Sariputta | Suttapitaka | Aññāsikoṇḍañña Sariputta

Aññāsikoṇḍañña

Aññā­sikoṇ­ḍaññat­thera­gāthā (Thag 15.1)

“Keyakinanku tumbuh
Ketika aku mendengarkan Dhamma, yang begitu penuh dengan rasa.
Kebosanan adalah Dhamma yang diajarkan,
Tanpa cengkeraman sama sekali.”

“Ada banyak hal indah
Dalam lingkaran bumi ini;
Aku percaya, bahwa hal-hal itu mengganggu pikiran seseorang,
Indah, mengundang nafsu.

Seperti halnya hujan yang dapat meredakan
Debu yang tertiup oleh angin;
Demikian pula pemikiran-pemikiran mereda
Ketika dilihat dengan pehamaman.

Segala kondisi adalah tidak kekal—
Jika hal ini dilihat dengan pemahaman,
Maka seseorang berbalik dari penderitaan:
Ini adalah jalan menuju pemurnian.

Segala kondisi adalah penderitaan—
Jika hal ini dilihat dengan pemahaman,
Maka seseorang berbalik dari penderitaan:
Ini adalah jalan menuju pemurnian.

Segala kondisi adalah bukan-diri—
Jika hal ini dilihat dengan pemahaman,
Maka seseorang berbalik dari penderitaan:
Ini adalah jalan menuju pemurnian.

Bhikkhu senior Koṇḍañña, yang tercerahkan
Persis setelah Sang Buddha, sangat penuh semangat.
Ia telah meninggalkan kelahiran dan kematian,
Dan telah menyempurnakan kehidupan spiritual.

Terdapat banjir-banjir, jerat-jerat, dan tiang-tiang kokoh,
Dan gunung yang sulit dipecahkan;
Dengan mematahkan tiang-tiang dan jerat-jerat,
Dengan memecahkan gunung yang sulit dipecahkan,
Dengan menyeberang ke pantai seberang,
Sseorang yang mempraktikkan jhāna terbebaskan dari belenggu Māra.

Seorang bhikkhu yang sombong dan goyah,
Dengan mengandalkan teman-teman yang jahat,
Tenggelam dalam banjir besar,
Dikuasai ombak.

Tetapi seorang yang rendah hati dan stabil,
Terkendali, dengan indria-indria terkekang,
Bijaksana, dengan teman-teman yang baik,
Akan mengakhiri penderitaan.

Dengan lutut menonjol,
Kurus, dengan urat-urat saling silang di kulitnya,
Makan dan minum secukupnya—
Semangat orang ini tidak mengendur.

Diganggu oleh lalat dan nyamuk
Di dalam hutan yang menakjubkan;
Seseorang harus dengan penuh perhatian menahankan,
Bagaikan seekor gajah di garis depan pertempuran.

Aku tidak mendambakan kematian;
Aku tidak mendambakan kehidupan;
Aku menunggu waktuku,
Bagaikan seorang pekerja menunggu upahnya.

Aku tidak mendambakan kematian;
Aku tidak mendambakan kehidupan;
Aku menunggu waktuku,
Sadar dan penuh perhatian.”

Aku telah melayani Sang Guru
Dan memenuhi ajaran Sang Buddha
Beban berat telah diturunkan,
Aku telah melepaskan kemelekatan untuk terlahir kembali
Ke dalam kehidupan apapun juga.

Aku telah mencapai tujuan
Yang karenanya aku meninggalkan keduniawian
Dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah—
Apalah gunanya aku bagi para siswa?”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com