Sariputta | Suttapitaka | MAHĀ-PALOBHANA-JĀTAKA Sariputta

MAHĀ-PALOBHANA-JĀTAKA

Mahā­palobha­na­jātaka (Ja 507)

“Dari alam Brahma,” dan seterusnya—Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana, tentang penodaan terhadap orang suci.

Situasi cerita ini telah dijelaskan sebelumnya.

Di sini Sang Guru berkata lagi, “Wanita mengakibatkan penodaan, bahkan di dalam jiwa yang suci,” dan menceritakan kisah masa lampau ini.
____________________

[469] Dahulu kala di Benares—di sini kisah masa lampau tersebut diuraikan di dalam Culla-palobhana-Jātaka286.
Sekarang dalam cerita ini, sekali lagi Sang Mahasatwa turun dari alam Brahma terlahir sebagai putra raja Kasi, dengan nama pangeran Anitthi-gandha, si Pembenci Wanita. Ia tidak ingin berada di dalam kekuasaan seorang wanita, mereka (para wanita) haruslah berpakaian seperti laki-laki untuk mendekat kepada dirinya; ia tinggal bermeditasi di dalam kamar kecil dan ia tidak pernah melihat seorang wanita.

Untuk menjelaskan ini, Sang Guru mengucapkan empat bait kalimat berikut ini:

“Dari alam Brahma seorang dewa turun,
di sini di atas bumi ini
Sebagai putra seorang raja
yang setiap keinginannya adalah kebenaran.
“Sewaktu di alam Brahma, tidak ada perbuatan nafsu keinginan
yang dikatakan pernah mendatanginya:
Jadi ketika terlahir di dunia ini,
pangeran itu sangat membenci yang namanya itu.
“Di dalam istana, ia membuat kamar kecil
miliknya sendiri,
Dimana ia sendirian melewati hari-harinya
dalam meditasi.
“Raja, yang merasa cemas terhadap putranya itu,
meratap sedih mengetahui dirinya berada di sana:
‘Saya hanya memiliki seorang putra,
dan ia tidak peduli dengan kesenangan.’ ”
Bait kelima ini menguraikan ratapan sedih raja:

“O siapakah yang dapat memberitahuku
apa yang harus dilakukan! O apakah tidak ada jalan?
Siapakah yang akan mengajari dirinya untuk menginginkan kesenangan dari cinta,
dan siapakah yang dapat membujuk dirinya?”
Satu setengah bait berikutnya adalah bagian dari kebijaksanaan yang sempurna:

“Ada seorang wanita, berbadan anggun,
memiliki kulit yang putih nan cantik:
Ia mengetahui sejumlah lagu-lagu yang indah,
dapat menari dan berputar dengan baik.
Wanita ini mencari Yang Mulia,
dan demikianlah ia memulainya.”
[470] Baris yang berikutnya ini diucapkan oleh wanita muda itu:
“ ‘Saya akan memikatnya
jika Anda merestui dirinya menikah denganku.’
Raja menjawab wanita itu, dan ia berkata demikian:

‘Lakukanlah dan jika berhasil membujuknya,
maka ia akan menjadi suamimu.’ ”
Raja kemudian memberikan perintah bahwasannya semua kesempatan harus disediakan untuknya, dan mengutusnya untuk melayani pangeran. Di pagi hari, dengan membawa kecapinya, ia pergi dan berdiri tepat di depan kamar tidur pangeran. Memetik kecapi dengan tangannya, ia mencoba untuk menggoda pangeran dengan bernyanyi dalam suara yang merdu.

Untuk menjelaskan ini, Sang Guru berkata:

