Sariputta | Suttapitaka | Kejijikan Sariputta

Kejijikan

Jigucchitabba (AN 3.27)

“Para bhikkhu, ada tiga jenis orang ini yang terdapat di dunia ini. Apakah tiga ini? (1) Ada orang yang harus dilihat dengan kejijikan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani; (2) seorang yang harus dilihat dengan keseimbangan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani; dan (3) seorang yang harus dijadikan teman, harus diikuti, dan harus dilayani.

(1) “Dan orang jenis apakah, para bhikkhu, yang harus dilihat dengan kejijikan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani? Di sini, seseorang tidak bermoral, berkarakter buruk, tidak murni, mencurigakan, merahasiakan perbuatannya, bukan seorang petapa walaupun mengaku sebagai petapa, tidak hidup selibat walaupun mengaku hidup selibat, busuk dalam batinnya, jahat, rusak. Orang seperti ini harus dilihat dengan kejijikan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani. Karena alasan apakah? Walaupun seseorang tidak mengikuti teladan dari orang seperti itu, namun berita buruk tetap akan menyebar tentang dirinya: ‘Ia memiliki sahabat-sahabat yang jahat, teman-teman yang jahat, kawan-kawan yang jahat.’ Seperti halnya seekor ular yang melintasi kotoran tinja, walaupun ular itu tidak menggigit, namun tetap akan berlumuran tinja, demikian pula, walaupun seseorang tidak mengikuti teladan dari orang seperti itu, namun berita buruk tetap akan menyebar tentang dirinya: ‘Ia memiliki sahabat-sahabat yang jahat, teman-teman yang jahat, kawan-kawan yang jahat.’ Oleh karena itu orang seperti itu harus dilihat dengan kejijikan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani.

(2) “Dan orang jenis apakah, para bhikkhu, yang harus dilihat dengan keseimbangan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani? Di sini, seseorang mudah marah dan mudah gusar. Bahkan jika ia dikritik sedikit maka ia akan kehilangan kesabarannya dan menjadi jengkel, melawan, dan keras kepala; ia memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan kekesalan. Seperti halnya luka bernanah, jika ditusuk dengan tongkat atau pecahan tembikar, akan mengeluarkan lebih banyak cairan lagi, demikian pula … Seperti halnya sebuah lubang kotoran, jika ditusuk dengan tongkat atau pecahan tembikar, akan menjadi berbau lebih busuk, demikian pula, seseorang di sini mudah marah dan … memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan kekesalan. Orang seperti itu harus dilihat dengan keseimbangan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani. Karena alasan apakah? [Dengan pikiran:] ‘Ia akan menghinaku, memakiku, dan membahayakan aku.’ Oleh karena itu orang seperti itu harus dilihat dengan keseimbangan, tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti, dan tidak boleh dilayani.

(3) “Dan orang jenis apakah yang harus dijadikan teman, harus diikuti, dan harus dilayani? Di sini, seseorang adalah bermoral dan berkarakter baik. Orang seperti itu adalah yang harus dijadikan teman, harus diikuti, dan harus dilayani. Karena alasan apakah? Walaupun seseorang tidak mengikuti teladan dari orang seperti itu, namun berita baik tetap akan menyebar tentang dirinya: ‘Ia memiliki sahabat-sahabat yang baik, teman-teman yang baik, kawan-kawan yang baik.’ Oleh karena itu orang seperti itu harus dijadikan teman, harus diikuti, dan harus dilayani.

“Ini, para bhikkhu, adalah tiga jenis orang itu yang terdapat di dunia ini.”

[Syair terlampir identik dengan syair pada 3:26]

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com