Sariputta | Suttapitaka | Cula Unicorn Sariputta

Cula Unicorn

Khaggavisāṇa (Snp 1.3)

Kemelekatan indera dan hubungan dengan orang lain harus dihindari

Setelah meninggalkan tindakan yang merugikan makhluk hidup, serta tidak menyiksa bahkan satu makhluk hidup pun, biarlah orang tidak menginginkan anak, apalagi teman! Hendaknya orang hidup sendiri bagaikan sebuah cula Unicorn.

Kemelekatan muncul karena adanya orang yang menemani, ketidakpuasan bermula dari kemelekatan. Dengan memperhatikan bahaya yang berasal dari kemelekatan ….

Karena dipenuhi kasih sayang kepada teman dan orang-orang yang dicintai, karena mempunyai hati yang terbelenggu, maka dia mengabaikan kesejahteraan umum. Melihat ketakutan dalam keakraban seperti itu ….

Kemelekatan terhadap anak dan istri adalah bagaikan serumpun bambu yang tumbuh dengan rapat dan saling mengikat. Oleh karena itu, agar terbebas dari jerat bagaikan tunas bambu baru ….

Bagaikan rusa hutan yang tidak terbelenggu berkelana dan makan dengan santai, biarlah orang bijaksana yang menjunjung tinggi kebebasannya hidup sendiri ….

Orang dibanjiri permohonan jika berada di antara teman, baik selagi beristirahat, selagi dijamu, selagi berkunjung atau selama di perjalanan. Karena menjunjung tinggi kebebasan yang tidak diinginkan oleh orang-orang lain ….

Kecintaan pada hiburan dan nafsu akan muncul bila berada di antara teman, serta muncul pula kemelekatan yang kuat terhadap anak. Karena tidak menginginkan kondisi berpisah dari orang-orang yang dicinta ….

Orang yang tidak memiliki kebencian keempat arah yang mana pun, merasa puas dengan sedikit atau banyak, setelah mengatasi semua bahaya, tanpa rasa takut ….

Beberapa bhikkhu sulit disenangkan, begitu juga umat awam yang hidup berumah tangga. Setelah tidak berurusan dengan anak-anak orang lain ….

Setelah meninggalkan sifat-sifat umat awam, seperti pohon Kovildra yang melepaskan daun-daunnya, dan setelah memutus belenggu rumah-tangga, orang yang berani itu hidup sendiri ….

Jika orang menemukan sahabat yang bijaksana, seorang kawan yang hidup dengan moralitas yang luhur, yang berhati-hati, dan telah mengatasi segala bahaya, maka hiduplah bersamanya dengan bahagia, dengan penuh perhatian dan kewaspadaan.

Jika orang tidak dapat menemukan sahabat yang bijaksana, seorang kawan yang hidup dengan moralitas yang luhur, yang berhati-hati, maka bagaikan penguasa yang meninggalkan negaranya yang telah ditaklukkan ….

Sungguh terpuji bila kita dapat menggalang persahabatan dan memperoleh sahabat — mereka yang lebih tinggi atau sejajar dalam pencapaian atau perkembangan batin harus dijadikan sahabat. Bila tidak menemukan kawan yang menikmati makanan tanpa cela seperti itu ….

Setelah melihat gelang-gelang emas yang gemerlapan, yang dikerjakan dengan cermat oleh pandai-emas, yang bergemerincing saat saling bersentuhan di tangan seseorang …

Maka, ‘Bila hidup dengan orang lain, saya terpaksa harus berbicara terlalu banyak atau marah padanya.’ Karena melihat rasa takut ini di masa depan ….

Obyek-obyek indera memang benar-benar beraneka, manis dan menyenangkan, namun mengacaukan pikiran lewat ilusinya. Karena melihat akibat-akibat obyek indera yang tidak sehat ini ….

‘Obyek-obyek indera merupakan penyebab malapetaka, bahaya, penyakit, anak panah, dan rasa takut bagiku.’ Karena melihat bahaya yang berasal dari obyek-obyek indera ini ….

Ada rasa dingin, panas, lapar, haus, angin, matahari, serangga, ular. Setelah bertahan terhadap semuanya ini ….

Bagaikan gajah agung bertubuh besar, yang berciri putih, yang berkelana di hutan sepuas hatinya, yang meninggalkan kelompoknya ….

‘Bahkan pembebasan sementara pun tidak mungkin dicapai oleh orang yang senang pada masyarakat.’Karena memperhatikan kata-kata Adiccabandhu ini ….