“Wanita itu masuk ke dalam rumah
dan di tempatnya berdiri,
Ia menyanyikan lagu-lagu pendek yang bahagia dan sedih,
untuk mendapatkan hati seorang kekasih.
“Di sana ketika wanita itu berdiri dan bernyanyi,
pangeran yang mendengar suaranya,
Langsung masuk ke dalam khayalan, dan ia bertanya
kepada para pelayan yang berada di sana—
“ ‘Melodi apa itu yang terdengar begitu jelas olehku,
Yang mengisi hatiku dengan pikiran cinta,
begitu merdu terdengar di telingaku?’
“ ‘Seorang wanita, Yang Mulia, yang cantik terlihat,
yang menghabiskan waktu tak terhingga:
Jika Anda ingin menikmati manisnya cinta,
maka menyerah, menyerahlah kepada kesenangan ini.’
“ ‘Hai, kemari, biarkan ia datang
dan menyanyi lebih banyak lagi,
Biarkan ia menyanyi di sini,
di hadapanku di dalam kamar kecilku ini!’
“Ia bernyanyi di sana tanpa ada halangan berupa dinding lagi,
berdiri di dalam ruangan:
Wanita itu mendapatkan dirinya,
seperti gajah yang terjerat di perangkap dalam hutan.
“Lihatlah, pangeran merasakan kesenangan dari cinta
dan lo! tumbuh rasa iri hati:
‘Tidak boleh ada laki-laki lain yang mencintainya!’ teriaknya,
‘hanya diriku sendiri yang boleh mencintainya!’
“ ‘Tidak ada laki-laki lain, hanya diriku sendiri!’ teriaknya,
dan kemudian pergi—
Mengambil sebilah pedang dan berlari mengamuk
membunuh semua laki-laki lainnya di sana!
[471] “Orang-orang melarikan diri sambil berteriak
penuh kecemasan menuju ke istana:
‘Putramu akan membunuh semua orang
yang tidak bersalah!’ teriak mereka.
“Dirinya ditahan oleh raja ksatria tersebut,
dan mengusirnya dari hadapannya:
‘Di dalam kerajaanku Anda tidak akan bisa mendapatkan tempat.’
“Ia membawa istrinya dan
berjalan sampai ia berdiri dekat laut;
Di sana ia membuat gubuk daun dan bertahan hidup
dengan mengumpulkan makanan dari dalam hutan.
“Seorang petapa suci yang terbang tinggi
melintasi lautan tersebut,
Masuk ke dalam gubuk
di saat tiba waktunya untuk makan.
“Wanita itu menggodanya:—sekarang lihatlah
betapa hinanya hal yang dilakukan ini!
Sang petapa tercemar dalam kesuciannya
dan semua kekuatan gaibnya musnah!
“Malam pun menjelang; pangeran kembali
dari pencarian makanannya
Membawa banyak persediaan akar-akaran
dan buah-buahan yang tergantung di galahnya.
“Petapa melihat pangeran mendekat; ia pergi ke pantai,
Berpikir untuk pergi dengan terbang melayang di udara,
tetapi malah jatuh tenggelam di laut!
“Tetapi ketika pangeran melihat orang suci itu jatuh tenggelam di laut,
Rasa iba muncul di dalam dirinya dan
ia mengatakan bait-bait kalimat berikut ini:—
“ ‘Anda datang kemari bukan dengan berlayar dari laut,
melainkan dengan kekuatan gaib,
Tetapi sekarang Anda tenggelam: seorang wanita yang jahat
telah menyebabkan kejadian memalukan ini kepadamu.
“ ‘Wanita pengkhianat yang menggoda,
mereka menggoda orang suci untuk jatuh ke dalam noda:
Ke bawah—ke bawah mereka jatuh:
yang seharusnya menghindar jauh dari semua wanita.
“ ‘Berbicara dengan lembut, berusaha keras untuk memuaskan,
seperti arus sungai yang mengalir deras Ke bawah—
ke bawah mereka jatuh: yang seharusnya
harus tetap menghindar dari semua wanita.
“ ‘Dan siapa saja yang mereka layani
untuk mendapatkan emas atau untuk nafsu keinginan,
Mereka akan membakar habis dirinya,
seperti bahan bakar yang disiramkan ke api yang membara.’
“Petapa itu mendengar perkataan pangeran;
ia sangat membenci keduniawian:
Dengan kembali ke jalan terdahulunya,
ia terbang melayang di udara kembali.
“Tidak lama setelah pengeran melihat
bagaimana petapa itu bangkit kembali terbang melayang di udara,
Ia berduka dan dengan satu tujuan yang kokoh
ia memilih untuk menjalani kehidupan suci;
“Kemudian, dengan beralih ke kehidupan suci,
benar-benar memadamkan keinginan dan nafsu keinginannya,
Dan semua keinginan dirinya,
ia bercita-cita untuk terlahir di dalam Brahma mulai saat itu.”
____________________

[473] Setelah uraian ini selesai disampaikan, Sang Guru berkata, “Demikianlah, para bhikkhu, demi wanita, bahkan orang yang berjiwa suci melakukan perbuatan dosa.”
Kemudian Beliau memaparkan kebenaran: (di akhir kebenarannya, bhikkhu yang tadinya menyimpang ke jalan yang salah itu mencapai tingkat kesucian arahat:)

Setelahnya, Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini dengan berkata, “Pada masa itu, saya sendiri adalah Pangeran Anitthigandha.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com