Sariputta | Suttapitaka | Tentang Penghormatan kepada Sang Buddha Sariputta

Tentang Penghormatan kepada Sang Buddha

Katādhikā­ra­sa­pha­la­pañha (Mil 5.1 1)

Saya izinkan baginda bertanya sesuka Anda.”

1. Tentang Penghormatan kepada Sang Buddha

“Yang Mulia Nagasena, para pemimpin sekte lain berkata, ‘Jika Sang Buddha setuju akan penghormatan dan persembahan, itu berarti Beliau tidak sepenuhnya terbebas dari dunia. Oleh karenanya, semua pelayanan yang dipersembahkan kepada Beliau menjadi kosong dan tidak ada artinya.’ Uraikanlah kekusutan pandangan yang salah ini, pecahkanlah dilema ini, dan berilah pandangan terang bagi siswa Sang Buddha yang akan datang agar dapat membuktikan bahwa lawannya itu berpandangan salah.”

“Sang Buddha, O baginda, telah sepenuhnya terbebas dan tidak lagi memiliki kemelekatan, baik pada persembahan maupun pada penghormatan yang diberikan kepada Beliau.”

“Nagasena, seorang anak boleh memuji ayahnya, atau seorang ayah boleh memuji anaknya. Tetapi itu bukan dasar yang cukup kuat untuk membungkam orang-orang yang mengkritiknya.”

“Sang Buddha sekarang telah mangkat dan tidak dapat dikatakan telah menerima penghormatan dan persembahan yang diberikan kepada Beliau. Akan tetapi, perbuatan baik yang dilakukan di dalam nama Sang Buddha masih berharga dan membuahkan hasil yang besar. Bagaikan angin topan yang dahsyat dan kuat bertiup, begitu juga Sang Buddha telah menyapu dunia dengan cinta kasihnya yang amat melegakan, amat lembut dan amat murni. Bagaikan orang yang tersiksa oleh panas dibuai oleh angin yang sejuk, demikian pula makhluk yang tersiksa oleh panasnya nafsu keinginan, kebencian dan kebodohan batin telah ditenteramkan oleh ajaran Sang Buddha yang mulia. O baginda yang mulia, meskipun Sang Buddha telah mahaparinibbana, Beliau telah meninggalkan ajaran-Nya, siswa-Nya, dan relik-Nya yang berharga, yang nilainya berasal dari kebajikan luhur, konsentrasi, kebijaksanaan dan kebebasan Beliau. Makhluk yang masih terkena penderitaan karena dumadi pun dapat memperoleh manfaat dari hal-hal ini, seperti halnya orang yang mempunyai kipas masih dapat menikmati angin sepoi meskipun angin tidak lagi bertiup. Dan hal ini telah dilihat sebelumnya oleh Sang Buddha ketika Beliau berkata, ‘Mungkin Ananda, beberapa dari kalian akan berpikir, ‘Ajaran dari Sang Guru telah berakhir; kita tidak lagi mempunyai guru’, tetapi janganlah kalian beranggapan demikian. Dhamma yang telah dibabarkan oleh-Ku dan aturan-aturan yang telah Kugariskan, biarlah mereka menjadi Guru kalian setelah Aku pergi.’

“Dan dengarlah alasan lainnya, O baginda. Apakah baginda pernah mendengar tentang seorang raksasa bernama Nandaka yang berani memukul Bhante Sariputta, dan kemudian tertelan bumi?”

“Ya, Yang Mulia, itu telah menjadi pengetahuan umum.”

“Tetapi apakah Bhante Sariputta yang menyebabkannya?”

“Bhante Sariputta tidak akan pernah menyetujui penderitaan apa pun dikenakan pada makhluk hidup, karena beliau telah mencabut semua akar kemarahan.”

“Tetapi jika Sariputta tidak menyetujuinya, mengapa Nandaka ditelan bumi?”

“Itu karena kekuatan perbuatan jahatnya.”

“Berapa banyak, O baginda, orang yang ditelan bumi?”

“Ada lima, Yang Mulia. Ciñca wanita Brahmana, Suppabuddha orang Sakya, Devadatta, Nandaka sang raksasa,6 dan Nanda si Brahmana. Mereka itu semua ditelan bumi.”

“Dan, kepada siapakah, O baginda, mereka telah berbuat salah?”

“Sang Buddha atau siswa-siswa Beliau.”

“Oleh karena itu, O baginda, suatu tindakan yang ditujukan kepada Sang Tathagata, meskipun Beliau telah meninggal dunia, tetap ada nilainya dan menghasilkan buah.”

“Dengan baik pertanyaan yang dalam ini telah dijawab olehmu, Nagasena. Anda telah mengungkapkan apa yang tadinya tersembunyi. Anda telah menguraikan kekusutannya, menebas belukar, meluruskan pandangan yang salah. Anda telah membuat orang-orang yang picik menjadi kebingungan di dalam kegelapan. Anda memang pemimpin terbesar dari segenap pemimpin aliran.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com