Sariputta | Suttapitaka | Kāḷigodhāputtabhaddiya Sariputta

Kāḷigodhāputtabhaddiya

Kāḷi­godhā­putta­bhaddi­yat­thera­gāthā (Thag 16.7)

Aku menunggangi leher seekor gajah,
Mengenakan pakaian yang halus,
Aku memakan bubur beras
Dengan kuah daging murni.

Hari ini aku beruntung, dengan gigih,
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Mengenakan kain buruk, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Hidup dari dana makanan, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa menggenggam.

Memiliki hanya tiga jubah, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Berjalan menerima dana makanan dari rumah ke rumah
Tanpa kecuali, dengan gigih,
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Duduk sendirian, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Memakan hanya apa yang dimasukkan ke dalam mangkuk,
dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Tidak pernah terlambat makan, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Menetap di dalam hutan, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Menetap di bawah pohon, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Menetap di ruang terbuka, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Menetap di tanah pemakaman, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Menerima tempat duduk apapun yang diberikan, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Tanpa tidur berbaring, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Memiliki sedikit keinginan, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Puas, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Terasing, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Tidak bersosialisasi, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Bersemangat, dengan gigih
Bahagia dengan sisa makanan di mangkukku;
Bhaddiya, putra Godhā,
Berlatih jhāna tanpa mencengkeram.

Menolak mangkuk perunggu yang mahal,
Dan mangkuk emas yang berharga juga,
Aku mengambil mangkuk tanah:
Ini adalah penahbisanku yang ke dua.

Sebelumnya aku menetap di dalam benteng
Dikelilingi tembok-tembok tinggi,
Dengan menara dan gerbang yang kokoh,
Dan dijaga oleh para prajurit berpedang—
Dan aku gemetar ketakutan.

Hari ini aku beruntung, tidak gemetar,
Dengan ketakutan dan kegentaran ditinggalkan
Bhaddiya, putra Godhā,
Telah memsuki hutan dan berlatih jhāna.

Tegak dalam segala latihan moralitas,
Mengembangkan perhatian dan pemahaman,
Secara bertahap aku mencapai
Akhir segala belenggu.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com