Sariputta | Suttapitaka | Anuruddha Sariputta

Anuruddha

Anuruddha [Anuruddha­mahāvitakka] (AN 8.30)

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di antara penduduk Bhagga di Suṃsumāragira di taman rusa Hutan Bhesakalā. Pada saat itu Yang Mulia Anuruddha menetap di antara penduduk Ceti di taman bambu timur. Sewaktu Yang Mulia Anuruddha sedang sendirian dalam keterasingan, suatu pemikiran muncul dalam pikirannya sebagai berikut:

(1) “Dhamma ini adalah untuk seorang dengan sedikit keinginan, bukan untuk seorang yang berkeinginan kuat.
(2) Dhamma ini adalah untuk seorang yang puas, bukan untuk seorang yang tidak puas.
(3) Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai kesendirian, bukan untuk seorang yang bersenang dalam kumpulan.
(4) Dhamma ini adalah untuk seorang yang bersemangat, bukan untuk seorang yang malas.
(5) Dhamma ini adalah untuk seorang dengan perhatian ditegakkan, bukan untuk seorang yang berpikiran kacau.
(6) Dhamma ini adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak terkonsentrasi.
(7) Dhamma ini adalah untuk seorang yang bijaksana, bukan untuk seorang yang tidak bijaksana.”

Dengan pikiranNya Sang Bhagavā mengetahui jalannya pemikiran dalam pikiran Yang Mulia Anuruddha. Kemudian, secepat seorang kuat merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, Sang Bhagavā lenyap dari antara para penduduk Bhagga di Suṃsumāragira, di taman rusa di Hutan Bhesakalā, dan muncul kembali di hadapan Yang Mulia Anuruddha di antara para penduduk Ceti di taman bambu timur. Sang Bhagavā duduk di tempat yang telah dipersiapkan untukNya. Kemudian Yang Mulia Anuruddha bersujud kepada Beliau dan duduk di satu sisi, dan Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Bagus, bagus, Anuruddha! Bagus sekali engkau telah merefleksikan pemikiran-pemikiran tentang orang mulia ini, yaitu: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang dengan sedikit keinginan, bukan untuk seorang yang berkeinginan kuat … Dhamma ini adalah untuk seorang yang bijaksana, bukan untuk seorang yang tidak bijaksana.’ Oleh karena itu, refleksikan jugalah pemikiran ke delapan tentang orang mulia ini:

(8) ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai ketiadaan proliferasi, yang bersenang dalam ketiadaan proliferasi, bukan untuk seorang yang menyukai proliferasi, yang bersenang dalam proliferasi.’

“Ketika, Anuruddha, engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini, maka, sejauh yang engkau kehendaki, dengan terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, engkau akan masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan, yang disertai oleh pemikiran dan pemeriksaan.

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini, maka, sejauh yang engkau kehendaki, dengan meredanya pemikiran dan pemeriksaan, engkau akan masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki ketenangan internal dan keterpusatan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi, tanpa pemikiran dan pemeriksaan.

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini, maka, sejauh yang engkau kehendaki, dengan memudarnya sukacita, engkau akan berdiam seimbang dan, dengan penuh perhatian dan memahami dengan jernih, mengalami kenikmatan pada jasmani; engkau akan masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga yang dinyatakan oleh para mulia: ‘Ia seimbang, penuh perhatian, seorang yang berdiam dengan bahagia.’

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini, maka, sejauh yang engkau kehendaki, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya atas kegembiraan dan kesedihan, engkau akan masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang bukan menyakitkan juga bukan menyenangkan, dengan pemurnian perhatian melalui keseimbangan.

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini dan mendapatkan sesuai kehendak, tanpa kesulitan atau kesusahan, keempat jhāna yang merupakan pikiran yang lebih tinggi dan keberdiaman yang nyaman dalam kehidupan ini, maka, sewaktu engkau berdiam dengan puas, jubah kain usangmu akan tampak bagimu seperti selemari penuh pakaian warna-warni bagi seorang perumah tangga atau putra perumah tangga, dan ini akan berguna untuk kesenanganmu, kelegaan, dan kemudahan, dan untuk memasuki nibbāna.

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini dan mendapatkan sesuai kehendak … keempat jhāna ini … maka, sewaktu engkau berdiam dengan puas, sisa makananmu akan tampak bagimu seperti sepiring nasi yang telah dibersihkan dari butiran-butiran hitam dan disajikan dengan kuah daging dan kari bagi seorang perumah tangga atau putra perumah tangga, dan ini akan berguna untuk kesenanganmu, kelegaan, dan kemudahan, dan untuk memasuki nibbāna.

