Sariputta | Suttapitaka | Sarakāni (2) Sariputta

Sarakāni (2)

Sarakāni 2 (SN 55.25)

Di Kapilavatthu. Pada saat itu Sarakāni orang Sakya telah meninggal dunia, dan Sang Bhagavā telah menyatakannya sebagai seorang Pemasuk-Arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdir, dengan pencerahan sebagai tujuannya. Setelah itu sejumlah orang Sakya, setelah bertemu dan berkumpul, menyesalkan hal ini, menggerutu dan mengeluhkan, dengan mengatakan: “Sungguh menakjubkan, tuan! Sungguh mengagumkan, tuan! Sekarang siapakah di sini yang bukan seorang Pemasuk-Arus jika Sang Bhagavā menyatakan Sarakāni orang Sakya setelah kematiannya sebagai seorang Pemasuk-Arus … dengan pencerahan sebagai tujuannya? Sarakāni orang Sakya adalah seseorang yang telah gagal dalam memenuhi latihan!”

Kemudian Mahānāma orang Sakya mendatangi Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan melaporkan persoalan ini kepada Beliau. [Sang Bhagavā berkata:]

“Mahānāma, ketika seorang umat awam telah berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Saṅgha dalam waktu yang lama, bagaimana mungkin ia pergi ke alam rendah? …

Mahānāma, Sarakāni orang Sakya telah berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Saṅgha dalam waktu yang lama, bagaimana mungkin ia pergi ke alam rendah?

“Di sini, Mahānāma, seseorang sepenuhnya mengabdi pada Sang Buddha dan memiliki keyakinan penuh pada Beliau sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Dan demikian pula sehubungan dengan Dhamma dan Saṅgha. Ia adalah seorang dengan kebijaksanaan gembira, dengan kebijaksanaan cepat, dan ia telah mencapai kebebasan. Dengan kehancuran sepenuhnya noda-noda, dalam kehidupan ini ia masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran yang tanpa noda, kebebasan melalui kebijaksanaan, merealisasikannya untuk dirinya dengan pengetahuan langsung. Orang ini, Mahānāma, terbebas dari neraka, alam binatang, alam setan, terbebas dari alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah.

“Di sini, Mahānāma, seseorang sepenuhnya mengabdi pada Sang Buddha dan memiliki keyakinan penuh pada Beliau … dan demikian pula sehubungan dengan Dhamma dan Saṅgha. Ia adalah seorang dengan kebijaksanaan gembira, dengan kebijaksanaan cepat, namun ia belum mencapai kebebasan. Dengan kehancuran sepenuhnya lima belenggu yang lebih rendah, ia telah menjadi seorang yang mencapai pengetahuan akhir pada tahap awal kehidupan ini, atau seorang yang mencapai pengetahuan akhir pada saat kematian, atau seorang pencapai Nibbāna pada masa interval, atau seorang pencapai Nibbāna saat mendarat, atau seorang yang mencapai Nibbāna tanpa berusaha, atau seorang yang mencapai Nibbāna dengan usaha, atau seorang yang menuju ke atas, menuju ke alam Akaniṭṭha. Orang ini juga, Mahānāma, terbebas dari neraka, alam binatang, alam setan, terbebas dari alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah.

“Di sini, Mahānāma, seseorang sepenuhnya mengabdi pada Sang Buddha dan memiliki keyakinan penuh pada Beliau … dan demikian pula sehubungan dengan Dhamma dan Saṅgha. Ia bukanlah seorang dengan kebijaksanaan gembira, juga bukan dengan kebijaksanaan cepat, dan ia belum mencapai kebebasan. Dengan kehancuran sepenuhnya tiga belenggu dan dengan melemahnya keserakahan, kebencian, dan delusi, ia menjadi seorang Yang-Kembali-Sekali, setelah kembali ke alam ini hanya satu kali lagi, ia akan mengakhiri penderitaan. Orang ini juga, Mahānāma, terbebas dari neraka, alam binatang, alam setan, terbebas dari alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah.

