Sariputta | Suttapitaka | Udaya Sariputta

Udaya

Udaya­māṇava­pucchā (Snp 5.14)

Kemudian siswa brahmana Udaya berbicara:

‘Telah pergi melampaui dalam segalanya,’ katanya, ‘adalah yang tertinggi di dalam segalanya. Ketika dia duduk bermeditasi, tidak ada racun yang menyakitinya, tidak ada debu yang menghalanginya: Dia telah melakukan apa yang harus dilakukan.

[Pada orang inilah saya datang untuk bertanya, dan inilah pertanyaan saya:] Dapatkah Yang Mulia menjelaskan tentang pengetahuan yang membebaskan? Dapatkah Yang Mulia menjelaskan bagaimana melenyapkan ketidaktahuan?’

‘Pengikisan nafsu terhadap dua hal, yaitu obyek sensual yang sangat kuat,’ kata Sang Buddha, ‘serta kesedihan, penolakan kemalasan dan daya tahan terhadap kecemasan’.

Kemurnian kewaspadaan yang sempurna dan seimbang, yang dibangun di atas dasar Melihat Segala Sesuatu Sebagaimana Adanya: Inilah pengetahuan pembebasan dan inilah penghancuran ketidaktahuan.’

[Udaya menanyakan pertanyaan lain:]
Apakah yang membelenggu dan mengikat dunia? Apakah yang menyebabkan pengembaraan? Apakah yang Engkau tinggalkan untuk mencapai Nibbana?’

'Apa yang mengikatmu', kata Sang Buddha, 'adalah nafsu akan kesenangan. Pengembaraan adalah pikiran pemicu, sedangkan cara menuju Nibbana adalah melepaskan kehausan akan nafsu.'

‘Saya datang dengan pertanyaan-pertanyaan ini, Yang Mulia, dan saya ingin bertanya satu hal lagi,’ kata Udaya. ‘Bagaimanakah pengembara yang penuh kewaspadaan itu membawa arus-pikirannya ke suatu akhir?’

Sang Buddha menjawab: ‘Sensasi-sensasi yang dia rasakan dari dalam tidak lagi memiliki daya tarik baginya. Dan sensasi-sensasi yang dia rasakan dari luar tidak lagi memukau. Sang Kelana selalu penuh perhatian dan membawa arus pikirannya menuju ke suatu akhir.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com