Sariputta | Suttapitaka | CATUMAṬṬA-JĀTAKA Sariputta

CATUMAṬṬA-JĀTAKA

Catu­maṭṭha­jātaka (Ja 187)

“Duduk dan bernyanyi,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang seorang bhikkhu tua.
Dikatakan bahwasanya pada suatu ketika, kedua siswa utama sedang duduk bersama, saling bertanya dan menjawab; ketika datang seorang bhikkhu tua dan menjadi orang ketiga. [107] Setelah mengambil tempat duduknya, dia berkata, “Saya juga mempunyai sebuah pertanyaan, Bhante, yang ingin saya tanyakan kepada kalian, dan jika kalian mempunyai kesulitan, kalian boleh memberitahu saya.” Para thera itu tidak menyukainya, mereka bangkit dan pergi meninggalkannya.
Mereka yang mendengarkan khotbah Dhamma dari para thera tersebut, setelah khotbah itu selesai, datang kepada Sang Guru. Beliau bertanya apa yang membuat mereka datang ke sana tidak pada waktunya, dan mereka pun menceritakan kepada Beliau apa yang telah terjadi. Beliau menjawab, “Ini bukan pertama kalinya, para bhikkhu, Sāriputta dan Moggallāna tidak menyukai orang ini dan meninggalkannya tanpa sepatah kata pun, tetapi ini juga pernah terjadi sebelumnya.”
Dan Beliau meneruskan untuk menceritakan sebuah kisah masa lampau.

Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seorang makhluk dewata penghuni pohon (dewa pohon) yang hidup di dalam hutan. Dua angsa muda terbang turun dari Gunung Cittakūṭa dan bertengger di atas pohon ini. Mereka terbang ke sekitarnya untuk mencari makanan, kembali ke sana lagi, dan setelah beristirahat, terbang kembali ke kediaman mereka di gunung.
Sejalan dengan waktu, dewa pohon itu mulai menjalin persahabatan dengan mereka. Sewaktu datang dan pergi, mereka adalah teman yang akrab dan sering berbicara tentang kepercayaan kepada satu sama lain sebelum mereka berpisah.
Terjadi pada suatu hari, ketika angsa-angsa itu duduk di atas pohon, sedang berbicara kepada Bodhisatta, seekor serigala yang berhenti di bawah pohon itu, menyapa angsa-angsa muda itu dengan beberapa kata dalam bait berikut:
Duduk dan bernyanyi di atas pohon
jika kalian hendak sendirian.
Duduklah di tanah dan lantunkanlah
syair-syair kepada raja hewan (buas)!
Dipenuhi dengan rasa tidak suka, angsa-angsa muda itu mengepakkan sayap mereka dan terbang kembali ke Cittakūṭa. Ketika mereka telah pergi, Bodhisatta mengucapkan bait kedua untuk kebaikan serigala itu:—
Yang bersayap indah saling melantunkan
kepada yang bersayap indah pula,
Dewa dengan dewa membuahkan perbincangan baik;
Kecantikan yang sempurna86,
seharusnya Anda kembali ke dalam sarangmu!

[108] Ketika mengakhiri uraian ini, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: — “Pada masa itu, bhikkhu tua itu adalah serigala, Sāriputta dan Moggallāna adalah dua angsa muda, dan Aku sendiri adalah dewa pohon.”
Diposting oleh Thiyan Ika di 10.17

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com