, ‘Apakah bhante membutuhkan benang?’ ‘Kami sedang membuat jubah, umat awam’ (beliau menjawab). Pemuda itu menunjukkan rumah gadis tersebut sambil berkata, ‘Kalau demikian, bhante seharusnya pergi dan minta benang di tempat seperti itu.’ Paccekabuddha itu pergi ke sana dan berdiri di pintu rumah. Ketika gadis itu melihat Paccekabuddha yang berdiri di sana, dia menyadari bahwa yang mulia tersebut membutuhkan benang darinya. Dengan bakti di hati dia memberikan segulung benang kepada Beliau. Kemudian makhluk yang bukan-manusia yang mengambil bentuk manusia tersebut pergi ke rumah gadis itu, memohon kepada ibunya untuk tinggal bersamanya selama beberapa hari. Untuk membantu si ibu, vimanapeta tersebut mengisi seluruh bejana di rumah mereka dengan uang dan emas serta menuliskan namanya pada semua bejana itu sambil berkata, ‘Kekayaan yang telah diberikan oleh para dewa ini tidak boleh diambil oleh siapa pun’, Kemudian dia mengambil gadis itu dan pergi kembali ke istananya.

Ibunya, karena telah memperoleh kekayaan yang melimpah, memberi sanak saudaranya, fakir miskin dan gelandangan dll.4 serta juga menggunakannya sendiri. Ketika sedang sekarat, dia memberitahu sanak saudaranya, ‘Jika putriku datang, tunjukkan padanya kekayaan ini’. Tak lama kemudian dia meninggal.

Tujuh ratus tahun kemudian setelah Guru kita muncul di dunia dan memutar Roda Dhamma Nan Mulia pada saat Beliau berdiam Savatthi, pada saat itu ketidakpuasan muncul di dalam diri wanita yang sedang berdiam dengan makhluk bukan-manusia itu. Dia berkata kepada laki-laki itu, ‘Tuanku, bawalah saya kembali ke rumahku sendiri’, dan kemudian mengucapkan syair-syair ini:

1. ‘Di masa lalu, saya memberikan benang5 kepada seorang bhikkhu, kepada orang yang telah meninggalkan keduniawian, yang datang dan minta kepadaku. [146] Sebagai akibat dari hal itu6 buah yang melimpah diterima dan banyak koti pakaian telah muncul bagiku.
2. Istanamu ditaburi bunga dan menyenangkan; istana ini memiliki lukisan yang tak terhitung banyaknya dan diurus oleh pria dan wanita. Saya telah menggunakannya dan mengenakan pakaian-pakaian itu tetapi tetap saja harta benda yang melimpah ini masih tidak habis.
3. Jadi, sebagai akibat dari tindakan yang sama itu, kebahagiaan dan kesenangan diterima di sini. Bila saya telah kembali sekali lagi ke (alam) manusia, saya bertekad untuk melakukan tindakan-tindakan berjasa. Tolong antarkan saya, tuanku’.
1 Di sini, kepada seorang bhikkhu, kepada orang yang telah meninggalkan keduniawian (pabbajitassa bhikkhuno): ini dikatakan mengacu ke Paccekabuddha tersebut. Beliau adalah orang yang meninggalkan keduniawian7 dalam arti yang tertinggi karena telah meninggalkan noda-noda nafsu indera dan sebagainya di hatinya sendiri, tanpa meninggalkan sisa. Beliau pantas disebut ‘bhikkhu’ karena telah menghancurkan kekotoran-kekotoran batin (bhinnakilesatta). Benang (suttam); benang katun. Yang datang (upagamma): dia mendekati rumahku. Minta kepadaku (yacita): dia minta kepadaku ketika pergi mengumpulkan dana dengan postur tubuh tertentu yang menunjukkan8 bahwa ‘Para ariya berdiri (hanya) menyiratkan – inilah permohonan para ariya.’9 Dari hal itu (tassa): dari pemberian benang itu. Sebagai akibat buah yang melimpah diterima (vipako vipulaphal’ upalabbhati): sebagai akibatnya, buah yang melimpah dengan hasil yang tertinggi, hasil yang terbesar, sekarang diterima, sekarang dialami. Banyak (bahu): tak terhitung. Koti pakaian: vatthakotiyo=vatthanam (keputusan gabungan), yang artinya ratusan ribu jenis pakaian yang tak terhitung banyaknya.

