Sariputta | Suttapitaka | Pārāpariya Sariputta

Pārāpariya

Pārā­pariyat­thera­gāthā (Thag 16.2)

Sewaktu ia duduk sendirian
Dalam keterasingan, mempraktikkan jhāna,
Seorang petapa, Bhikkhu Pārāpariya
Berpikir sebagai berikut:

“Dengan mengikuti sistem apakah
Sumpah apakah, perilaku apakah,
Yang harus kulakukan untuk diriku sendiri,
Tanpa mencelakai siapapun?

Indria-indria manusia
Dapat mengarah pada kesejahteraan ataupun celaka.
Tidak terjaga maka mengarah pada celaka;
Terjaga maka mengarah pada kesejahteraan.

Dengan melindungi indria-indria,
Dengan menjaga indria-indria,
Aku dapat melakukan apa yang harus dilakukan untuk diriku sendiri
Tanpa mencelakai siapapun.

Jika matamu mengembara
Di antara pemandangan-pemandangan tanpa dikekang,
Dengan tidak melihat bahaya,
Maka engkau tidak terbebas dari penderitaan.

Jika telingamu mengembara
Di antara suara-suara tanpa dikekang,
Dengan tidak melihat bahaya,
Maka engkau tidak terbebas dari penderitaan.

Jika, dengan tidak melihat jalan membebaskan diri,
Engkau menikmati bebauan,
Maka engkau tidak terbebas dari penderitaan,
Karena tergila-gila dengan bebauan.

Dengan mengingat rasa asam,
Dan rasa manis dan rasa pahit,
Terpikat oleh ketagihan pada rasa kecapan,
Maka engkau tidak memahami batin.

Dengan mengingat
Sentuhan-sentuhan yang menyenangkan,
Penuh keinginan, engkau mengalami
Berbagai jenis penderitaan karena nafsu.

Karena tidak mampu melindungi
Pikiran dari fenomena-fenomena batin demikian,
Maka penderitaan mengikutinya,
Karena seluruh lima itu.

Tubuh ini penuh dengan nanah dan darah,
Serta banyak kotoran;
Tetapi orang-orang berbakat menghiasnya
Bagaikan sebuah peti berwarna indah.

Engkau tidak memahami bahwa
Kepuasan rasa manis ternyata pahit,
Dan kemelekatan pada hal-hal yang kita sukai adalah penderitaan,
Bagaikan pisau cukur yang berlumuran madu.

Penuh dengan nafsu pada pandangan terhadap seorang perempuan,
Pada suara dan aroma seorang perempuan,
Pada sentuhan seorang perempuan,
Maka engkau mengalami berbagai jenis penderitaan.

Semua arus perempuan
Mengalir dari lima menuju lima.
Siapapun juga, yang dengan bersemangat,
Mampu mengekang hal-hal ini,

Dengan tujuan dan kokoh dalam Dhamma,
Akan menjadi cerdas dan bijaksana;
Bahkan sewaktu menikmati,
Apa yang ia lakukan terhubung
Dengan Dhamma dan tujuannya.

Engkau harus menghindari tugas yang tanpa makna
Yang mengarah menuju kemunduran.
Dengan berpikir, ‘Ini tidak boleh dilakukan’,
Adalah cerdas dan bijaksana.

Apapun yang bermakna,
Kebahagiaan yang bermanfaat,
Biarlah seseorang melakukan dan mempraktikkan hal itu:
Ini adalah kebahagiaan terbaik.

Tamak atas kepemilikan orang lain
Dengan cara apapun, apakah tinggi ataupun rendah,
Seseorang membunuh, melukai, dan menyiksa,
Dengan kasar merampas kepemilikan orang lain.

Seperti halnya seorang kuat ketika membangun
Memukul pasak dengan pasak,
Demikian pula seorang yang terampil
Memukul indria-indria dengan indria-indria.

Dengan mengembangkan keyakinan, kegigihan, samādhi
Perhatian, dan kebijaksanaan;
Dengan menghancurkan lima dengan lima,
Yang sempurna hidup tanpa kekhawatiran.

Dengan tujuan dan kokoh dalam Dhamma,
Setelah memenuhi segala aspek
Ajaran yang dibabarkan oleh Sang Buddha,
Orang itu makmur dalam kebahagiaan.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com