Sariputta | Suttapitaka | Perbuatan-salah Sariputta

Perbuatan-salah

Duccarita (SN 47.47)

Seorang bhikkhu mendatangi Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: “Yang Mulia, sudilah Bhagavā mengajarkan Dhamma secara singkat kepadaku, sehingga, setelah mendengarkan Dhamma dari Bhagavā, aku dapat berdiam sendirian, mengasingkan diri, dengan rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh.”

“Kalau begitu, bhikkhu, murnikanlah permulaan kondisi-kondisi bermanfaat. Dan apakah permulaan kondisi-kondisi bermanfaat? Di sini, bhikkhu, setelah meninggalkan perbuatan-salah melalui jasmani, engkau harus mengembangkan perbuatan-baik melalui jasmani. Setelah meninggalkan perbuatan-salah melalui ucapan, engkau harus mengembangkan perbuatan-baik melalui ucapan. Setelah meninggalkan perbuatan-salah melalui pikiran, engkau harus mengembangkan perbuatan-baik melalui pikiran. Ketika, bhikkhu, setelah meninggalkan perbuatan-salah melalui jasmani … engkau telah mengembangkan perbuatan-baik melalui pikiran, maka dengan berdasarkan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, engkau harus mengembangkan empat penegakan perhatian.

“Apakah empat ini? Di sini, bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani dalam jasmani … perasaan dalam perasaan … pikiran dalam pikiran … fenomena dalam fenomena, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.

“Jika, bhikkhu, dengan berdasarkan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, engkau mengembangkan empat penegakan perhatian ini sedemikian, maka apakah malam atau siang, engkau dapat mengharapkan hanya kemajuan dalam kondisi-kondisi bermanfaat, bukan kemunduran.”

Kemudian bhikkhu itu … menjadi salah satu di antara para Arahant.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com