“Di sini, Mahānāma, seseorang sepenuhnya mengabdi pada Sang Buddha dan memiliki keyakinan penuh pada Beliau … Dan demikian pula sehubungan dengan Dhamma dan Saṅgha. Ia bukanlah seorang dengan kebijaksanaan gembira, juga bukan dengan kebijaksanaan cepat, dan ia belum mencapai kebebasan. Dengan kehancuran sepenuhnya tiga belenggu, ia adalah seorang Pemasuk-Arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam rendah, pasti dalam takdir, dengan pencerahan sebagai tujuannya. Orang ini juga, Mahānāma, terbebas dari neraka, alam binatang, alam setan, terbebas dari alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah.

“Di sini, Mahānāma, seseorang tidak sepenuhnya mengabdi pada Sang Buddha dan tidak memiliki keyakinan penuh pada Beliau sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Dan demikian pula sehubungan dengan Dhamma dan Saṅgha. Ia bukanlah seorang dengan kebijaksanaan gembira, juga bukan dengan kebijaksanaan cepat, dan ia belum mencapai kebebasan. Akan tetapi, ia memiliki lima hal ini: indria keyakinan … indria kebijaksanaan. Dan ajaran yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata diterima olehnya setelah direnungkan hingga tingkat tertentu dengan kebijaksanaan. Orang ini juga, Mahānāma, adalah seorang yang tidak pergi ke neraka, alam binatang, atau alam setan, ke alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah.

“Di sini, Mahānāma, seseorang tidak sepenuhnya mengabdi pada Sang Buddha dan tidak memiliki keyakinan penuh pada Beliau …. Dan demikian pula sehubungan dengan Dhamma dan Saṅgha. Ia bukanlah seorang dengan kebijaksanaan gembira, juga bukan dengan kebijaksanaan cepat, dan ia belum mencapai kebebasan. Akan tetapi, ia memiliki lima hal ini: indria keyakinan … indria kebijaksanaan. Dan ia memiliki keyakinan yang cukup pada Sang Tathāgata, pengabdian yang cukup kepada Beliau. Orang ini juga, Mahānāma, adalah seorang yang tidak pergi ke neraka, alam binatang, atau alam setan, ke alam sengsara, alam yang buruk, alam rendah.

“Misalkan, Mahānāma, terdapat lahan yang buruk, sepetak tanah yang gersang, dengan tunggul-tunggul yang tidak dibersihkan, dan benih yang ditanam di sana pecah, busuk, rusak oleh angin dan cahaya matahari, tidak subur, tidak ditanam dengan baik, dan langit tidak mencurahkan hujan yang cukup. Akankah benih ini tubuh, berkembang, dan membesar?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Demikian pula, Mahānāma, di sini Dhamma dibabarkan dengan buruk, dinyatakan dengan buruk, tidak membebaskan, tidak mendukung kedamaian, dinyatakan oleh seorang yang tidak tercerahkan sempurna. Ini, Aku katakan, adalah bagaikan lahan yang buruk. Dan siswa yang berdiam dalam Dhamma itu mempraktikkan sesuai dengannya, mempraktikkan dengan benar, menjalankan sesuai dengannya. Ini, Aku katakan, adalah bagaikan benih yang buruk.

“Misalkan, Mahānāma, terdapat lahan yang baik, sepetak tanah yang subur, dengan tunggul-tunggul yang telah dibersihkan dengan baik, dan benih yang ditanam di sana tidak pecah, tidak busuk, tidak rusak oleh angin dan cahaya matahari, subur, ditanam dengan baik, dan langit mencurahkan hujan yang cukup. Akankah benih ini tubuh, berkembang, dan membesar?”

“Ya, Yang Mulia.”

“Demikian pula, Mahānāma, di sini Dhamma telah dibabarkan dengan baik, dinyatakan dengan baik, membebaskan, mendukung kedamaian, dinyatakan oleh seorang yang tercerahkan sempurna. Ini, Aku katakan, adalah bagaikan lahan yang baik. Dan siswa yang berdiam dalam Dhamma itu mempraktikkan sesuai dengannya, mempraktikkan dengan benar, menjalankan sesuai dengannya. Ini, Aku katakan, adalah bagaikan benih yang baik. Apalagi Sarakāni orang Sakya? Mahānāma, Sarakāni orang Sakya adalah seorang yang memenuhi latihannya menjelang kematiannya.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com