Sariputta | Suttapitaka | UDAPĀNA-DŪSAKA-JĀTAKA Sariputta

UDAPĀNA-DŪSAKA-JĀTAKA

Uda­pāna­dūsaka­jātaka (Ja 271)

“Sumur yang terdapat di dalam hutan ini,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana239, tentang seekor serigala yang mengotori sebuah sumur.

Dikatakan bahwasanya seekor serigala biasa mengotori sebuah sumur tempat para bhikkhu mengambil air, dan kemudian melarikan diri. Pada suatu hari, para samanera melemparinya dengan gumpalan tanah dan membuatnya tidak nyaman. Setelah kejadian itu, serigala tidak pernah kembali ke tempat tersebut.

Para bhikkhu mendengar tentang kejadian ini dan mulai membicarakannya di dalam balai kebenaran, “Āvuso, serigala yang biasa mengotori sumur kita tidak terlihat lagi sejak para samanera mengusirnya pergi dengan gumpalan tanah!” Sang Guru berjalan masuk, dan menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan dengan duduk di sana. Mereka memberi tahu Beliau. Kemudian Beliau berkata, “Para Bhikkhu, ini bukanlah pertama kalinya serigala itu mengotori sebuah sumur. Dia juga melakukan hal yang sama sebelumnya.”

Beliau menceritakan kepada mereka sebuah kisah masa lampau.
____________________

Dahulu kala, di suatu tempat di dekat Benares yang dikenal dengan nama Isipatana, terdapatlah sumur itu (sumur yang sama dengan cerita pembuka di atas). Kala itu, Bodhisatta terlahir di dalam sebuah keluarga terpandang. Ketika dewasa, dia menjalankan kehidupan suci sebagai seorang petapa, dan diikuti oleh sekelompok petapa lainnya, tinggal di Isipatana.

Seekor serigala selalu mengotori sumur itu sama seperti yang telah diceritakan di awal, dan kemudian melarikan diri. Suatu hari, para petapa itu mengepungnya dan, setelah berhasil menangkapnya dengan suatu cara, membawanya ke hadapan Bodhisatta. Dia kemudian menyapa sang serigala dalam bait pertama berikut:

Sumur yang terdapat di dalam hutan ini,
petapa hidup bergantung padanya sejak lama.
Setelah segala usaha dan kerja keras petapa itu,
mengapa Anda selalu mengotori sumur itu?
[355] Mendengar ini, sang serigala kemudian mengulangi bait kedua berikut:
Ini adalah adat dari bangsa serigala,
mengotori tempat mereka minum:
Orang tua dan kakek nenekku juga melakukan hal yang sama,
karena itu tidak ada alasan bagi pertanyaanmu.
Kemudian Bodhisatta membalasnya dalam bait ketiga berikut:

Jika ini adalah ‘adat’ dalam bangsa serigala,
bagaimana lagi dengan ‘keadaan mereka tanpa adat’!
Kuharap ini adalah kali terakhir saya melihatmu,
perbuatanmu, baik ‘beradat’ maupun ‘tak beradat’.
Demikian Sang Mahasatwa menasihatinya, dan kemudian berkata, “Jangan pernah datang ke sumur itu lagi.” Sejak saat itu, serigala tidak pernah datang ke tempat itu lagi, bahkan tidak untuk melihatnya.

____________________
Setelah uraian ini selesai, Sang Guru memaklumkan kebenarannya dan mempertautkan kisah kelahiran mereka— “Serigala yang mengotori sumur itu adalah serigala yang sama, dan Aku sendiri adalah pemimpin rombongan petapa.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com