Sariputta | Suttapitaka | PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA CULASETTHI Sariputta

PENJELASAN MENGENAI CERITA PETA CULASETTHI

Cūḷa­seṭṭhi­peta­vatthu (Pv 20)

‘Engkau telah meninggalkan keduniawian namun sekarang telanjang dan kurus kering, tuan.’ Ini dikatakan ketika Sang Guru sedang tinggal di Hutan Bambu berkenaan dengan peta Culasetthi.

Dikatakan bahwa di Benares ada seorang perumah-tangga bernama Culasetthi yang tidak memiliki keyakinan maupun bakti. Dia jahat, kikir dan tidak memiliki hormat untuk melakukan tindakan-tindakan berjasa. Ketika meninggal, dia muncul di antara para peta. Kepalanya gundul, dia tidak berpakaian dan tubuhnya tidak mempunyai daging dan darah sehingga hanya merupakan tulang, otot dan kulit. Putrinya yang bernama Anula berdiam di rumah suaminya di Andhakavinda.1 Dia menyiapkan2 beberapa bahan untuk dana, seperti misalnya beras dsb., dengan keinginan untuk memberi makan beberapa brahmana atas nama ayahnya. Ketika peta tersebut mengetahui hal ini, dia pergi ke sana melalui udara dengan penuh harapan. Pada waktu sampai di Rajagaha, Raja Ajatasattu sedang berjalan hilir mudik di lantai atas istana kerajaannya, karena tidak dapat tidur. Dia diganggu hati nuraninya dan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan setelah kena bujukan Devadatta untuk membunuh ayahnya. Ketika melihat peta yang berjalan melalui udara itu [106] dia bertanya kepada peta tersebut dengan syair ini:

1. ‘Engkau telah meninggalkan keduniawian namun sekarang telanjang dan kurus kering, tuan. Ke mana engkau pergi di malam hari dan karena apa? Beritahulah saya – kami akan dapat, saya mungkin memberimu harta benda dengan segalanya.’
1 Di sini, yang telah meninggalkan keduniawian (pabbajito): yang merupakan seorang petapa. Dikatakan bahwa raja berkata, ‘Engkau yang telah meninggalkan keduniawian namun sekarang telanjang dan kurus kering’ dan seterusnya, menganggapnya sebagai seorang petapa telanjang disebabkan oleh ketelanjangannya dan kepalanya yang gundul. Di sini, karena apa? (kissa hetu): karena apa? Saya mungkin memberimu harta benda dengan segalanya (sabbena vittam patipadaye tuvam): saya mungkin memberimu, saya mungkin mendapatkan3 untukmu, sesuai dengan yang engkau inginkan, harta benda yang merupakan sarana untuk menopang kenyamananmu, beserta semua benda yang dapat digunakan, atau pilihan lain, dengan segala usaha (yang mungkin); tentunya4 kami akan bisa bertindak seperti ini. Oleh karenanya beritahulah saya (acikkha me tam), artinya jelaskan kepadaku mengapa engkau datang.

Ditanya demikian oleh raja, peta tersebut menyampaikan tiga syair untuk menjelaskan situasinya:

2. ‘Kota Benares terkenal dari jauh; dahulu saya adalah seorang perumah-tangga di sana, makmur tetapi jahat. Saya tidak memberi dan saya memiliki pikiran yang bernafsu terhadap kenikmatan. Melalui perilaku yang buruk saya telah mencapai alam Yama.
3. Sebagai akibat dari hal-hal ini, sekarang saya kehabisan tenaga karena jarum; justru karena inilah saya pergi ke antara sanak saudaraku demi memperoleh sesuatu untuk dimakan. Tetapi mereka tidak memiliki keluhuran kedermawanan dan tidak percaya bahwa ada buah dalam perbuatan memberi di alam berikutnya.
4. Walaupun demikian, putriku terus-menerus bergumam, “Saya akan memberikan dana untuk ayah-ayahku dan kakek-kakekku.” [107] Para brahmana dilayani dengan apa yang telah dia siapkan dan saya pergi ke Andhakavinda untuk makan.’5
2 Di sini, terkenal dari jauh (duraghuttham): dikenal dari jauh melalui pujian karena kualitas-kualitasnya, yang artinya terkenal di mana-mana. Makmur addhako=addho (bentuk tata bahasa alternatif), berarti memiliki kemakmuran yang besar. Jahat (dino): berpikiran sempit, memiliki kecenderungan untuk tidak memberi. Karena inilah dia mengatakan, ‘Saya tidak memberi.’ Saya memiliki pikiran yang bernafsu terhadap kenikmatan (gedhitamano amisasmim): saya tunduk pada nafsu keinginan dengan pikiran yang tertuju pada kenikmatan6 indera. Melalui perilaku yang buruk saya telah mencapai alam Yama (dussilena Yamavisayamhi patto): melalui tindakan-tindakan jahat yang dilakukan olehku maka saya telah mencapai alam Yama, alam para peta.