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini dan mendapatkan sesuai kehendak … keempat jhāna ini … maka, sewaktu engkau berdiam dengan puas, tempat tinggalmu di bawah pohon akan tampak seperti sebuah rumah beratap lancip, yang diplester bagian dalam dan luarnya, tanpa-lubang, dengan pintu dan jendela tertutup bagi seorang perumah tangga atau putra perumah tangga, dan ini akan berguna untuk kesenanganmu, kelegaan, dan kemudahan, dan untuk memasuki nibbāna.

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini dan mendapatkan sesuai kehendak … keempat jhāna ini … maka, sewaktu engkau berdiam dengan puas, alas tidur dan tempat dudukmu yang terbuat dari jerami akan tampak seperti sebuah dipan yang dilapisi permadani, selimut, dan penutup, dengan penutup yang bagus terbuat dari kulit rusa, dengan kanopi di atas dan bantal guling merah di kedua ujungnya bagi seorang perumah tangga atau putra perumah tangga, dan ini akan berguna untuk kesenanganmu, kelegaan, dan kemudahan, dan untuk memasuki nibbāna.

“Ketika engkau merefleksikan kedelapan pemikiran seorang mulia ini dan mendapatkan sesuai kehendak … keempat jhāna ini … maka, sewaktu engkau berdiam dengan puas, obat-obatanmu yang terbuat dari fermentasi air kencing sapi akan tampak bagimu seperti berbagai obat-obatan ghee, mentega, minyak, madu, dan sirup bagi seorang perumah tangga atau putra perumah tangga, dan ini akan berguna untuk kesenanganmu, kelegaan, dan kemudahan, dan untuk memasuki nibbāna.

“Oleh karena itu, Anuruddha, engkau harus melewatkan keberdiaman musim hujan berikutnya di sini lagi di antara para penduduk Ceti di taman bambu timur.”

“Baik, Bhante.” Yang Mulia Anuruddha menjawab.

Kemudian, setelah menasihati Yang Mulia Anuruddha, secepat seorang kuat merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, Sang Bhagavā lenyap dari hadapan Yang Mulia Anuruddha di antara para penduduk Ceti di taman bambu timur dan muncul kembali di antara para penduduk Bhagga di Suṃsumāragira. Kemudian Beliau duduk di tempat duduk yang dipersiapkan untuk Beliau dan berkata kepada para bhikkhu: ‘Aku akan mengajarkan kepada kalian, para bhikkhu, tentang delapan pemikiran tentang orang mulia. Dengarkan dan perhatikanlah. Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Dan apakah, para bhikkhu, delapan pemikiran seorang mulia? (1) Dhamma ini adalah untuk seorang dengan sedikit keinginan, bukan untuk seorang yang berkeinginan kuat. (2) Dhamma ini adalah untuk seorang yang puas, bukan untuk seorang yang tidak puas. (3) Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai kesendirian, bukan untuk seorang yang bersenang dalam kumpulan. (4) Dhamma ini adalah untuk seorang yang bersemangat, bukan untuk seorang yang malas. (5) Dhamma ini adalah untuk seorang dengan perhatian ditegakkan, bukan untuk seorang yang berpikiran kacau. (6) Dhamma ini adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak terkonsentrasi. (7) Dhamma ini adalah untuk seorang yang bijaksana, bukan untuk seorang yang tidak bijaksana. (8) Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai ketiadaan proliferasi, yang bersenang dalam ketiadaan proliferasi, bukan untuk seorang yang menyukai proliferasi, yang bersenang dalam proliferasi.

(1) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang dengan sedikit keinginan, bukan untuk seorang yang berkeinginan kuat,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, ketika seorang bhikkhu adalah seorang dengan sedikit keinginan, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang dengan sedikit keinginan.’ Ketika ia puas, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang yang puas.’ Ketika ia mendatangi kesendirian, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang yang menyukai kesendirian.’ Ketika ia bersemangat, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang yang bersemangat.’ Ketika ia penuh perhatian, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang yang penuh perhatian.’ Ketika ia terkonsentrasi, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang yang terkonsentrasi.’ Ketika ia bijaksana, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang yang bijaksana.’ Ketika ia menyukai ketiadaan proliferasi, ia tidak menginginkan: ‘Semoga orang-orang mengenaliku sebagai seorang yang menyukai ketiadaan proliferasi.’ Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang dengan sedikit keinginan, bukan untuk seorang yang berkeinginan kuat,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.