2 [147] Istana ini memiliki lukisan yang tak terhitung banyaknya (anekacittam): istana ini memiliki berbagai jenis karya lukisan atau10 istana ini dihiasi permata-permata yang tak terhitung banyaknya, seperti misalnya mutiara dan batu-batu berharga dan sebagainya. Diurus oleh pria dan wanita (naranarisevitam): dilayani oleh pria atau wanita sebagai pelayan.11 Saya menggunakannya (saham bhuñjami) : saya menikmati penggunaan istana ini. Mengenakan pakaian itu (parupami): menghias diri, mengenakan apa pun yang saya inginkan di antara berkoti-koti pakaian yang tak tehitung. Harta benda yang melimpah (pahutavitta): harta benda melimpah untuk kebutuhan hidup, kekayaan yang besar dan kemakmuran besar. Masih tidak habis (na ca tava khiyati): tetapi harta benda itu tidak habis, tidak berkurang, tidak berakhir.

3 Jadi, sebagai akibat dari tindakan yang sama itu (tass’ eva kammassa vipakam anvaya): maka, dengan sarana, hanya karena tindakan berjasa yang sama dalam memberikan benang itu, maka kebahagiaan yang dihasilkan dan kesenangan yang dihasilkan, apa yang disukai dan bak-madu diterima di sini, di dalam istana ini. Telah kembali sekali lagi ke (alam) manusia (gantva puna-m-eva manussam): sekali lagi telah mencapai alam manusia. Saya bertekad untuk melakukan tindakan-tindakan berjasa (kahami puññani): saya akan melakukan tindakan-tindakan berjasa yang akan menghasilkan kebahagiaan luar biasa bagiku, atau tindakan-tindakan yang darinya muncul keelokan-keelokan yang kuperoleh ini – beginilah artinya. Tolong antarkan saya, tuanku (nay’ayyaputta mam): artinya tolong antarkan saya (naya=nehi, bentuk tata bahasa alternatif) ke alam manusia, tuanku.

Ketika mendengar hal ini, vimanapeta itu tidak mau pergi karena belas kasihan dan juga karena kemelekatannya terhadap gadis itu. Dia mengucapkan syair ini:

4. ‘Tujuh ratus tahun sudah berlalu sejak engkau datang ke sini. Engkau sudah tua dan lanjut usia di sana dan semua sanak saudaramu sudah meninggal. Apa yang akan engkau lakukan jika engkau pergi ke tempat itu dari sini?’
4 Di sini, tujuh (satta): ini adalah atribut dengan menghilangkan infleksi, atau suatu ungkapan khas12 dalam bentuk ablatif. Ratus tahun: vassasata=vassasatato (bentuk tata bahasa alternatif); sudah lebih dari tujuh ratus tahun sejak engkau datang ke sini, sejak engkau datang ke istana ini, yang artinya tujuh ratus tahun sudah sejak engkau datang ke sini. [148] Engkau sudah tua dan lanjut usia di sana (jinna ca vuddha ca tahim bahvissasi): engkau telah mempertahankan penampilan mudamu selama ini karena keagungan tindakan yang menyebabkan engkau bertahan di sini dengan makanan dan temperatur surgawi.13 Tetapi jika engkau pergi dari sini, karena habisnya tindakan itu dan karena makanan dan temperatur manusia, maka engkau akan menjadi tua dan lanjut usia di sana di alam manusia. Dan semua sanak saudaramu sudah meninggal (sabbe ca te kalakata ‘va ñataka): selama masa itu, waktu yang sedemikian lama telah berlalu dan semua sanak saudaramu sudah meninggal. Oleh karenanya apa yang akan engkau lakukan jika engkau pergi ke tempat itu, ke alam manusia itu, dari sini, dari devaloka ini? Tinggallah di sini, habiskan sisa hidupmu di sini juga – beginilah artinya.

Ketika dewa itu telah berkata demikian, sekali lagi wanita itu berkata lewat syair ini, karena tidak percaya pada apa yang dikatakan dewa itu:

5. ‘Baru tujuh tahun sejak saya datang ke sini diberkahi dengan kebahagiaan surgawi. Bila saya telah kembali sekali lagi ke (alam) manusia, saya bertekad melakukan tindakan-tindakan yang berjasa. Tolong antarkan saya, tuanku.’
5 Di sini baru tujuh tahun sejak saya datang ke sini (satt’ eva vassani idhagataya me): tuanku, bagiku kelihatannya baru tujuh tahun berlalu sejak saya datang ke sini. Dia berbicara dengan cara ini karena tidak menyadari bahwa banyak waktu yang telah lewat dan dia telah diberkahi kebahagiaan surgawi selama tujuh ratus tahun. Ketika dia telah berkata demikian, vimanapeta tersebut menasihatinya dengan berbagai cara, ‘Engkau tidak akan hidup di sana lebih dari tujuh hari dari sekarang. Ada kekayaan yang diberikan olehku dan disisihkan oleh ibumu. Berikan kekayaan itu kepada para petapa dan para brahmana dengan keinginan bahwa engkau bisa muncul di sini.’14 Setelah vimanapeta itu berkata demikian, dia memegang tangan wanita itu dan menaruhnya di tengah desanya,15 setelah berpesan bahwa dia harus mendesak orang-orang lain yang juga telah datang ke sana untuk melakukan tindakan-tindakan berjasa sesuai kemampuan mereka masing-masing, vimanapeta kemudian pergi. Karena alasan inilah dikatakan:

6. [149] Dia memegang tangannya dengan erat dan membimbingnya kembali, tua dan renta, sambil berkata, ‘Engkau harus memberitahu orang-orang lain yang juga datang ke sini, “Lakukanlah tindakan-tindakan berjasa maka kebahagiaan akan diterima.”‘
6 Di sini, dia (so): vimanapeta itu. -nya (tam): wanita itu. Memegang tangannya dengan erat (gahetvana pasayha bahayam): memegang dia pada lengannya seolah-olah dengan paksa. Membimbingnya kembali (paccanayitvana): mengajak dia sekali lagi ke desa tempat dia dilahirkan dan tumbuh dewasa. Tua (therim): sebagai wanita yang tua,16 artinya tua dan telah lanjut (dalam usia). Renta (sudubbalam): lemah karena usia dan jompo. Dikatakan bahwa begitu meninggalkan istana, wanita itu menjadi tua, lanjut (dalam usia), dilanda kerentaan, telah melewatkan masa hidupnya dan berada di akhir hidupnya.17 Engkau harus memberi tahu: vajjesi=vadeyyasi (bentuk tata bahasa alternatif). Untuk menunjukkan kepadanya apa yang harus dia katakan, ‘Orang-orang lain yang juga (sudah)’ dst. disampaikan. Beginilah artinya: ‘Engkau, sayangku, harus me!akukan tindakan-tindakan berjasa. Engkau harus memberitahu, engkau harus mendesak, orang-orang lain yang juga telah datang ke sini untuk melihatmu, dengan berkata, ‘Teman-temanku yang terhormat,18 sekalipun jika kepala dan pakaian19mu menyala20 kalian harus mengabaikannya dan tetap melakukan tindakan-tindakan berjasa seperti misalnya keluhuran memberi dll., karena ketika tindakan-tindakan berjasa dilakukan, kebahagiaan yang merupakan buahnya pasti akan diterima21 – tidak ada keraguan sehubungan dengan ini!”‘

Ketika vimanapeta tersebut telah mengatakan hal ini dan pergi dari sana, wanita itu pergi ke tempat tinggal sanak saudaranya dan memperkenalkan diri kepada mereka. Dia mengambil kekayaan yang mereka berikan, dan berdana kepada para petapa dan brahmana, serta mendesak semua yang datang di hadapannya dengan syair ini:

7. ‘Para peta, demikian juga manusia, terlihat olehku ketika mereka meratap karena belum melakukan apa yang baik, [150] seperti para dewa dan manusia, kelompok ini terbentuk kokoh dalam kebahagiaan, karena telah melakukan tindakan-tindakan yang akan dialami sebagai kebahagiaan.’
7 Di sini, karena belum melakukan (akatena): karena tidak menyebabkan munculnya, karena belum mengumpulkan sendiri. Apa yang baik (sadhuna): tindakan-tindakan yang bajik. Ini merupakan bentuk instrumental dengan tanda modalitas.22 Ketika mereka meratap (vihaññanti): ketika mereka menemui kesedihan. Yang akan dialami sebagai kebahagiaan (sukhavedaniyam): tindakan-tindakan berjasa yang menghasilkan kebahagiaan. Terbentuk kokoh dalam kebahagiaan (sukhe thita): mantap dalam kebahagiaan; bacaan alternatif adalah ‘terlahir bersama kebahagiaan’ (sukhedhita),23 yang artinya mereka tumbuh dan menjadi makmur24 dibarengi dengan kebahagiaan. Beginilah artinya di sini: persis seperti para peta, manusia juga, terlihat olehku ketika mereka meratap, menemui penderitaan rasa lapar dan rasa haus dll. dan menjalani kesengsaraan yang besar karena belum melakukan apa yang bajik dan karena telah melakukan apa yang tak-bajik, (demikian juga) kelompok yang masuk ke alam dewa25 dan alam manusia terlihat olehku terbentuk mantap dalam kebahagiaan setelah melakukan tindakan-tindakan yang akan dialami sebagai kebahagiaan – karena telah melakukan tindakan-tindakan yang bajik dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang tak-bajik. Ini (dilihat olehku) dengan mataku sendiri. Oleh karenanya, bersungguh-sungguhlah melakukan tindakan-tindakan berjasa, singkirkan diri sejauh-jauhnya dari kejahatan.