3 Sekarang saya kehabisan tenaga karena jarum (so sucikaya kilamito): saya kehabisan tenaga, saya terus-menerus ditusuk, oleh rasa lapar yang telah memperoleh nama ‘jarum’ karena kemiripannya dengan jarum dalam hal menusuk. Bacaannya sesungguhnya bisa juga ‘kepayahan’ (kilamatho). Sebagai akibat dari hal-hal ini (tehi): karena perbuatan-perbuatan jahat yang disebutkan sebelumnya, yaitu kikir dan sebagainya. Ketika peta itu mengingat kembali perbuatan-perbuatan jahatnya, dia menjadi amat sangat sedih sehingga dia berbicara demikian: justru karena inilah (ten’ eva): karena kesengsaraan akibat kelaparan inilah. Saya pergi ke antara sanak saudaraku (ñatisu yami): saya pergi, saya melakukan perjalanan, ke hadapan sanak saudaraku. Demi memperoleh sesuatu untuk dimakan (amisakiñcihetu): hanya untuk sejumlah kecil makanan, yang artinya merindukan makanan. Tetapi mereka tidak memiliki keluhuran kedermawanan dan tidak percaya bahwa ada buah dalam perbuatan memberi di alam berikutnya (adanasila na ca saddahanti, ‘danaphalam hoti paramhi loke’): seperti saya, demikian pula orang-orang lain tidak memiliki keluhuran kedermawanan dan tidak percaya bahwa pasti ada buah dalam perbuatan memberi di alam berikutnya. Maka, seperti saya, mereka pun juga akan menjadi peta dan mengalami kesengsaraan yang besar – beginilah artinya.

4 Bergumam (lapate): berbicara. Terus-menerus: abhikkhanam=abinham (bentuk tata bahasa alternatif), berulang-ulang. Apa yang dia gumamkan? Dia berkata, ‘Saya akan memberikan dana untuk ayah-ayahku dan kakek-kakekku.’ Di sini, untuk ayah-ayahku (pitunnam): untuk orang tuaku, atau untuk semua kakak dan adik ayah.7 Untuk kakek-kakekku (pitamahanam): untuk kakek-kakekku dan nenek moyangku.8 Apa yang telah dia siapkan (upakkhatam): apa yang telah disiapkannya. Dilayani (parivisayanti): diberi makan. Untuk Andhakavinda (Andhakavindam): untuk kota dengan nama itu. Untuk makan: bhottum=bhuñjitum (bentuk tata bahasa alternatif).

[108] Dari sini selanjutnya dikatakan oleh mereka yang mengulang teks-teks itu:
5. ‘Raja itu berkata kepadanya, “Setelah engkau mengambil bagian di situ, engkau harus kembali dengan cepat; saya juga akan memberikan penghormatan. Beritahukanlah apakah ada suatu kondisi, karena kami akan mendengarkan pernyataan tentang kondisi-kondisi9 yang dapat dipercaya.”
6. “Terjadilah demikian”, peta itu berkata dan pergi. Tetapi mereka yang menyantap makanan di sana tidak pantas memperoleh dana. Jadi dia kembali10 sekali lagi ke Rajagaha dan muncul di hadapan raja.
7. Melihat bahwa peta itu telah kembali lagi, raja berkata, “Apa yang harus saya berikan? Beritahukanlah apakah ada kondisi apa pun yang menyebabkan engkau bisa bahagia untuk waktu yang lama di masa mendatang.”
8. “Setelah engkau melayani Buddha dan Sangha dengan makanan, minuman dan jubah, baginda, maka tujukanlah dana itu untuk manfaatku. Dengan cara ini saya bisa bahagia untuk waktu yang lama di masa mendatang.”
9. Karena itu, raja pun turun dan langsung dengan tangannya sendiri memberikari dana yang tiada bandingnya kepada Sangha; dia melaporkan hal ini kepada Sang Tathagata dan menujukan dana itu untuk peta tersebut.
10. Dengan terhormat dan amat berkilau, peta tersebut muncul di hadapan raja para manusia dan berkata, “Sekarang saya adalah yakkha yang memiliki kekuatan psikis tertinggi. Tak ada manusia yang mirip atau sebanding denganku dalam kekuatan psikis.
11. Lihatlah keagunganku yang tak terbatas ini, yang telah dipersembahkan olehmu11 setelah engkau memberikan yang tiada bandingnya kepada Sangha. [109] Saya akan dipuaskan, terus-menerus dan selalu, secara melimpah, dan saya akan ke mana-mana dengan bahagia, O deva di antara manusia”.’
5 Di sini, raja itu berkata kepadanya (tam avoca raja): raja Ajatasattu berkata kepada peta yang tetap berdiri setelah berbicara dengan cara itu. Setelah engkau mengambil bagian di situ (anubhaviyana tam pi): setelah engkau mengambil bagian dari dana yang telah dipersiapkan oleh putrimu. Engkau harus kembali (eyyasi): engkau mesti kembali. Akan memberikan: karissam=karissami (bentuk tata bahasa alternatif). Beritahukanlah apakah ada suatu kondisi (acikkha me tam yadi atthi hetu): beritahukanlah kepada saya, jelaskanlah kepada saya, apakah ada cara apa pun. Yang dapat dipercaya (saddhayitam): yang harus; dipercaya. Pernyataan tentang kondisi-kondisi (hetuvaco): pernyataan apa pun yang berhubungan dengan kondisi, yang berarti buatlah pernyataan bersama dengan cara-cara (demikian) seperti misalnya, ‘Akan memberikan manfaat bagi saya jika pemberian itu dilakukan di tempat ini atau itu dengan cara seperti begini atau begitu.’

