Sariputta | Suttapitaka | Siswa Mulia (1-2) Sariputta

Siswa Mulia (1-2)

Ariyasāvaka 1–2 (SN 12.49–50)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, siswa mulia yang terpelajar tidak berpikir: ‘Ketika ada apakah maka sesuatu ada? Dengan munculnya apakah maka sesuatu muncul? [Ketika ada apakah maka bentukan-bentukan kehendak muncul? Ketika ada apakah maka kesadaran muncul?] Ketika ada apakah maka nama-dan-bentuk muncul? … Ketika ada apakah maka penuaan-dan-kematian terjadi?’

“Melainkan, para bhikkhu, siswa mulia yang terpelajar telah memiliki pengetahuan mengenai hal ini yang bergantung pada hal lain: ‘Ketika ini ada, maka itu terjadi; dengan munculnya ini, maka muncul pula itu. [Ketika ada ketidaktahuan, maka bentukan-bentukan kehendak terjadi. Ketika ada bentukan-bentukan kehendak, maka kesadaran muncul.] Ketika ada kesadaran, maka nama-dan-bentuk muncul … Ketika ada kelahiran, maka penuaan-dan-kematian terjadi.’ Ia memahami sebagai berikut: ‘Dengan cara demikianlah dunia berasal-mula.’

“Para bhikkhu, siswa mulia yang terpelajar tidak berpikir: ‘Ketika tidak ada apakah maka sesuatu tidak terjadi? Dengan lenyapnya apakah maka sesuatu lenyap? [Ketika tidak ada apakah maka bentukan-bentukan kehendak tidak terjadi? Ketika tidak ada apakah maka kesadaran tidak muncul?] Ketika tidak ada apakah maka nama-dan-bentuk tidak muncul? … Ketika tidak ada apakah maka penuaan-dan-kematian tidak terjadi?’”

“Melainkan, para bhikkhu, siswa mulia yang terpelajar telah memiliki pengetahuan mengenai hal ini yang bergantung pada hal lain: ‘Ketika ini tidak ada, maka itu tidak muncul; dengan lenyapnya ini, maka itu lenyap. [Ketika tidak ada ketidaktahuan, maka bentukan-bentukan kehendak tidak muncul. Ketika tidak ada bentukan-bentukan kehendak, maka kesadaran tidak muncul.] Ketika tidak ada kesadaran, maka nama-dan-bentuk tidak muncul … Ketika tidak ada kelahiran, maka penuaan-dan-kematian tidak terjadi.’ Ia memahami sebagai berikut: ‘Dengan cara demikianlah dunia lenyap.’

“Para bhikkhu, ketika siswa mulia memahami demikian sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya dunia, maka ia disebut seorang siswa mulia yang sempurna dalam pandangan, sempurna dalam penglihatan, yang telah sampai pada Dhamma sejati, yang melihat Dhamma sejati ini, yang memiliki pengetahuan seorang pelajar, pengetahuan sejati seorang pelajar, yang telah memasuki arus Dhamma, seorang mulia dengan kebijaksanaan penembusan, seorang yang berdiri tegak di depan pintu Tanpa-kematian.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com