Sariputta | Suttapitaka | PŪTIMAṀSA-JĀTAKA Sariputta

PŪTIMAṀSA-JĀTAKA

Pūti­maṃsa­jātaka (Ja 437)

[532] “Mengapa Putimansa melakukan demikian,” dan seterusnya. Ini adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang pelenyapan panca indra.
Pada suatu waktu terdapat banyak bhikkhu yang tidak menjaga panca indra mereka.

Sang Guru berkata kepada Thera Ananda, “Saya harus menasihati para bhikkhu ini,” dan karena menginginkan mereka untuk mengendalikan diri, Beliau meminta mereka untuk berkumpul.

Dengan duduk di tempat yang telah dihias dengan bagusnya, Beliau menyapa mereka, dengan berkata, “Para Bhikkhu, tidaklah benar bagi seorang bhikkhu yang berada di bawah pengaruh kecantikan diri seseorang memberikan kesenangan terhadap hal-hal fisik maupun mental, karena jika ia meninggal dunia pada saat demikian, ia akan terlahir kembali di alam neraka dan alam-alam rendah lainnya. Oleh karena itu, jangan memberikan kesenangan kalian terhadap hal-hal yang bermateri dan lain sebagainya. Seorang bhikkhu tidak boleh memikirkan benda-benda bermateri dan lain sebagainya. Mereka yang melakukannya, bahkan dalam kehidupan sekarang ini, akan benar-benar menjadi hancur. Oleh karena itu, adalah hal yang bagus, Para Bhikkhu, indra penglihat ditusuk dengan pasak besi yang panas.”

Dan kemudian Beliau juga memberikan rincian lainnya, dengan menambahkan, “Ada waktunya bagi kalian untuk melihat benda-benda bermateri dan ada pula waktunya bagi kalian untuk tidak melihatnya. Di saat waktunya melihat, janganlah melihatnya di bawah pengaruh apa yang baik untuk dilihat, melainkan apa yang buruk untuk dilihat. Dengan demikian, kalian tidak akan keluar dari ruang lingkup yang benar.

Kalau begitu, apa ruang lingkup kalian? Empat penegakan sati, empat usaha yang sungguh-sunguh, empat dasar kemampuan gaib256, jalan ariya berunsur delapan, dan sembilan kondisi batin257. Jika kalian tetap berada dalam ruang lingkup yang benar, Māra tidak akan dapat menemukan jalan masuknya. Akan tetapi, jika kalian memiliki nafsu dan melihat benda-benda bermateri di bawah apa yang baik untuk dilihat, seperti Serigala Pūtimaṅsa, kalian akan keluar dari ruang lingkup yang benar,” dan dengan kata-kata tersebut, Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.
____________________

Dahulu kala di bawah pemerintahan Brahmadatta, Raja Benares, hiduplah ratusan kambing liar di sebuah gua gunung di kawasan hutan di landaian daerah pegunungan Himalaya.

Tidak jauh dari tempat mereka tinggal, hiduplah seekor serigala yang bernama Pūtimaṅsa (Putimansa) dengan istrinya Veṇī (Veni) di dalam sebuah gua.

Suatu hari, ketika sedang berkeliling bersama dengan istrinya, ia melihat kambing-kambing tersebut dan berpikir, “Saya harus mencari cara untuk dapat memakan daging kambing-kambing ini,” dan dengan suatu perdayaan, ia (berhasil) memangsa seekor kambing.

Dengan memakan daging kambing, ia dan istrinya menjadi tambah besar dan kuat. Lambat laun, kambing-kambing itu semakin berkurang jumlahnya. [533] Di antara kumpulan kambing itu, ada seekor kambing betina yang bernama Meḷamātā (Melamata).

Meskipun serigala itu sangat ahli dalam tipu muslihat, tetapi ia tidak bisa memangsanya. Maka ia berdiskusi dengan istrinya, dengan berkata, “Istriku, semua kambing itu sudah habis. Kita harus mencari cara bagaimana dapat memakan kambing betina ini. Ini rencanaku: Kamu pergi ke sana sendirian dan berteman akrab dengannya, dan ketika keyakinannya muncul terhadap dirimu, saya akan berbaring dan pura-pura mati. Kemudian kamu harus mendekati kambing betina itu dan berkata, ‘Astaga, suamiku mati dan saya menjadi telantar. Saya tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain dirimu. Mari kita kubur mayatnya.’ Dengan kata-kata ini, kamu akan membawanya datang bersamamu, kemudian saya akan menerkam dan membunuhnya dengan menggigit lehernya.” Istrinya menyetujui rencana ini.

Setelah berteman dengan kambing tersebut dan setelah kepercayaannya terbentuk, serigala betina itu mengucapkan kata-kata yang telah diberitahukan oleh suaminya. Kambing betina itu menjawab, “Temanku, semua sanak keluargaku telah dimakan oleh suamimu. Saya rasa saya tidak bisa ikut denganmu ke sana.” “Jangan takut, apa yang dapat dilakukan seekor serigala mati terhadap dirimu?” “Suamimu itu licik pikirannya, saya takut.” Akan tetapi, setelah di desak berulang-ulang kali, kambing berpikir, “Suaminya pasti sudah mati,” dan setuju untuk pergi dengan serigala betina. Tetapi di tengah perjalanan menuju ke sana, kambing berpikir lagi, “Siapa yang tahu hal apa yang akan terjadi?” dan dengan rasa curiga itu, ia membiarkan serigala betina tersebut jalan di depannya, sedangkan dirinya sendiri dengan sangat hati-hati mengawasi munculnya serigala lain.

