Sariputta | Suttapitaka | Durasi Sariputta

Durasi

Ṭhiti (SN 47.22)

Situasi yang sama. Sambil duduk di satu sisi Yang Mulia Bhadda berkata kepada Yang Mulia Ānanda:

“Sahabat Ānanda, apakah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir? Dan apakah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir?”

“Bagus, bagus, sahabat Bhadda! Kecerdasanmu bagus, kecerdikanmu bagus, pertanyaanmu adalah pertanyaan yang bagus. Karena engkau menanyakan kepadaku: ‘Sahabat Ānanda, apakah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir? Dan apakah sebab dan alasan mengapa Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir?’

“Benar, sahabat.”

“Adalah, sahabat, karena empat penegakan perhatian tidak dikembangkan dan tidak dilatih maka Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir. Dan adalah karena empat penegakan perhatian dikembangkan dan dilatih maka Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir. Apakah empat ini? di sini, sahabat, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani dalam jasmani … perasaan dalam perasaan … pikiran dalam pikiran … fenomena dalam fenomena, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia.

“Adalah, karena empat penegakan perhatian tidak dikembangkan dan tidak dilatih maka Dhamma sejati tidak bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir. Dan adalah karena empat penegakan perhatian dikembangkan dan dilatih maka Dhamma sejati bertahan lama setelah seorang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com