Sariputta | Suttapitaka | Tidak Terpelajar (2) Sariputta

Tidak Terpelajar (2)

Assutavantu 2 (SN 12.62)

Sutta ini identik dengan sutta sebelumnya dari bagian pembukaan hingga perumpamaan monyet. Kemudian menghilangkan bagian perumpamaan monyet dan dilanjutkan sebagai berikut:

“Sehubungan dengan hal ini, para bhikkhu, siswa mulia yang terpelajar memperhatikan dengan seksama dan penuh perhatian pada kemunculan bergantungan sebagai berikut: ‘Jika ini ada, maka muncul itu; dengan munculnya ini, maka muncul pula itu. Jika ini tidak ada, maka itu tidak muncul; dengan lenyapnya ini, maka lenyap pula itu.’ Para bhikkhu, dengan bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyenangkan, maka muncullah perasaan menyenangkan. Dengan lenyapnya kontak tersebut yang dialami sebagai menyenangkan, maka perasaan yang berhubungan dengan itu—perasaan menyenangkan yang timbul bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyenangkan—berhenti dan mereda. Dengan bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyakitkan, maka muncullah perasaan menyakitkan. Dengan lenyapnya kontak tersebut yang dialami sebagai menyakitkan, maka perasaan yang berhubungan dengan itu—perasaan menyakitkan yang timbul bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyakitkan—berhenti dan mereda. Dengan bergantung pada kontak yang dialami sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, maka muncullah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Dengan lenyapnya kontak tersebut yang dialami sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, maka perasaan yang berhubungan dengan itu—perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang timbul bergantung pada kontak yang dialami sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan—berhenti dan mereda.

“Para bhikkhu, seperti halnya panas muncul dan api dihasilkan dari penggabungan dan gesekan dua batang kayu-api, tetapi dengan memisahkan dan mengesampingkan kayu-api tersebut maka panas yang dihasilkan berhenti dan mereda; demikian pula, dengan bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyenangkan … kontak yang dialami sebagai menyakitkan … kontak yang dialami sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, maka muncullah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan … Dengan lenyapnya kontak tersebut yang dialami sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, maka perasaan yang berhubungan dengan itu … lenyap dan hilang.

“Melihat demikian, para bhikkhu, siswa mulia yang terpelajar mengalami kejijikan terhadap kontak, kejijikan terhadap perasaan, kejijikan terhadap persepsi, kejijikan terhadap bentukan-bentukan kehendak, kejijikan terhadap kesadaran. Karena mengalami kejijikan, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan [batinnya] terbebaskan. Ketika terbebaskan muncullah pengetahuan: ‘Bebas.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi penjelmaan dalam kondisi mahkluk apa pun’”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com