Sariputta | Suttapitaka | UCCHAṄGA-JĀTAKA Sariputta

UCCHAṄGA-JĀTAKA

Ucchaṅgajātaka (Ja 67)

“Seorang putra mudah didapatkan,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai seorang wanita desa.
Suatu waktu di Kosala, terdapat tiga orang pria yang sedang membajak (tanah) di pinggiran sebuah hutan, bersamaan itu, para perampok menjarah penduduk di dalam hutan itu dan melarikan diri. [307] Para korban tiba, dalam pencarian tanpa hasil terhadap para penjahat, di tempat ketiga orang ini yang sedang membajak (tanah). “Inilah para perampok hutan itu, yang menyamar sebagai petani,” seru mereka, dan menangkap ketiga orang itu sebagai tahanan kepada Raja Kosala. Setelah beberapa waktu, datanglah seorang wanita ke istana raja, yang dengan ratapan yang keras, memohon, “Berikan pakaian (pelindung).” Mendengar ratapannya, raja memerintahkan agar sebuah pakaian diberikan kepadanya; tetapi ia menolaknya, dengan mengatakan bahwa bukan itu yang ia maksudkan. Maka pelayan raja menghadap raja dan mengatakan bahwa apa yang diinginkan wanita itu bukan pakaian, tetapi seorang suami.119 Lantas raja menyuruh agar wanita itu dibawa ke hadapannya dan menanyakannya apakah benar yang ia maksudkan adalah seorang suami.
“Benar, Maharaja,” jawabnya, “karena seorang suami adalah pelindung sejati seorang wanita, dan jika ia yang tidak mempunyai seorang suami—walaupun ia memakai pakaian yang berharga seribu keping uang—tetap seperti telanjang dan tidak berpakaian.”
(Dan untuk menguatkan kebenaran ini, Sutta berikut ini sebaiknya diucapkan di sini: —
Seperti kerajaan tanpa raja, seperti sungai yang
Kekeringan,
Seorang wanita akan terlihat seperti telanjang dan tidak
Berpakaian,
Yang meskipun sudah mempunyai sepuluh saudara,
masih kurang seorang pasangan.)
Merasa senang dengan jawaban wanita itu, raja bertanya apa hubungan ketiga tahanan tersebut dengannya. Dan ia berkata bahwa satu adalah suaminya, satu adalah saudaranya, dan satunya lagi adalah anaknya. “Baiklah, untuk menunjukkan kemurahan hatiku,” kata raja, “saya akan memberikan salah satu dari mereka untukmu. Siapa yang akan engkau pilih?” “Maharaja,” jawabnya, “jika saya hidup, saya bisa mendapatkan seorang suami dan anak yang lain; tetapi, karena kedua orang tua saya telah meninggal, saya tidak pernah bisa mendapatkan saudara yang lain. Karena itu, berikanlah saudaraku kepada saya, Maharaja.” Merasa senang dengan jawaban wanita itu, raja membebaskan ketiga pria itu. Demikianlah satu wanita ini mampu menyelamatkan ketiga pria itu dari bahaya.
Ketika hal ini diketahui oleh para bhikkhu, mereka memuji wanita tersebut di Balai Kebenaran saat Sang Guru masuk ke dalam balai tersebut. Setelah mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan, beliau berkata, “Ini bukan pertama kalinya, para Bhikkhu, bahwa wanita ini telah menyelamatkan ketiga orang tersebut dari bahaya; ia melakukan hal yang sama pada kehidupan yang lampau.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.

Pada suatu ketika Brahmadatta memerintah di Benares, tiga orang pria sedang membajak (tanah) di daerah pinggiran sebuah hutan, dan semua hal terjadi seperti cerita sebelumnya.
Ketika ditanya raja, siapakah di antara ketiga orang itu yang akan ia pilih, wanita itu menjawab, “Tidak bisakah Maharaja memberikan mereka bertiga kepadaku?” “Tidak,” jawab raja, “saya tidak bisa.” [308] “Baiklah, jika saya tidak bisa mendapatkan mereka bertiga, berikanlah saudaraku kepada saya.” “Ambil suami atau anakmu,” kata raja. “Apa masalahnya jika seorang saudara?” “Dua orang yang pertama (yang disebutkan Maharaja) bisa digantikan dengan mudah,” jawab wanita tersebut, “tetapi, seorang saudara tidak akan pernah.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, ia mengulangi syair berikut ini : —
Seorang putra mudah didapatkan; tentang suami juga
Beragam pilihan menjejali tempat-tempat umum.
Tetapi, Di manakah, dengan segala usahaku,
seorang saudara Yang lain bisa ditemukan?
“Ia sungguh benar,” kata raja, benar-benar puas. Raja kemudian memerintahkan agar ketiga pria itu dijemput dari penjara dan diberikan kepada wanita itu. Ia membawa mereka bertiga dan segera pergi.

“Demikianlah, para Bhikkhu,” kata Sang Guru, “bahwa wanita yang sama ini telah pernah menyelamatkan ketiga pria yang sama ini dari bahaya.” Setelah uraiannya berakhir, beliau mempertautkan dan menjelaskan kelahiran tersebut, “Wanita dan ketiga pria pada kelahiran ini adalah wanita dan pria-pria yang sama pada kehidupan lampau, dan saya sendiri adalah raja pada waktu itu.”
[Catatan : Cf. dengan maksud di syair Herodotus III. 118-120, Sophocles Antigone 909-912; dan lihat bagian ini dibahas di Indian Antiquary di bulan Desember,1881.]
Catatan kaki :
119 Cf. ‘femme couverte’ yang artinya wanita dengan status nikah, di bawah perlindungan suami.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com