Sariputta | Suttapitaka | Sakka Sariputta

Sakka

Sakka (SN 40.10)

I
Pada suatu ketika Yang Mulia Mahāmoggallāna sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian, bagaikan seorang kuat merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, Yang Mulia Mahāmoggallāna lenyap dari Hutan Jeta dan muncul kembali di antara para deva Tāvatiṃsa. Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan lima ratus devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

“Adalah baik, raja para deva, berlindung pada Buddha. Karena dengan berlindung pada Buddha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga. Adalah baik, raja para deva, berlindung pada Dhamma. Karena dengan berlindung pada Dhamma, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga. Adalah baik, raja para deva, berlindung pada Saṅgha. Karena dengan berlindung pada Saṅgha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”

“Adalah baik, Tuan Moggallāna, berlindung pada Buddha … Dhamma … Saṅgha. Karena dengan berlindung pada Saṅgha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”

Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan enam ratus devatā … tujuh ratus devatā … delapan ratus devatā … delapan puluh ribu devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

Percakapannya sama persis seperti di atas.

II
Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan lima ratus devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

“Adalah baik, raja para deva, memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh sang jalan, Pengenal dunia, Pemimpin yang tiada taranya bagi orang-orang yang harus dijinakkan, Guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Karena dengan memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Sang Buddha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.

“Adalah baik, raja para deva, memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Dhamma sebagai berikut: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat langsung, segera, mengundang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami sendiri oleh para bijaksana.’ Karena dengan memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Dhamma, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.

“Adalah baik, raja para deva, memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Saṅgha sebagai berikut: ‘Saṅgha siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan sejati, mempraktikkan jalan yang semestinya; yaitu, empat pasang makhluk, delapan jenis individu—Saṅgha siswa Sang Bhagavā ini layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia.’ Karena dengan memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Saṅgha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.

“Adalah baik, raja para dewa, memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia, yang tidak rusak, tidak robek, tanpa noda, tanpa bercak, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak dicengkeram, menuntun pada konsentrasi. Karena dengan memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”

“Adalah baik, Tuan Moggallāna, memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Buddha … memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Dhamma … memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Saṅgha … … memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia, yang tidak rusak ... menuntun pada konsentrasi. Karena dengan memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga.”

Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan enam ratus devatā … tujuh ratus devatā … delapan ratus devatā … delapan puluh ribu devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

Seperti di atas.

III
Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan lima ratus devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

“Adalah baik, raja para deva, berlindung pada Sang Buddha. Karena dengan berlindung pada Sang Buddha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga. Mereka melampaui para deva lain dalam sepuluh hal: dalam hal umur kehidupan surgawi, dalam hal keelokan surgawi, dalam hal kebahagiaan surgawi, dalam hal kemasyhuran surgawi, dalam hal kekuasaan surgawi, dan dalam hal bentuk-bentuk surgawi, suara-suara surgawi, bau-bauan surgawi, rasa kecapan surgawi, dan objek-objek sentuhan surgawi.

“Adalah baik, raja para deva, berlindung pada Dhamma … berlindung pada Saṅgha. Karena dengan berlindung pada Saṅgha … dan dalam hal bentuk-bentuk surgawi, suara-suara surgawi, bau-bauan surgawi, rasa kecapan surgawi, dan objek-objek sentuhan surgawi.”

“Adalah baik, Tuan Moggallāna, berlindung pada Buddha … pada Dhamma … pada Saïgha. Karena dengan berlindung pada Saṅgha … dan dalam hal bentuk-bentuk surgawi, suara-suara surgawi, bau-bauan surgawi, rasa kecapan surgawi, dan objek-objek sentuhan surgawi.”

Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan enam ratus devatā … tujuh ratus devatā … … delapan ratus devatā … delapan puluh ribu devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

Seperti di atas.

IV
Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan lima ratus devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

“Adalah baik, raja para deva, memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Sang Buddha sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … Guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Karena dengan memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Sang Buddha, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga. Mereka melampaui para deva lain dalam sepuluh hal: dalam hal umur kehidupan surgawi, dalam hal keelokan surgawi, dalam hal kebahagiaan surgawi, dalam hal kemasyhuran surgawi, dalam hal kekuasaan surgawi, dan dalam hal bentuk-bentuk surgawi, suara-suara surgawi, bau-bauan surgawi, rasa kecapan surgawi, dan objek-objek sentuhan surgawi.

“Adalah baik, raja para deva, memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Dhamma sebagai berikut … memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Saṅgha sebagai berikut … Adalah baik, raja para deva, memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia, tidak rusak … menuntun pada konsentrasi. Karena dengan memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia … dan dalam hal bentuk-bentuk surgawi, suara-suara surgawi, bau-bauan surgawi, rasa kecapan surgawi, dan objek-objek sentuhan surgawi.”

“Adalah baik, Tuan Moggallāna, memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Buddha … memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Dhamma … memiliki keyakinan tak tergoyahkan kepada Saṅgha … … memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia, tidak rusak … menuntun pada konsentrasi. Karena dengan memiliki moralitas yang disukai oleh para mulia, beberapa makhluk di sini, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, terlahir kembali di alam yang baik, di alam surga. Mereka melampaui para deva lain dalam sepuluh hal: dalam hal umur kehidupan surgawi, dalam hal keelokan surgawi, dalam hal kebahagiaan surgawi, dalam hal kemasyhuran surgawi, dalam hal kekuasaan surgawi, dan dalam hal bentuk-bentuk surgawi, suara-suara surgawi, bau-bauan surgawi, rasa kecapan surgawi, dan objek-objek sentuhan surgawi.”

Kemudian Sakka, raja para deva, mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna bersama dengan enam ratus devatā … tujuh ratus devatā … delapan ratus devatā … delapan puluh ribu devatā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Yang Mulia Mahāmoggallāna dan berdiri di satu sisi. Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepadanya:

Seperti di atas.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com