Sariputta | Suttapitaka | MAHĀ-KAṆHA-JĀTAKA Sariputta

MAHĀ-KAṆHA-JĀTAKA

Mahā­kaṇha­jātaka (Ja 469)

“Seekor anjing pemburu yang sangat hitam,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana, tentang hidup untuk kebaikan dunia.

Dikatakan pada suatu hari, para bhikkhu duduk berkumpul di dhammasabhā membicarakan sesuatu. “Āvuso,” kata seorang dari mereka, “Sang Guru pernah berteman dengan orang banyak, meninggalkan tempat tinggal yang mewah, dan hidup hanya untuk kebaikan dunia. Ia telah mencapai kebijaksanaan yang maha tinggi, meskipun demikian, ia tetap mengenakan jubah dan membawa patta mengembara sejauh delapan belas yojana, bahkan lebih. Kepada lima petapa109 ia membabarkan tentang roda Dhamma: di hari kelima pada pertengahan bulan, ia mengucapkan Anattalakkhaṇa Sutta dan membuat mereka semuanya mencapai tingkat kesucian arahat. Ia pergi ke Uruvela, dan ia menunjukkan tiga ribu lima ratus kekuatan gaib kepada petapa berambut kusut dan membujuk mereka menjadi bhikkhu: Di Gayāsīsa 110 , ia membabarkan Dhamma tentang Api dan membuat ribuan petapa mencapai tingkat kesucian arahat; kepada Maha-Kassapa, ketika ia telah bepergian sejauh tiga mil untuk bertemu dengannya dan setelah tiga khotbah Dhamma, ia pun meng-upasampada-nya; Sendirian, setelah makan siang, ia pergi mengembara sejauh empat puluh lima yojana dan kemudian membuat Pukkusa (seorang anak dengan kelahiran terhormat) mencapai tingkat kesucian anagami; Untuk bertemu dengan Mahākappina, ia berjalan ke depan sejauh dua ribu yojana dan membuatnya mencapai tingkat kesucian arahat; Sendirian, di siang hari, ia menempuh perjalanan sejauh tiga puluh yojana dan membuat orang yang kejam dan kasar itu, Aṅgulimāla111, mencapai tingkat kesucian arahat; berjalan sejauh tiga puluh yojana ke depan lagi ia membuat Ālavaka112 mencapai tingkat kesucian sotapanna dan menyelamatkan pangeran tersebut; di alam Tavatimsa ia tinggal selama tiga bulan dan mengajarkan pemahaman yang sempurna akan Dhamma kepada delapan ratus juta dewa113; ia pergi ke alam Brahma dan menghapuskan ajaran yang salah dari dewa Baka Brahma, dan membuat sepuluh ribu dewa Brahma mencapai tingkat kesucian arahat; setiap tahun ia melakukan perjalanan di tiga tempat, dan kepada orang yang mampu menerima, ia akan memberikan perlindungan, sila, dan pencerahan dari berbagai tingkat yang berbeda; [181] ia bahkan bertindak demi kebaikan ular dan burung garuḷa (garuda) dan sebagainya, dalam banyak cara.” Dengan perkataan yang demikian mereka memuji kebaikan dan nilai positif dari kehidupan Dasabala, yang hidup untuk kebaikan dunia.

Sang Guru masuk dan menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka memberitahu Beliau. Kemudian Beliau berkata, “Dan tidak heran, para bhikkhu, saya yang sekarang memiliki kebijaksanaan yang sempurna bersedia hidup demi kebaikan dunia, bahkan di masa lampau, di hari-hari keinginan, saya hidup untuk kebaikan dunia.”

Setelah berkata demikian, Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.

____________________

Dahulu kala, di hari-hari Buddha Kassapa Yang Maha Tinggi, berkuasalah seorang raja yang bernama Usīnara. Itu terjadi dalam waktu yang lama setelah Buddha Kassapa Yang Maha Tinggi membabarkan tentang Empat Kebenaran, dan membebaskan banyak orang dari perbudakan, dan telah ditunjuk untuk menambah jumlah dari yang menghuni nibbana; dan ajaran itu telah musnah. Para bhikkhu menjalani kehidupan mereka dalam dua puluh satu cara yang tidak benar; mereka berhubungan dengan para bhikkhuni, dan anak-anak lahir dari mereka, para bhikkhu meninggalkan kewajiban mereka, para bhikkhuni juga meninggalkan kewajiban mereka, umat awam juga melakukan hal yang sama, para brahmana tidak lagi menjalankan tugas mereka; manusia hampir di seluruh tempat mengikuti sepuluh jalan perbuatan yang salah, dan setelah meninggal mereka menjadi penghuni dari alam-alam menyedihkan.

