Sariputta | Suttapitaka | Mengapa Devadatta Makmur? Sariputta

Mengapa Devadatta Makmur?

Kusa­lā­kusa­la­sama­visama­pañha (Mil 5.4 7)

37. Mengapa Devadatta Makmur?

“Anda mengatakan bahwa perbuatan bajik akan membawa kelahiran di surga atau kelahiran sebagai manusia yang beruntung, serta bahwa perbuatan jahat membawa penderitaan atau kelahiran sebagai manusia yang tidak beruntung. Akan tetapi, Devadatta yang penuh dengan sifat-sifat jahat, sering terlahir dengan kedudukan yang lebih baik dibanding Sang Bodhisatta, yang penuh dengan sifat-sifat yang bajik.”

“Nagasena, ketika Devadatta menjadi pendeta keluarga Brahmadatta- raja Benares, pada saat itu Sang Bodhisatta adalah kasta yang tersingkir. Ini adalah satu kasus di mana Sang Bodhisatta lebih rendah dibandingkan dengan Devadatta, di dalam kelahiran maupun reputasi.

“Begitu juga, ketika Devadatta menjadi seorang raja besar yang berkuasa di dunia ini, pada waktu itu Sang Bodhisatta menjadi gajah. Di dalam kasus itu juga, lagi-lagi Sang Bodhisatta lebih rendah dibandingkan dengan Devadatta. Demikian juga di banyak kasus lainnya.”

“Memang benar apa yang baginda katakan itu.”

“Kalau begitu berarti kebajikan dan kejahatan menghasilkan buah yang sama.”

“Tidak. Bukan demikian, O baginda. Devadatta dimusuhi oleh siapa saja, tetapi tidak ada yang memusuhi Bodhisatta. Dan ketika menjadi raja, Devadatta melindungi dan melayani rakyatnya serta memberikan persembahan kepada para petapa dan para brahmana sesuai dengan kecenderungannya. Baginda, tak ada seorang pun yang dapat mencapai kemakmuran tanpa kemurahan hati, pengendalian diri, serta mempraktekkan moralitas dan nilai-nilai luhur lainnya. Meskipun demikian, semua makhluk yang terhanyut di dalam arus lingkaran tumimbal lahir yang tak ada hentinya selalu akan bertemu dengan rekan yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Sama halnya seperti air yang mengalir di sungai selalu akan menemui benda yang bersih maupun yang tidak bersih. Tetapi perbandingan antara Sang Bodhisatta dan Devadatta harus dipertimbangkan dari sudut pandang panjangnya lingkaran tumimbal lahir yang tak terbayangkan, dan juga harus diingat bahwa Sang Bodhisatta berada di surga selama kurun waktu berkalpa-kalpa, sementara Devadatta mendidih di neraka.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com