Sariputta | Suttapitaka | Tergerak (1) Sariputta

Tergerak (1)

Ejā 1–2 (SN 35.90–91)

“Para bhikkhu, tergerak adalah penyakit, tergerak adalah tumor, tergerak adalah anak panah. Oleh karena itu, para bhikkhu, Sang Tathāgata berdiam tanpa tergerak, dengan anak panah tercabut. Oleh karena itu, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu berkehendak, ‘Semoga aku berdiam tanpa tergerak, dengan anak panah tercabut!’ maka ia tidak boleh menganggap mata, tidak boleh menganggap di dalam mata, tidak boleh menganggap dari mata, tidak boleh menganggap, ‘Mata adalah milikku.’

“Ia tidak boleh menganggap bentuk-bentuk … kesadaran-mata … kontak-mata … dan sehubungan dengan perasaan apa pun yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisi … ia tidak boleh menganggap itu, tidak boleh menganggap di dalam itu, tidak boleh menganggap dari itu, tidak boleh menganggap, ‘Itu adalah milikku.’

“Ia tidak boleh menganggap telinga … Ia tidak boleh menganggap pikiran … fenomena-fenomena pikiran … kesadaran-pikiran … kontak-pikiran … dan sehubungan dengan perasaan apa pun yang muncul dengan kontak-pikiran sebagai kondisi … ia tidak boleh menganggap itu, tidak boleh menganggap di dalam itu, tidak boleh menganggap dari itu, tidak boleh menganggap, ‘Itu adalah milikku.’

“Ia tidak boleh menganggap segalanya, tidak boleh menganggap di dalam segalanya, tidak boleh menganggap dari segalanya, tidak boleh menganggap, ‘Segalanya adalah milikku.’

“Karena ia tidak menganggap apa pun demikian, maka ia tidak melekat pada apa pun di dunia. Dengan tidak melekat, maka ia tidak bergejolak. Karena tidak bergejolak, ia mencapai Nibbāna. Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi penjelmaan dalam kondisi makhluk apa pun.’”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com