6 ‘Terjadilah demikian’, peta itu berkata (tatha ti vatva): ‘Baiklah’, dia berkata. Di sana (tattha):12 di Andhakavinda, tempat (makanan) sedang disajikan. Tetapi mereka yang menyantap makanan tidak pantas memperoleh dana (bhuñjimsu13 bhattam na ca pana dakkhinaraha): mereka yang menyantap makanan itu adalah brahmana yang berperilaku buruk, artinya mereka yang menyantapnya bukan orang luhur dan mereka tidak pantas memperoleh dana. Sekali lagi: punaparam=puna aparam (ketentuan gabungan), dia kembali lagi ke Rajagaha.

7 Apa yang harus saya berikan? (kim dadami): raja bertanya pada peta itu, ‘Pemberian macam apa yang harus saya berikan kepadamu?’ Yang menyebabkan engkau (yena tuvam): yang dengan cara itu engkau. Untuk waktu yang lama di masa mendatang (cirataram): untuk waktu yang lama. Bahagia (pinito): (bagaimana) engkau dapat merasa puas hati, yang berarti saya mohon hal ini dijelaskan.

8 Setelah engkau melayani (parivisayana): ketika engkau telah memberi makan. Baginda (raja): dia menyapa Ajatasattu. Untuk manfaatku (me hitaya): demi manfaatku, untuk (demi) kebebasan dari keadaan sebagai peta ini.

9 Karena itu (tato): untuk alasan inilah, karena ungkapan itu; atau, pilihan lain, dari sana (tato): dari istana itu. Turun (nipatitva): keluar. Langsung (tava-d-eva): persis saat itu, pada saat matahari muncul. (Raja itu) memberikan dana pada pagi yang sama14 dengan ketika peta tersebut kembali dan menampakkan diri di hadapan raja. [110] Dengan tangannya sendiri: sahattha=sahatthena (bentuk tata bahasa alternatif). Tiada bandingnya (atulam): tidak bisa diukur, yang terbaik,15 pilihan. Memberikan kepada Sangha: daditva sanghe=sanghassa datva (bentuk tata bahasa alternatif). Dia melaporkan hal ini kepada Sang Tathagata (arocayi pakatim Tathagatassa): dia melaporkan berita tentang hal itu kepada Sang Buddha dengan berkata, ‘Bhante, persembahan ini dibuat berkenaan dengan peta tertentu’. Dan setelah melaporkan hal ini, dia menujukan (adisittha=adisi, bentuk tata bahasa alternatif) dana itu kepada peta tersebut dengan cara yang sama sehingga pemberian itu memberi manfaat baginya.16

10 Dia (so): peta itu. Terhormat (pujito): dihormati dengan dana yang sedang diberikan. Amat berkilau (ativiya sobhamano): sangat gemerlap dengan kemegahan surgawi.17 Peta itu muncul: paturahosi=patubhavi (bentuk tata bahasa alternatif): dia memampakkan diri di hadapan raja. Sekarang saya adalah yakkha (yakkho ‘ham asmi): terbebas18 dari keadaan sebagai peta, saya telah menjadi yakkha, saya telah mencapai keadaan devata. Tak ada manusia yang mirip atau sebanding denganku dalam kekuatan psikis (na mayham iddhisamasadisa manussa): tidak ada manusia yang mirip dengan saya dalam hal kehebatan apa yang dimiliki atau yang sejajar dengan saya dalam keelokan kemegahan ini.19

