Sariputta | Suttapitaka | Tema Sariputta

Tema

Ṭhāna [Abhiṇha­paccave­kkhitabba­ṭhāna] (AN 5.57)

“Para bhikkhu, ada lima tema ini yang harus sering kali direnungkan oleh seorang perempuan atau laki-laki, oleh seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian. Apakah lima ini? (1) Seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada usia tua; aku tidak terbebas dari usia tua.’ (2) Seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada penyakit; aku tidak terbebas dari penyakit.’ (3) Seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada kematian; aku tidak terbebas dari kematian.’ (4) Seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang kusukai dan kusayangi.’ (5) Seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku adalah pemilik kammaku, pewaris kammaku; aku memiliki kamma sebagai asal-mula, kamma sebagai sanak saudara, kamma sebagai pelindungku; aku akan menjadi pewaris kamma apa pun, baik atau buruk, yang kulakukan.’

(1) “Demi manfaat apakah maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada usia tua; aku tidak terbebas dari usia tua’? Pada masa muda mereka, makhluk-makhluk dimabukkan oleh kemudaan mereka, dan ketika mereka dimabukkan oleh kemudaan mereka maka mereka melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika mereka sering kali merefleksikan tema ini, maka kemabukan pada kemudaan akan sepenuhnya ditinggalkan atau berkurang. Adalah demi manfaat ini maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada usia tua; aku tidak terbebas dari usia tua.’

(2) “Dan demi manfaat apakah maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada penyakit; aku tidak terbebas dari penyakit’? Dalam keadaan sehat makhluk-makhluk dimabukkan oleh kesehatan mereka, dan ketika mereka dimabukkan oleh kesehatan mereka maka mereka melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika mereka sering kali merefleksikan tema ini, maka kemabukan pada kesehatan akan sepenuhnya ditinggalkan atau berkurang. Adalah demi manfaat ini maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada penyakit; aku tidak terbebas dari penyakit.’

(3) “Dan demi manfaat apakah maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada kematian; aku tidak terbebas dari kematian’? Selama masa kehidupan mereka makhluk-makhluk dimabukkan oleh kehidupan mereka, dan ketika mereka dimabukkan oleh kehidupan mereka maka mereka melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika mereka sering kali merefleksikan tema ini, maka kemabukan pada kehidupan akan sepenuhnya ditinggalkan atau berkurang. Adalah demi manfaat ini maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada kematian; aku tidak terbebas dari kematian.’

(4) “Dan demi manfaat apakah maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang kusukai dan kusayangi’? Makhluk-makhluk memiliki keinginan dan nafsu sehubungan dengan orang-orang dan benda-benda yang mereka sukai dan sayangi, dan dengan digerakkan oleh nafsu ini maka mereka melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika mereka sering kali merefleksikan tema ini, maka keinginan dan nafsu sehubungan dengan siapa pun dan apa pun yang disukai dan disayangi akan sepenuhnya ditinggalkan atau berkurang. Adalah demi manfaat ini maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang kusukai dan kusayangi.’

(5) “Dan demi manfaat apakah maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku adalah pemilik kammaku, pewaris kammaku; aku memiliki kamma sebagai asal-mula, kamma sebagai sanak saudara, kamma sebagai pelindungku; aku akan menjadi pewaris kamma apa pun, baik atau buruk, yang kulakukan’? Orang-orang melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika mereka sering kali merefleksikan tema ini, maka perbuatan salah demikian akan sepenuhnya ditinggalkan atau berkurang. Adalah demi manfaat ini maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku adalah pemilik kammaku, pewaris kammaku; aku memiliki kamma sebagai asal-mula, kamma sebagai sanak saudara, kamma sebagai pelindungku; aku akan menjadi pewaris kamma apa pun, baik atau buruk, yang kulakukan.’

