Sariputta | Suttapitaka | Yang Tak Terkondisi Sariputta

Yang Tak Terkondisi

Asaṅkhata (SN 43.12)

(i. Ketenangan)
“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang yang tak terkondisi dan jalan menuju yang tak terkondisi. Dengarkanlah …

“Dan apakah, para bhikkhu, yang tak terkondisi? Hancurnya nafsu, hancurnya kebencian, hancurnya delusi: ini disebut yang tak terkondisi.

“Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Ketenangan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …

“Demikianlah, para bhikkhu, Aku telah mengajarkan kepada kalian tentang yang tak terkondisi dan jalan menuju yang tak terkondisi … Ini adalah instruksi kami kepada kalian.”

(ii. Pandangan terang)
… “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Pandangan terang: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(iii-viii. Konsentrasi)

(iii) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Konsentrasi dengan pemikiran dan pemeriksaan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(iv) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Konsentrasi tanpa pemikiran, hanya dengan pemeriksaan …”

(v) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Konsentrasi tanpa pemikiran dan tanpa pemeriksaan …”

(vi) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Konsentrasi kekosongan …”

(vii) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Konsentrasi tanpa gambaran …”

(viii) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Konsentrasi yang tidak diarahkan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(ix-xii. Empat penegakan perhatian)

(ix) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani dalam jasmani, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(x) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan perasaan dalam perasaan, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia …”

(xi) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan pikiran dalam pikiran, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia …”

(xii) ... “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan fenomena-fenomena dalam fenomena-fenomena, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xiii-xvi. Empat usaha benar)

(xiii) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu membangkitkan keinginan untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang belum muncul; ia berusaha, membangkitkan usaha, mengarahkan pikirannya, dan berjuang: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xiv) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu membangkitkan keinginan untuk meninggalkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang telah muncul; ia berusaha, membangkitkan usaha, mengarahkan pikirannya, dan berjuang …”

(xv) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu membangkitkan keinginan untuk memunculkan kondisi-kondisi bermanfaat yang belum muncul; ia berusaha, membangkitkan usaha, mengarahkan pikirannya, dan berjuang …”

(xvi) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu membangkitkan keinginan untuk mempertahankan kondisi-kondisi bermanfaat yang telah muncul; demi ketidak-rusakan, peningkatan, perluasan, dan pemenuhan melalui pengembangan; ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berjuang: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xvii-xx. Empat landasan kekuatan spiritual)

(xvii) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan landasan kekuatan spiritual yang memiliki konsentrasi karena keinginan dan bentukan-bentukan kehendak berusaha: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xviii) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan landasan kekuatan spiritual yang memiliki konsentrasi karena kegigihan dan bentukan-bentukan kehendak berusaha …”

(xix) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan landasan kekuatan spiritual yang memiliki konsentrasi karena pikiran dan bentukan-bentukan kehendak berusaha …”

(xx) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan landasan kekuatan spiritual yang memiliki konsentrasi karena penyelidikan dan bentukan-bentukan kehendak berusaha: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxi-xxv. Lima indria spiritual)

(xxi) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan indria keyakinan, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxii-xxv) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan indria kegigihan … indria perhatian … indria konsentrasi … indria kebijaksanaan, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxvi-xxx. Lima kekuatan)

(xxvi) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan kekuatan keyakinan, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxvii-xxx) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tidak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan kekuatan kegigihan … kekuatan perhatian … … kekuatan konsentrasi … kekuatan kebijaksanaan, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxxi-xxxvii. Tujuh faktor pencerahan)

(xxxi) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan faktor pencerahan perhatian, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxxii-xxxvii) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan faktor pencerahan pembedaan kondisi-kondisi … faktor pencerahan kegigihan … faktor pencerahan kegembiraan … faktor pencerahan ketenangan … faktor pencerahan konsentrasi … faktor pencerahan keseimbangan, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxxviii-xlv. Jalan Mulia Berunsur Delapan)

(xxxviii) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi …”

(xxxix-xlv) … “Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju yang tak terkondisi? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan kehendak benar … ucapan benar … perbuatan benar … penghidupan benar … usaha benar … perhatian benar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang dalam pelepasan: ini disebut jalan menuju yang tak terkondisi.

“Demikianlah, para bhikkhu, Aku telah mengajarkan kepada kalian tentang yang tak terkondisi dan jalan menuju yang tak terkondisi. Apa pun yang harus dilakukan, para bhikkhu, oleh seorang guru yang penuh belas kasihan kepada para siswanya, yang menginginkan kesejahteraan mereka, telah Kulakukan untuk kalian. Ini adalah bawah pepohonan, para bhikkhu, ini adalah gubuk-gubuk kosong. Bermeditasilah, para bhikkhu, jangan lengah, agar kalian tidak menyesal nanti. Ini adalah instruksi kami kepada kalian.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com