Sariputta | Suttapitaka | Celaka (1) Sariputta

Celaka (1)

Khata 1 (AN 4.3)

“Para bhikkhu, dengan memiliki empat kualitas, orang dungu, yang tidak kompeten, dan jahat, mempertahankan dirinya dalam kondisi celaka dan terluka; ia tercela dan dicela oleh para bijaksana; dan ia menghasilkan banyak keburukan. Apakah empat ini?

(1) “Tanpa menyelidiki dan tanpa memeriksa, ia memuji seorang yang layak dicela. (2) Tanpa menyelidiki dan tanpa memeriksa, ia mencela seorang yang layak dipuji. (3) Tanpa menyelidiki dan tanpa memeriksa, ia mempercayai sesuatu yang mencurigakan. (4) Tanpa menyelidiki dan tanpa memeriksa, ia mencurigai sesuatu yang seharusnya dipercaya. Dengan memiliki keempat kualitas ini, orang dungu, yang tidak kompeten, dan jahat, mempertahankan dirinya dalam kondisi celaka dan terluka; ia tercela dan dicela oleh para bijaksana; dan ia menghasilkan banyak keburukan.

“Para bhikkhu, dengan memiliki empat kualitas, orang bijaksana, yang kompeten, dan baik, mempertahankan dirinya dalam kondisi tidak-celaka dan tidak-terluka; ia tanpa cela dan di luar celaan oleh para bijaksana; dan ia menghasilkan banyak jasa. Apakah empat ini?

(1) “Setelah menyelidiki dan setelah memeriksa, ia mencela seorang yang layak dicela. (2) Setelah menyelidiki dan setelah memeriksa, ia memuji seorang yang layak dipuji. (3) Setelah menyelidiki dan setelah memeriksa, ia mencurigai sesuatu yang mencurigakan. (4) Setelah menyelidiki dan setelah memeriksa, ia mempercayai sesuatu yang seharusnya dipercaya. Dengan memiliki keempat kualitas ini, orang bijaksana, yang kompeten, dan baik, mempertahankan dirinya dalam kondisi tidak-celaka dan tidak-terluka; ia tanpa cela dan di luar celaan oleh para bijaksana; dan ia menghasilkan banyak jasa.”

Ia yang memuji seorang yang layak dicela,
atau mencela seorang yang layak dipuji,
melakukan lemparan yang tidak beruntung melalui mulutnya
yang karenanya ia tidak menemukan kebahagiaan.

Lemparan dadu yang tidak beruntung adalah kecil
yang mengakibatkan hilangnya kekayaan seseorang,
[kehilangan] segalanya, termasuk dirinya;
lemparan yang jauh lebih tidak beruntung
adalah memendam kebencian terhadap orang-orang suci.

Selama seratus ribu tiga puluh enam
nirabbuda, ditambah lima abbuda,
pemfitnah para mulia pergi ke neraka,
setelah mencemarkan reputasi mereka dengan ucapan dan pikiran jahat.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com