(1) “Siswa mulia ini merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku bukanlah satu-satunya yang tunduk pada usia tua, tidak terbebas dari usia tua. Semua makhluk yang datang dan pergi, yang meninggal dunia dan mengalami kelahiran kembali, tunduk pada usia tua; tidak ada yang terbebas dari usia tua.’ Sewaktu ia sering kali merefleksikan tema ini, sang jalan muncul. Ia mengejar jalan itu, mengembangkannya, dan melatihnya. Sewaktu ia melakukan hal itu, belenggu-belenggu sepenuhnya ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

(2) “Siswa mulia ini merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku bukanlah satu-satunya yang tunduk pada penyakit, tidak terbebas dari penyakit. Semua makhluk yang datang dan pergi, yang meninggal dunia dan mengalami kelahiran kembali, tunduk pada penyakit; tidak ada yang terbebas dari penyakit.’ Sewaktu ia sering kali merefleksikan tema ini, sang jalan muncul. Ia mengejar jalan itu, mengembangkannya, dan melatihnya. Sewaktu ia melakukan hal itu, belenggu-belenggu sepenuhnya ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

(3) “Siswa mulia ini merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku bukanlah satu-satunya yang tunduk pada kematian, tidak terbebas dari kematian. Semua makhluk yang datang dan pergi, yang meninggal dunia dan mengalami kelahiran kembali, tunduk pada kematian; tidak ada yang terbebas dari kematian.’ Sewaktu ia sering kali merefleksikan tema ini, sang jalan muncul. Ia mengejar jalan itu, mengembangkannya, dan melatihnya. Sewaktu ia melakukan hal itu, belenggu-belenggu sepenuhnya ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

(4) “Siswa mulia ini merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku bukanlah satu-satunya yang pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang disukai dan disayangi. Semua makhluk yang datang dan pergi, yang meninggal dunia dan mengalami kelahiran kembali, pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang disukai dan disayangi.’ Sewaktu ia sering kali merefleksikan tema ini, sang jalan muncul. Ia mengejar jalan itu, mengembangkannya, dan melatihnya. Sewaktu ia melakukan hal itu, belenggu-belenggu sepenuhnya ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

(5) “Siswa mulia ini merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku bukanlah satu-satunya yang menjadi pemilik kamma sendiri, pewaris kamma sendiri; yang memiliki kamma sebagai asal-mula, kamma sebagai sanak saudara, kamma sebagai pelindung; yang akan menjadi pewaris kamma apa pun, baik atau buruk, yang dilakukan. Semua makhluk yang datang dan pergi, yang meninggal dunia dan mengalami kelahiran kembali, adalah pemilik kamma mereka sendiri, pewaris kamma mereka sendiri; yang memiliki kamma sebagai asal-mula, kamma sebagai sanak saudara, kamma sebagai pelindung; yang akan menjadi pewaris kamma apa pun, baik atau buruk, yang mereka lakukan.’ Sewaktu ia sering kali merefleksikan tema ini, sang jalan muncul. Ia mengejar jalan itu, mengembangkannya, dan melatihnya. Sewaktu ia melakukan hal itu, belenggu-belenggu sepenuhnya ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

“Kaum duniawi tunduk pada penyakit,
usia tua, dan kematian adalah menjijikkan
[bagi orang-orang lain] yang ada
sesuai dengan sifatnya

“Jika aku menjadi jijik
pada makhluk-makhluk yang memiliki sifat demikian,
maka itu tidaklah selayaknya bagiku
karena aku juga memiliki sifat yang sama.

“Sewaktu aku berdiam demikian,
setelah mengetahui kondisi tanpa perolehan,
Aku mengatasi segala kemabukan—
kemabukan pada kesehatan,
pada kemudaan, dan pada kehidupan—
setelah melihat keamanan dalam pelepasan keduniawian.

“Kemudian semangat muncul dalam diriku
ketika aku dengan jelas melihat nibbāna.
Sekarang aku tidak mampu lagi
menikmati kenikmatan-kenikmatan indria.
Dengan mengandalkan kehidupan spiritual,
aku tidak akan pernah berbalik lagi.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com