Serigala jantan mendengar suara langkah kaki mereka dan berpikir, “Mereka sudah datang,” ia mengangkat kepalanya dan melihat ke depan. Kambing betina yang melihatnya melakukan ini berkata, “Makhluk keji ini ingin membawaku masuk ke sana dan membunuhku. Ia pura-pura mati dengan berbaring di sana,” ia pun berbalik dan melarikan diri.

Ketika serigala betina menanyakan alasan mengapa ia melarikan diri, kambing betina memberitahukan alasannya dengan mengucapkan bait pertama berikut:

[534] Mengapa Putimansa memandangku seperti itu?
Pandangannya tidak menyukai diriku:
Terhadap seorang teman yang demikian,
seseorang sudah seharusnya berhati-hati
dan lari menyelamatkan diri.
Dengan kata-kata ini, ia berbalik dan langsung pergi ke tempat tinggalnya sendiri. Serigala betina tidak berhasil menghentikannya, menjadi marah dengannya dan akhirnya kembali ke suaminya dan duduk sambil meratap sedih. Kemudian suaminya memarahinya dengan mengucapkan bait kedua berikut:

Veni, istriku, kelihatannya tidak punya akal,
menipu teman yang sudah akrab dengannya;
Yang dapat dilakukannya hanya duduk diam
dan meratap, tidak berdaya menghadapi cara Meḷa.
Mendengar ini, serigala betina mengucapkan bait ketiga berikut:

Kamu juga, suamiku, tidaklah bijak
dan, makhluk dungu, mengangkat naik kepalamu,
melihat ke sana dan ke sini dengan mata terbuka lebar
di saat seharusnya berpura-pura mati.
____________________
Pada waktu yang tepat, mereka yang bijak,
tahu kapan harus membuka dan menutup mata mereka,
Ia yang melihat pada waktu yang salah
akan menderita, seperti Putimansa.
Bait kalimat ini diucapkan oleh Ia Yang Sempurna Kebijaksanaan-Nya.
____________________

[535] Akan tetapi, serigala betina menghibur Putimansa dan berkata, “Suamiku, janganlah khawatir. Saya akan mencari cara untuk membawanya kembali ke sini lagi, dan ketika ia datang, bersiap-siaplah dan tangkap ia.” Kemudian serigala betina pergi mencari kambing itu dan berkata, “Temanku, kedatanganmu rupanya membawa keberuntungan bagi kami, karena begitu kamu muncul, suamiku sadar dan sekarang ia hidup kembali. Ayo ikut bersamaku dan berbicang-bincang dengannya,” setelah berkata demikian, ia mengucapkan bait kelima berikut:
Persahabatan kita yang dahulu harus disatukan kembali,
datanglah untuk menyantap makanan bersama kami,
Suamiku yang tadinya kukira telah mati
sekarang masih hidup, mari kita mengunjunginya hari ini,
memberikan salam yang baik.
Kambing betina berpikir, “Mahkluk keji ini ingin membuatku masuk ke dalam perangkapnya. Saya tidak boleh bertindak seperti seorang musuh secara terang-terangan. Saya akan cari cara untuk memperdayanya,” dan ia mengucapkan bait keenam berikut:

Persahabatan kita harus disatukan kembali,
dengan senang hati kuterima tawaran makananmu:
Saya akan datang dengan rombongan besar;
Segeralah pulang untuk menyiapkan jamuan dengan baik.
Kemudian serigala betina menanyakan tentang rombongannya tersebut dengan mengucapkan bait ketujuh berikut:

Rombongan apakah gerangan yang akan kamu bawa,
sampai memintaku menyiapkan jamuan makan dengan baik?
Nama-nama dari rombonganmu itu akan berguna bagi kami,
beritahukanlah kepadaku dengan jujur.
Kambing betina mengucapkan bait kedelapan berikut:

Rombonganku adalah Maliya, Caturakkha,
Piṅgiya, dan Jambuka258:
Cepatlah pulang ke rumah,
dan siapkan dengan cepat
semua jenis makanan yang enak.
[536] “Masing-masing anjing ini akan datang ditemani dengan lima ratus ekor anjing lainnya, jadi saya akan datang dengan rombongan sebanyak dua ribu ekor anjing. Jika mereka tidak mendapatkan makanan, mereka akan membunuh dan memakan kamu dan suamimu itu.” Sewaktu mendengar akan hal ini, serigala betina menjadi begitu ketakutan sehingga ia berpikir, “Ia tidak boleh datang ke tempat kami. Saya akan menemukan cara untuk membuatnya tidak datang,” dan ia mengucapkan bait kesembilan berikut:
Janganlah tinggalkan rumahmu,
kalau tidak saya takut semua barangmu akan hilang:
Akan kusampaikan salammu kepada suamiku;
Jangan membantah: tidak, tidak satu patah kata pun!
Dengan kata-kata ini, serigala betina berlari dengan tergesa-gesa untuk menyelamatkan dirinya dan membawa suaminya pergi melarikan diri. Dan mereka tidak pernah berani kembali ke tempat tersebut lagi.

____________________

Sang Guru menyelesaikan uraian-Nya sampai di sini dan mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu, saya adalah dewa yang berdiam di sana, di sebuah pohon tua dalam hutan tersebut.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com