Sariputta | Suttapitaka | Paccorohaṇī (1) Sariputta

Paccorohaṇī (1)

Brāhmaṇa paccorohaṇī [Brāhmaṇa­paccorohaṇī] (AN 10.167)

Pada saat itu, pada hari uposatha, Brahmana Jāṇussoṇī berdiri di satu sisi tidak jauh dari Sang Bhagavā, dengan kepalanya telah dicuci, mengenakan pakaian dari bahan linen, memegang segenggam rumput kusabasah. Sang Bhagavā melihatnya berdiri di sana dan berkata kepadanya:

“Mengapakah, brahmana, di hari uposatha ini engkau berdiri di sana dengan kepalamu tercuci, mengenakan pakaian dari bahan linen, memegang segenggam rumput kusabasah? Apa yang terjadi dengan kasta brahmana hari ini?”

“Hari ini, Guru Gotama, adalah festival paccorohaṇīkasta brahmana.”


“Tetapi bagaimanakah para brahmana menjalankan festival paccorohaṇīitu?”

“Di sini, Guru Gotama, pada hari uposatha, para brahmana mencuci kepala mereka dan mengenakan pakaian dari bahan linen. Kemudian mereka melumuri tanah dengan kotoran sapi yang masih basah, menutupnya dengan rumput kusahijau, dan berbaring di antara batasan dan rumah api. Sepanjang malam, mereka bangun tiga kali, dan dengan hormat menyembah api: ‘Kami turun untuk menghormati yang terhormat. ‘Kami turun untuk menghormati yang terhormat.’ Mereka mempersembahkan ghee, minyak, dan mentega secara berlimpah kepada api. Ketika malam telah berlalu, mereka mempersembahkan makanan baik kepada berbagai jenis brahmana. Dengan cara inilah, Guru Gotama, para brahmana menjalankan festival paccorohaṇī.”

“Festival paccorohaṇī dalam disiplin Yang Mulia, brahmana, sangat berbeda dengan festival paccorohaṇī para brahmana.”

“Tetapi bagaimanakah, Guru Gotama, festival paccorohaṇīdalam disiplin Yang Mulia itu? Baik sekali jika Guru Gotama sudi mengajarkan Dhamma kepadaku dengan menjelaskan tentang bagaimana festival paccorohaṇīdijalankan dalam disiplin Yang Mulia.”

“Kalau begitu, brahmana, dengarkan dan perhatikanlah dengan seksama. Aku akan berbicara.”

“Baik, Tuan,” Brahmana Jāṇussoṇī menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

(1) “Di sini, brahmana, siswa mulia merefleksikan sebagai berikut: ‘Akibat dari membunuh adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan membunuh; ia turun dari membunuh.

(2) “… ‘Akibat dari mengambil apa yang tidak diberikan adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan mengambil apa yang tidak diberikan; ia turun dari mengambil apa yang tidak diberikan.

(3) “… ‘Akibat dari hubungan seksual yang salah adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan hubungan seksual yang salah; ia turun dari hubungan seksual yang salah.

(4) “… ‘Akibat dari berbohong adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan berbohong; ia turun dari berbohong.

(5) “… ‘Akibat dari ucapan memecah-belah adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan ucapan memecah-belah; ia turun dari ucapan memecah-belah.

(6) “… ‘Akibat dari ucapan kasar adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan ucapan kasar; ia turun dari ucapan kasar.

(7) “… ‘Akibat dari bergosip adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan bergosip; ia turun dari bergosip.

(8) “… ‘Akibat dari kerinduan adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan kerinduan; ia turun dari kerinduan.

(9) “… ‘Akibat dari niat buruk adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan niat buruk; ia turun dari niat buruk.

(10) “… ‘Akibat dari pandangan salah adalah buruk dalam kehidupan ini dan dalam kehidupan mendatang.’ Setelah merenungkan demikian, ia meninggalkan pandangan salah; ia turun dari pandangan salah.

“Dengan cara inilah, brahmana, festival paccorohaṇīdijalankan dalam disiplin Yang Mulia.”

“Festival paccorohaṇī dalam disiplin Yang Mulia, Guru Gotama, sangat berbeda dengan festival paccorohaṇī para brahmana. Dan festival paccorohaṇīpara brahmana tidak bernilai seper enam belas bagian dari festival paccorohaṇī dalam disiplin Yang Mulia.

“Bagus sekali, Guru Gotama! … [seperti pada 10:119] … Sudilah Guru Gotama menganggapku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com