Sariputta | Suttapitaka | Dhamma-lah yang Terbaik Sariputta

Dhamma-lah yang Terbaik

Seṭ­ṭha­dham­ma­pañha (Mil 5.3 1)

19. Dhamma-lah yang Terbaik

“Dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Dhamma-lah, O Vasettha, yang terbaik di dunia ini.’ Tetapi Anda mengatakan bahwa seorang umat awam yang saleh yang telah mencapai tingkat Pemasuk-Arus harus menghormat kepada seorang samanera, meskipun samanera itu belum mencapai tingkat spiritual yang sedemikian. Jika memang Dhamma yang terbaik, maka kebiasaan seperti itu tidaklah tepat.”

“O baginda, ada alasan di balik kebiasaan itu. Ada dua puluh sifat kepribadian dan dua tanda luar yang membuat seorang samanera patut dihormati:

Dia bersuka cita di dalam Dhamma yang luar biasa,
Dia mempunyai pengendalian diri yang paling tinggi,
Dia mempunyai perilaku yang baik, karena cara hidupnya [mengumpulkan dana makanan],
Dia tidak minum minuman keras,
Dia mengendalikan inderanya,
Dia sabar,
Dia lembut,
Dia hidup sendiri,
Dia menikmati kesendirian,
Dia bersuka cita di dalam meditasi,
Dia memiliki rasa malu berbuat salah,
Dia memiliki rasa takut berbuat salah,
Dia bersemangat,
Dia tekun,
Dia menjalankan peraturan,
Dia mempelajari kitab suci,
Dia menanyakan maknanya kepada yang mengerti,
Dia bersukacita di dalam nilai-nilai luhur,
Dia tidak berumah dan karena itu terbebas dari kemelekatan duniawi,
Dia melaksanakan peraturan.
Dan dia mempunyai dua tanda luar- yaitu kepala yang dicukur dan jubah kuning. Di dalam semua praktek dan perkembangan seperti inilah seorang petapa hidup. Dengan berlatih dan mengembangkan nilai-nilai luhur sebagai samanera dia maju menuju tingkat Arahat. Karena itu, ketika melihat samanera yang berkawan dengan mereka yang sangat patut dihormati, maka umat yang saleh berpikir bahwa benar dan pantaslah bila dia menghormat seorang petapa meskipun mungkin petapa itu hanyalah orang biasa yang belum mencapai tingkat kesucian. Apalagi, O baginda, juga karena melihatnya sebagai orang yang mempertahankan tradisi kebiaraan maka umat awam menghormati petapa. Dan jika seorang umat awam mencapai tingkat Arahat, hanya dua tujuan yang menantinya: dia harus masuk Sangha pada hari itu juga, atau dia harus mencapai parinibbana. Benar-benar tak tergoyahkan, O baginda, keadaan meninggalkan kehidupan duniawi. Sungguh hebat dan mulia kondisi untuk masuk ke dalam Sangha Sang Buddha.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com