‘Saya telah melenyapkan pandangan salah, memperoleh Jalan yang benar dan benar-benar telah sampai di tujuan. Kebijaksanaan telah lahir di dalam diriku dan saya telah memahami dengan usahaku sendiri.’ Hendaknya….

Setelah terbebas dari keserakahan dan ketidakjujuran, tanpa nafsu keinginan dan iri hati, setelah melenyapkan ketidaktahuan, tidak lagi memiliki nafsu untuk apa pun di seluruh dunia ini ….

Kawan yang sinis, yang memanjakan diri dalam tipu muslihat, yang melekat pada pandangan salah, harus dihindari. Kawan yang tidak bertanggung jawab seperti ini harus tidak didekati ….
Orang harus bergaul dengan kawan yang terpelajar, yang mengetahui Ajaran, yang berkembang dan memiliki pengetahuan. Setelah mengetahui arti dari segala sesuatu dan keraguannya hilang ….

Orang yang tidak menyukai olah raga, hiburan dan kesenangan-kesenangan duniawi, yang menghindari kehidupan yang mengagungkan diri, yang berbicara kebenaran ….

Setelah meninggalkan nafsu keinginan yang berlebihan terhadap anak, istri, ayah, ibu, kekayaan, benda-benda yang dapat disentuh dan hubungan-hubungan ….

Kemelekatan terhadap benda merupakan belenggu. Dalam hal semacam itu, kebahagiaan yang ada hanyalah sementara dan penderitaannya lebih besar sedangkan kenikmatannya lebih sedikit. Orang bijaksana yang mengetahui bahwa hal ini seperti kait pancing di tenggorokan, akan hidup sendiri ….

Setelah memutuskan ikatan bagaikan ikan yang telah memutuskan jaring di sungai, bagaikan api yang tidak lagi kembali ke tempat yang telah terbakar ….

Dengan mata memandang ke bawah, tidak suka berkeliaran, dengan indera yang terjaga serta pikiran terkendali yang tidak tenggelam dalam nafsu birahi dan tidak terbakar olehnya ….

Setelah bebas dari sifat perumah-tangga yang suka bersolek, bagaikan pohon Paricchatta yang daunnya telah dihancurkan, setelah meninggalkan rumah dengan mengenakan jubah kuning ….

Tidak rakus akan makanan enak, tidak terganggu oleh citarasa, tidak memiliki siapapun yang bergantung kepadanya, dengan mengumpulkan makanan dari rumah ke rumah tanpa terikat kepada keluarga-keluarga itu ….

Setelah menghilangkan lima belenggu dari pikiran, setelah menghancurkan semua kekotoran dari pikiran, setelah mematahkan ikatan-ikatan kemelekatan dan setelah terbebas ….

Dengan menyingkirkan kebahagiaan dan penderitaan, serta kegembiraan mental dan penderitaan mental yang ada sebelumnya, setelah memperoleh ketenang-seimbangan, kedamaian dan kemurnian ….

Untuk mencapai kebaikan tertinggi, dengan tekun, berhati-hati, bekerja keras, teguh dalam usaha, memiliki kekuatan ….

Tidak meninggalkan kesendirian dan meditasi, senantiasa hidup sesuai Dhamma, menyadari akibat-akibat yang menyakitkan dari bentuk-bentuk dumadi ….

Rajin, bersemangat mengikis nafsu keinginan, terampil, terpelajar, penuh perhatian dan kewaspadaan, cakap memeriksa Dhamma, mantap dalam Sang Jalan, penuh energi ….

Bagaikan singa yang tidak takut oleh suara, bagaikan angin yang tidak tertangkap jaring, bagaikan teratai yang tidak terkotori oleh air ….

Bagaikan singa –si raja binatang, yang kuat dengan gigi-gigi tajam– berkelana menaklukkan binatang lain, dengan hidup dalam lingkungan yang menyendiri ….

Dengan mempraktekkan cinta kasih, ketenang-seimbangan, kasih sayang, pembebasan, dan kegembiraan bersimpati pada saat yang sesuai, tidak terhalang oleh seluruh dunia ….

Setelah membuang nafsu birahi, kemarahan dan kebodohan batin, setelah mematahkan belenggu, tidak lagi takut akan kematian ….

Banyak orang saling berteman dan berhubungan demi keuntungan diri sendiri. Dewasa ini sulit mencari teman yang bebas dari motivasi tersembunyi. Mereka cukup pandai mencari keuntungan pribadi dan oleh karena itu pantas dicela. Mengetahui hal ini, hendaklah ….

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com