Kemudian Sakka yang mengamati bahwa tidak ada yang tumimbal lahir menjadi dewa, menelusuri dunia dan mengetahui bahwa manusia terlahir kembali di alam menyedihkan karena ajaran Buddha telah musnah. “Apa yang harus saya lakukan?” ia bertanya-tanya,—“Ah, saya tahu!” pikirnya: “Saya akan menakut-nakuti umat manusia; di saat mereka ketakutan, saya akan menenangkan mereka, saya akan memaparkan kebenaran, saya akan mengembalikan ajaran yang telah hilang tersebut, Saya akan membuatnya bertahan kembali selama ribuan tahun lagi!” Dengan ketetapan hati ini, ia mengubah wujud dewa Mātali (Matali) 114 menjadi seekor anjing hitam yang besar, yang merupakan keturunan asli, yang mempunyai gigi taring sebesar pohon pisang, mengerikan, dengan bentuk yang menyeramkan dan perut yang gembung seperti seorang wanita hamil yang siap untuk melahirkan. Mengikatnya dengan rantai sebanyak lima lapis, [182] dan meletakkannya pada sebuah kalung bunga, Sakka menuntunnya dengan tali tersebut. Sedangkan Sakka sendiri mengenakan pakaian berwarna kuning, mengikat rambutnya di belakang, memakai kalung bunga berwarna merah, membawa sebuah busur yang besar, dilengkapi dengan tali busur yang berwarna gelap seperti batu karang, dengan kukuh ujung lembing mengelilingi jemarinya, ia mengambil rupa seorang penjaga hutan dan berjalan sejauh satu yojana dari kota.

“Dunia akan kiamat, akan kiamat!” ia meneriakkan ini sebanyak tiga kali sehingga membuat orang-orang menjadi ketakutan. Dan ketika ia sampai di pintu masuk ke dalam kota, ia juga meneriakkan itu kembali. Orang-orang yang melihat anjingnya tersebut menjadi ketakutan, bergegas masuk ke dalam kota dan memberitahu raja apa yang terjadi.

Dengan sigap raja memerintahkan untuk menutup pintu gerbang. Akan tetapi, Sakka melompat melewati dinding tersebut yang tingginya tiga ratus dua puluh empat inci, dan kemudian berdiri dengan anjingnya di dalam kota itu. Orang-orang berhamburan masuk ke dalam rumah karena ketakutan dan menutup pintu rumah mereka. Anjing hitam tersebut mengejar setiap orang yang dijumpainya, menakut-nakuti mereka, hingga akhirnya mereka sampai di istana raja.

Orang-orang yang ketakutan yang berlindung di halaman istana juga berlari masuk ke dalam istana dan menutup pintunya. Sedangkan raja dan para selirnya naik ke atas teras. Anjing hitam besar tersebut menaikkan kaki depannya dan meletakkannya di jendela, kemudian meraung dengan suara auman yang keras! Suara aumannya itu terdengar mulai dari alam Neraka sampai ke alam Surga. Tiga suara auman terbesar yang pernah terdengar di India adalah: suara jeritan raja Puṇṇaka di dalam Puṇṇaka-Jātaka, suara jeritan raja ular Sudassana di dalam Bhūridatta-Jātaka115, dan suara ini dalam Mahā-Kaṇha-Jātaka, atau kisah anjing hitam yang besar. Orang-orang menjadi terkejut dan ketakutan, tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat mengucapkan sepatah kata kepada Sakka.

Raja mengumpulkan keberanian dan mendekati jendela, berkata kepada Sakka—“Hai, pemburu! [183] mengapa anjing Anda mengaum?” Ia menjawab, “Anjing ini lapar.” “Baiklah,” kata raja, “Saya akan meminta orang membawakan makanan untuknya.” Jadi raja menyuruh pengawalnya untuk memberikan makanannya sendiri kepada anjing tersebut, dan juga makanan dari rumah tangganya. Anjing tersebut memakan semuanya dalam satu suap, dan kemudian mengaum lagi. Raja menanyakan kembali pertanyaan yang sama. “Anjing saya masih lapar,” jawabnya. Kemudian raja memberikan makanan yang seharusnya diberikan kepada gajah, kuda, dan sebagainya. Semua makanan ini juga dihabiskannya dalam sekejap. Kemudian raja memberikannya semua makanan yang terdapat di dalam kota tersebut. Anjing besar tersebut menghabiskan semuanya dengan cara yang sama seperti sebelumnya, dan kemudian mengaum lagi. Raja berkata, “Ini bukanlah seekor anjing. Tidak diragukan lagi ia pastilah yakkha. Saya akan bertanya kepadanya mengapa ia datang.” Maka dengan perasaan takut raja menanyakan pertanyaannya dengan mengucapkan bait pertama berikut:

“Seekor anjing pemburu yang sangat hitam,
dengan rantai berlapis lima,
dengan gigi taring yang semuanya berwarna putih,
Yang Mulia, Yang Besar! apa yang membuat ia
bersama dengan Anda datang kemari?”
Setelah mendengar ini, Sakka mengucapkan bait kedua berikut ini:

“Bukan untuk permainan berburu anjing hitam ini datang,
tetapi ia akan berguna untuk
Menghukum seseorang, Usīnara,
di saat saya melepas ikatannya.”
Kemudian raja berkata, “Apa, pemburu! apakah anjing tersebut akan memakan daging semua orang, [184] atau hanya daging dari musuh-musuh Anda saja?” “Hanya daging musuh-musuh saya saja, raja yang agung.” “Dan siapa gerangan musuh-musuh Anda tersebut?” “O raja yang agung, mereka yang menyukai ketidakbenaran dan memerintah dengan kejam.” “Jelaskan tentang mereka kepadaku,” pinta raja.

Dan raja para dewa tersebut menjelaskannya dalam bait-bait berikut ini:

“Di saat bhikkhu palsu, dengan patta di tangannya,
mengenakan jubah, memilih untuk
Mengikuti jalan yang salah,
saya akan melepaskan anjing hitam ini.
“Di saat bhikkhuni dengan mengenakan jubah tunggal ditemukan,
Yang telah dicukur rambutnya,
berjalan di kehidupan duniawi,
saya akan melepaskan anjing hitam ini.”
“Di saat para petapa, lintah darat,
menjulurkan lidah mereka,
Berkata bohong dan berpikiran kotor,
saya akan melepaskan anjing hitam ini.
“Di saat para brahmana, yang ahli dalam kitab suci
dan upacara-upacara suci, menggunakan
Keahlian mereka untuk mendapatkan kekayaan pribadi,
anjing hitam ini akan terlepas.
“Barang siapa yang ayah ibunya telah menjadi tua,
yang masa mudanya telah berakhir,
Tidak mau menjaganya meskipun mampu116,
saya akan mengirimkan anjing hitam ini kepadanya.
“Barang siapa yang ayah ibunya telah menjadi tua,
yang masa mudanya telah berakhir,
Berkata, ‘Kalian adalah orang bodoh!’,
saya akan mengirimkan anjing ini kepadanya.
“Di saat para laki-laki menggoda istri orang lain,
guru, atau teman,
Saudara perempuan dari ayah, istri dari paman,
saya akan mengirimkan anjing hitam ini.
“Di saat menggunakan pelindung di bahu, pedang di tangan,
bersenjata lengkap seperti penyamun
Mereka membunuh dan merampok di jalanan,
saya akan melepaskan anjing hitam ini.
“Di saat putra dari wanita janda, dengan kulit yang putih,
tidak memiliki keahlian apapun,
Hanya bertenaga kuat, bertengkar dan berkelahi,
saya akan melepaskan anjing hitam ini.
“Di saat manusia dipenuhi dengan hati yang berniat jahat,
berbohong dan menipu,
Mengembara ke sana kemari tanpa tujuan,
saya akan melepaskan anjing ini.”
[186] Setelah ia selesai berbicara demikian, ia berkata, “Inilah semua musuh-musuhku, O raja!” dan ia membuat seolah-olah ia akan melepaskan anjing itu melompat dan memakan mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan yang disebut sebagai musuh-musuhnya tersebut.
Tetapi ketika semua orang diserang oleh rasa takut, ia menggenggam erat rantai anjing itu dan kelihatan seperti seakan-akan ia akan menempatkannya di sana. Dengan membuka samarannya dari seorang pemburu, ia bangkit dan melayang di udara dengan kekuatannya, dan semuanya bersinar di saat ia muncul dan berkata, “O raja yang agung, saya adalah Dewa Sakka, raja para dewa! Karena melihat dunia sepertinya akan hancur, maka saya datang kemari. Memang benar bahwa manusia yang berbuat jahat, setelah meninggal, akan terlahir di alam menyedihkan karena perbuatan jahat mereka tersebut, sehingga penghuni alam Surga menjadi kosong. Mulai saat ini, saya sudah tahu cara berurusan dengan manusia jahat, dan Anda juga harus tetap waspada (jangan lengah).”

Kemudian setelah memaparkan kebenaran di dalam empat bait kalimat yang mudah diingat, dan membuat orang-orang melakukan perbuatan bajik, ia membangkitkan kembali kekuatan dari ajaran yang mulai melemah saat itu sehingga dapat bertahan selama seribu tahun kemudian, dan akhirnya bersama Matali kembali ke tempat kediaman mereka sendiri.

____________________

Setelah selesai menyampaikan uraian ini, Sang Guru menambahkan: “Demikianlah, para bhikkhu di masa lampau seperti sekarang ini saya hidup untuk kebaikan dunia,” dan kemudian Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: “Pada masa itu Ananda adalah Matali, dan saya sendiri adalah Sakka.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com