Sariputta | Suttapitaka | iv. Berpikiran Sama Sariputta

iv. Berpikiran Sama

Samacitta 7 (AN 2.38)

Pada suatu ketika Yang Mulia Mahākaccāna sedang menetap di Madhurā di Hutan Gundā. Kemudian Brahmana Kaṇḍarāyana mendatangi Yang Mulia Mahākaccāna dan saling bertukar sapa dengannya. Ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah itu, ia duduk di satu sisi dan berkata kepadanya:

“Aku mendengar, Guru Kaccāna: ‘Petapa Kaccāna tidak menghormat para brahmana yang sepuh, tua, terbebani tahun demi tahun, berusia lanjut, sampai pada tahap akhir; ia juga tidak bangkit untuk mereka dan menawarkan tempat duduk kepada mereka.’ Hal ini sesungguhnya benar, karena Guru Kaccāna tidak menghormat para brahmana yang sepuh, tua, terbebani tahun demi tahun, berusia lanjut, sampai pada tahap akhir; ia juga tidak bangkit untuk mereka dan menawarkan tempat duduk kepada mereka. Hal ini tidak selayaknya, Guru Kaccāna.”

“Brahmana, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, yang mengetahui dan melihat, telah menyatakan tahap ketuaan dan tahap kemudaan. Walaupun seseorang berusia tua—delapan puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun sejak lahir—jika ia menikmati kenikmatan indria, berdiam dalam kenikmatan indria, terbakar oleh demam kenikmatan indria, termakan oleh pikiran-pikiran kenikmatan indria, bersemangat dalam mencari kenikmatan indria, maka ia dianggap sebagai seorang tua dungu yang kekanak-kanakan. Tetapi walaupun seseorang berusia muda, seorang pemuda berambut hitam, memiliki berkah kemudaan, dalam tahap utama kehidupan, jika ia tidak menikmati kenikmatan indria, tidak berdiam dalam kenikmatan indria, tidak terbakar oleh demam kenikmatan indria, tidak termakan oleh pikiran-pikiran kenikmatan indria, tidak bersemangat dalam mencari kenikmatan indria, maka ia dianggap sebagai seorang sepuh bijaksana.”

Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Kaṇḍarāyana bangkit dari duduknya, merapikan jubah atasnya di satu bahunya, dan bersujud dengan kepalanya di kaki para bhikkhu muda, dengan berkata: “Kalian yang sepuh berada pada tahap seorang yang sepuh; kami yang muda berada pada tahap seorang pemuda.

“Bagus sekali, Guru Kaccāna! … seperti pada 2:37 … Sudilah Guru Kaccāna menganggapku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com