(2) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang puas, bukan untuk seorang yang tidak puas,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, seorang bhikkhu puas dengan segala jenis jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit. Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang puas, bukan untuk seorang yang tidak puas,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.

(3) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai kesendirian, bukan untuk seorang yang bersenang dalam kumpulan,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, ketika seorang bhikkhu mendatangi kesendirian, para bhikkhu, bhikkhunī, umat awam laki-laki, umat awam perempuan, raja-raja, para menteri kerajaan, para pemimpin sekte lain, dan para murid dari sekte lain mendatanginya. Dalam setiap kasus, dengan pikiran yang melandai, miring, dan condong pada kesendirian, terasing, bersenang dalam pelepasan keduniawian, ia membabarkan khotbah secara semata-mata hanya untuk membubarkan mereka. Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai kesendirian, bukan untuk seorang yang bersenang dalam kumpulan,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.

(4) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang bersemangat, bukan untuk seorang yang malas,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, seorang bhikkhu membangkitkan kegigihan untuk meninggalkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat dan mendapatkan kualitas-kualitas bermanfaat; ia kuat, kokoh dalam usaha, tidak mengabaikan tugas melatih kualitas-kualitas bermanfaat. Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang bersemangat, bukan untuk seorang yang malas,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.

(5) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang dengan perhatian ditegakkan, bukan untuk seorang yang berpikiran kacau,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, seorang bhikkhu penuh perhatian, memiliki perhatian dan keawasan tertinggi, seorang yang mengingat apa yang telah dilakukan dan diucapkan yang telah lama berlalu. Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang dengan perhatian ditegakkan, bukan untuk seorang yang berpikiran kacau,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.

(6) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak terkonsentrasi,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, dengan terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria … seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat. Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang terkonsentrasi, bukan untuk seorang yang tidak terkonsentrasi,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.

(7) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang bijaksana, bukan untuk seorang yang tidak bijaksana,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, seorang bhikkhu adalah bijaksana; ia memiliki kebijaksanaan yang melihat muncul dan lenyapnya, yang mulia dan menembus dan mengarah menuju kehancuran penderitaan sepenuhnya. Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang bijaksana, bukan untuk seorang yang tidak bijaksana,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.

(8) “Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai ketiadaan proliferasi, yang bersenang dalam ketiadaan proliferasi, bukan untuk seorang yang menyukai proliferasi, yang bersenang dalam proliferasi,’ sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Di sini, pikiran seorang bhikkhu meluncur keluar pada lenyapnya proliferasi, menjadi tenang, diam, dan terbebaskan di dalamnya. Ketika dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk seorang yang menyukai ketiadaan proliferasi, yang bersenang dalam ketiadaan proliferasi, bukan untuk seorang yang menyukai proliferasi, yang bersenang dalam proliferasi,’ adalah sehubungan dengan ini maka hal itu dikatakan.”

Kemudian Yang Mulia Anuruddha melewatkan keberdiaman musim hujannya di sana di antara para penduduk Ceti di taman bambu timur. Dengan berdiam sendirian, terasing, tekun, rajin, dan bersungguh-sungguh, dalam waktu tidak lama Yang Mulia Anuruddha merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini, kesempurnaan kehidupan spiritual yang tiada taranya yang karenanya para anggota keluarga dengan benar pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, dan setelah memasukinya, ia berdiam di dalamnya. Ia secara langsung mengetahui: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan spiritual telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan kembali lagi pada kondisi makhluk apa pun.” Dan Yang Mulia Anuruddha menjadi salah satu di antara para Arahant.

Pada kesempatan itu, ketika ia telah mencapai Kearahattaan, Yang Mulia Anuruddha mengucapkan syair ini:

“Setelah memahami pemikiran-pemikiranku,
guru yang tiada taranya di dunia
mendatangiku melalui kekuatan batin
dalam tubuh ciptaan-pikiran.

“Beliau mengajarkan aku lebih
dari apa yang ada dalam pikiranku:
Sang Buddha, yang bersenang dalam ketiadaan-proliferasi,
mengajariku dalam ketiadaan-proliferasi.

“Setelah mempelajari DhammaNya,
aku bersenang dalam ajaranNya.
aku telah mendapatkan tiga pengetahuan sejati;
Ajaran Sang Buddha telah selesai.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com