11 Lihatkah keagunganku yang tak terbatas ini (passanubhavam aparimitam mamayidam): dengan menunjukkan keelokannya secara pribadi kepada raja itu dia berkata, ‘Lihatlah keagungan surgawiku yang tak terbatas ini.’ Yang telah dipersembahkan olehmu setelah engkau memberikan yang tiada bandingnya kepada Sangha (tayanudittham atulam daditva sanghe): setelah engkau memberikan dana terbaik yang tiada bandingnya kepada Ariyasangha,20 dana itu dipersembahkan olehmu karena belas kasihan kepadaku. Saya akan dipuaskan, terus-menerus dan selalu, secara melimpah (santappito satatam sada bahuhi): saya akan merasa puas, saya akan bahagia, secara terus-menerus, tanpa sela, dan selalu, sepanjang waktu, bahkan selama kehidupan masih ada, karena engkau telah memberikan kepada Ariyasangha secara melimpah persembahan jasa seperti makanan, minuman, dan pakaian dsb. Saya akan ke mana-mana dengan bahagia, O deva di antara manusia (yami aham sukhito manussadeva): dia mohon diri kepada raja dengan mengatakan, ‘Oleh karena itu saya bahagia sekarang, O dewa di antara manusia, O raja besar, dan saya akan pergi ke tempat mana pun yang saya suka.’

[111] Setelah peta itu mohon diri dengan cara itu dan pergi, raja Ajatasattu mengemukakan hal itu kepada para bhikkhu. Para bhikkhu menemui Sang Buddha dan mengemukakan hal itu kepada Beliau. Sang Buddha menganggap hal itu sebagai suatu kebutuhan yang muncul dan mengajarkan Dhamma kepada mereka yang berkumpul di sana. Ketika mendengarnya, orang-orang meninggalkan noda-noda keegoisan dan bergembira dalam perbuatan-perbuatan berjasa seperti berdana dan sebagainya.
Catatan:

1 Satu desa persis di luar Rajagaha.

2 Terbaca danupakaranani sajjesi dengan Se Be untuk danupakarana nisajjesi pada teks; bandingkan dengan PvA 278.

3 Terbaca sampadeyyam dengan Se Be untuk samma deyyam pada teks; Se Be terbaca patipadaye pada syair tetapi patipadeyyam pada kitab komentar.

4 Terbaca app’ eva nama dengan Se Be untuk app’ eva pada teks.

5 Terbaca bhottun ti dengan Se (Be bhuttun ti) untuk bhottun’ ti ti pada teks.

6 Terbaca kamamise laggacitto dengan Se Be untuk kamamiselaggacitto pada teks.

7 Terbaca culapitumahapitunam dengan Be (Se culla-) untuk culapitu mahapitunam pada teks.

8 ayyakapayyakanam: bandingkan SED sv aryaka yang dikatakan merupakan suatu upacara untuk para peta.

9 Terbaca hetuvaco dengan Se Be dan IV 131 di bawah untuk hetuvahe pada teks.

10 Terbaca paccagami dengan Se Be dan komentar di bawah untuk paccha gami pada teks.

11 Terbaca tayanudittham di sini dan dalam komentar dengan Be Se (Se komentar -udd-) untuk tayanusittham pada teks.

12 Terbaca tattha ti dengan Se Be untuk Tattha bhuñjimsu ti pada teks.

13 Teks salah memberi tanda baca dan seharusnya dibaca dengan Se Be… parivesanatthane. Bhuñjimsu …

14 Terbaca eva dengan Se Be untuk evañ ca pada teks.

15 Terbaca ularam dengan Se Be untuk olaram pada teks.

16 Terbaca arocetva ca yatha tam danam tassa upakappati evam tassa ca petassa dakkhinam adisittha adisi dengan Se Be untuk aropetva ca yatha ularam panitam danam datva tam danam petassa upakappati, evam tassa dakkhinam adisittha adisi pada teks.

17 Terbaca dibbanubhavena dengan Se Be untuk dibbabhavena pada teks.

18 Terbaca mutto dengan Se Be untuk mato pada teks.

19 Terbaca ãnubhãva- dengan Se Be untuk anubhãva- pada teks.

20 Lihat catatan di PvA 105 di atas.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com