Sariputta | Suttapitaka | KUKKUṬA-JĀTAKA Sariputta

KUKKUṬA-JĀTAKA

Kukkuṭajātaka (Ja 448)

[265] “Unggas dengan sayap,” dan seterusnya. Sang Guru menceritakan kisah ini ketika berada di Jetavana, tentang seorang bhikkhu yang menyesal.
Sang Guru bertanya kepadanya, “Mengapa Anda ingin kembali ke kehidupan duniawi?”

“Dikarenakan nafsu, Bhante, saya melihat seorang wanita yang cantik.”

“Bhikkhu, wanita sama seperti kucing, menipu dan menggoda untuk menguasai dan merusak orang-orang yang jatuh ke dalam kekuasaannya,” kemudian Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.
____________________

Dahulu kala ketika Brahmadatta menjadi raja di Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seekor ayam jantan, dan tinggal di dalam hutan bersama dengan ratusan ayam lainnya.

Tidak jauh darinya, hiduplah seekor kucing betina. Ia berhasil memperdaya kawanan ayam tersebut dengan tipu muslihatnya dan memangsa mereka, kecuali Bodhisatta, ia tidak jatuh dalam kekuasaannya.

Kucing berpikir, “Ayam jantan ini pintar, ia tahu bahwa saya cerdik dan ahli dalam tipu muslihat. Adalah hal yang bagus untuk merayunya dengan berkata, ‘Saya akan menjadi istrimu,’ dan memangsanya ketika ia jatuh ke dalam kekuasaanku.”

Ia menghampiri kaki pohon tempat Bodhisatta bertengger di atasnya, dan mengucapkan kalimat yang didahului dengan pujian atas keelokan ayam jantan:

Unggas dengan sayap yang berkepak indah,
jengger yang terayun dengan indah pula,
Saya bersedia menjadi istrimu tanpa syarat apa pun,
turunlah dari dahan itu, dan datanglah kepadaku.
Bodhisatta yang mendengar perkataannya, berpikir, “Ia sudah memangsa habis semua kerabatku, sekarang ia ingin merayuku dan kemudian memangsaku. Saya akan menyingkirkannya.” Jadi ia mengucapkan bait kedua berikut:

Kucing betina yang cantik dan selalu menang,
Anda memiliki empat kaki,
sedangkan saya hanya memiliki dua kaki:
Hewan pemangsa dan unggas tidak boleh menikah:
Carilah suami yang lain.
[266] Kemudian kucing berpikir, “Ia benar-benar pintar; akan kuperdaya dirinya dengan muslihat yang lain, kemudian memangsanya,” maka ia mengatakan bait ketiga berikut:
Saya akan memberikanmu kemudaan dan kecantikan,
ucapan dan sikap yang menyenangkan:
Seorang istri yang terhormat atau seorang budak wanita,
sesuai dengan kehendakmu.
Kemudian Bodhisatta berpikir, “Yang terbaik adalah memarahinya dan mengusirnya pergi,” maka ia mengucapkan bait keempat berikut:

Anda telah meminum darah saudara-saudaraku,
merampas dan memangsa mereka dengan kejam: “Istri terhormat”!
tidaklah ada hormat dalam hatimu ketika merayuku.
Kucing itu kemudian pergi dan tidak berani melihat ayam jantan tersebut lagi.

Ketika melihat seorang pahlawan,
wanita suka merayunya,
(Bandingkan kucing dan ayam jantan ini)
mencoba untuk menggodanya.
Ia yang dalam kesempatan besar
gagal untuk bangkit,
akan berbaring menderita di bawah kaki lawannya.
[267] Ia yang mampu melihat bahaya yang mendadak muncul,
akan berhasil membebaskan dirinya,
seperti ayam jantan yang bebas dari kucing betina.
Ini adalah bait-bait yang diucapkan oleh Ia Yang Sempurna Kebijaksanaan-Nya.
____________________

Setelah menyampaikan uraian ini, Sang Guru memaklumkan kebenaran dan mempertautkan kisah kelahiran mereka:—Di akhir kebenarannya, bhikkhu yang (tadinya) menyesal mencapai tingkat kesucian Sotāpanna:—“Pada masa itu, ayam jantan adalah saya sendiri.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com