Setelah mendesak mereka demikian, dia mulai memberikan dana besar-besaran kepada para petapa dan brahmana yang berlangsung tujuh hari. Pada hari ketujuh, dia meninggal dan terlahir di alam Tiga-puluh-tiga dewa. Para bhikkhu mengajukan masalah tersebut kepada Sang Buddha. Sang Buddha melihat masalah itu sebagai suatu kebutuhan yang muncul dan mengajarkan26 Dhamma kepada mereka yang berkumpul di sana. Beliau secara khusus menjelaskan keuntungan yang besar serta buah yang besar dari berdana yang diberikan untuk menghormati para Paccekabuddha. Ketika mendengar hal ini, mereka menjadi bebas dari noda keegoisan dan bergembira dalam tindakan-tindakan berjasa, seperti misalnya memberi dll.

Catatan:

1 Terbaca yakkhagahena ti pi dengan Se Be untuk yakkhagahenapi ti pada teks.

2 Terbaca upatthanena bahum pada teks dengan Se Be untuk upatthane na bahum. Artinya di sini justru berlawanan dengan arti yang disarankan oleh Gehman yang melewatkan hal pokok bahwa kemelekatan kepada lawan jenis pada waktu meninggal cenderung mengurangi buah kamma apa pun yang sebetulnya dapat diperolehnya – tema semacam ini muncul kembali dari waktu ke waktu, yang bermula dengan cerita pertama; lihat PvA 5 di atas.

3 Bandingkan PvA 242.

4 Terbaca kapanaddhikadinañ ca dengan Se Be untuk kapani- pada teks; bandingkan dengan PvA 78.

5 Terbaca adasim dengan Se Be untuk adasi pada teks.

6 Terbaca tassa, dengan Se Be, sebagai kata pertama baris ketiga pada syair itu dan bukan sebagai kata terakhir baris kedua pada teks.

7 Yaitu, meninggalkan keduniawian.

8 Terbaca vuttaya kayaviññatti- dengan Se Be untuk vuttakaya viññatti- pada teks.

9 uddissa ariya titthanti esa ariyanam yacana ti. Ini muncul kembali di J iii 354 dan Miln 230; ini dikutip di SnA 318 dan bacaan yang mirip dapat ditemukan di Mvu iii 419, 420. Menurut kitab komentar Jataka, para ariya dikatakan berdiri tak bergerak dan tak berbicara. Mereka tidak memberikan isyarat dengan mengubah postur tubuh mereka dan juga tidak mereka memecah keheningan mereka untuk mendapatkan perhatian. Sebaliknya, mereka tetap tak bergerak dan tak bebicara, hanya menunjukkan kebutuhan mereka akan dana. Bandingkan dengan diskusi di Miln 229 dst.

10 Se Be keduanya menambahkan va di sini.

11 Terbaca paricarakabhutehi dengan Se Be untuk parivaraka- pada teks; bandingkan dengan PvA 205.

12 paccattavacanam, lebih umum bentuk akusatif.

13 utu, temperatur, satu dari empat penyebab (paccaya) elemen (bhuta), penyebab bentuk materi (rupa), yang lain adalah kamma, citta dan ahara (makanan, seperti di sini). Lihat CPD sv utu untuk detail lebih lanjut.

14 Untuk peran yang dapat dimainkan oleh pengharapan atau pilihan dalam menentukan kelahiran berikutnya, lihat M i 289 dst., iii 99 dst.

15 Terbaca gamamajjhe thapetva dengan Se Be untuk gamam ajjhothapetva pada teks.

16 Terbaca thavarim jinnam dengan Se Be untuk thavarijinnam pada teks.

17 Ini adalah stok – lihat M i 82; Vin ii 88, iii 2 dll.

18 Terbaca bhadramukha dengan Se Be untuk -mukkha pada teks; bandingkan no. 7 pada PvA 95 di at:as.

19 Terbaca celam dengan Se Be untuk colam pada teks.

20 Perumpamaan ini cukup sering muncul kembali – bandingkan S i 108, iii 143, syair 440; A ii 93, iii 308, iv 320, syair 93 dst., dll.

21 Terbaca upalabbhati dengan Se Be untuk upalabhati pada teks.

22 Yaitu, dengan infleksi ablatif.

23 Demikian Se Be untuk sukhe dittha pada teks.

24 Terbaca phita dengan Se Be untuk thita pada teks.

25 Terbaca devamanussapariyapanna dengan Se Be untuk manussapariyapanna pada teks.

26 Terbaca desesi dengan Se Be untuk dassesi pada teks.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com