Sariputta | Paritta | Ovādapātimokkhādipātho Sariputta

Ovādapātimokkhādipātho


Sang Arahanta, Sammā-Sambuddha, Yang Maha Suci, Yang Maha Tahu,
Yang Maha Bijaksana, telah bersabda tentang Ovāda- Pāṭimokkhā yang
terdiri atas tiga syair sebagai berikut:

Kesabaran merupakan pelaksanaan Dhamma yang tertinggi.
Para Buddha bersabda: Nibbāna adalah yang tertinggi.
Jika seseorang yang telah menjadi bhikkhu masih menyakiti, merugikan
orang lain;
Maka sesungguhnya dia bukan seorang samaṇa.

Jangan berbuat jahat,
Tambahlah kebajikan,
Sucikan hati dan pikiran:
Inilah ajaran Para Buddha.

Tidak menghina, tidak menyakiti,
Mengendalikan diri selaras dengan Pāṭimokkhā,
Makan secukupnya, tidak berlebih-lebihan,
Hidup di tempat yang sunyi,
Berusaha melatih Samādhi:
Inilah ajaran Para Buddha.

Sang Arahanta, Sammā-Sambuddha, Yang Maha Suci, Yang Maha Tahu,
Yang Maha Bijaksana, dengan cara yang baik telah mengutarakan tentang
Sīla, Samādhi dan Paññā.

Bagaimanakah Sang Bhagavā mengutarakan tentang Sīla itu? Sang
Bhagavā telah mengutarakan dengan baik bagaimana pelaksanaan Sīla, yang
merupakan tingkat pengamalan yang dasariah (Heṭṭhimena). Sang Bhagavā
telah mengutarakan pula dengan baik, bagaimana pelaksanaan Sīla, yang
merupakan tingkat pengamalan yang lebih tinggi (Uparimena).

Bagaimanakah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan
yang dasariah itu? Sang Bhagavā bersabda: “Ia adalah seorang Siswa Mulia
(Ariya-Sāvako) yang:
1) Menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2) Menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
3) Menghindari perbuatan asusila.
4) Menghindari kebohongan, fitnah, ucapan kasar dan omong kosong.
5) Menghindari segala makanan dan minuman keras yang menyebabkan lemahnya kewaspadaan.”
Demikianlah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan yang
dasariah, yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan
yang lebih tinggi itu? Sang Bhagavā bersabda: “Ia adalah seorang bhikkhu
yang melaksanakan Sīla dengan baik, jika ia mengendalikan diri sesuai
dengan Pāṭimokkhā, bersikap sopan santun, takut untuk berbuat kesalahan
walau pun kecil, berdaya upaya untuk mentaati peraturan-peraturan sebaik
mungkin.”
Demikianlah pelaksanaan Sīla, yang merupakan tingkat pengamalan
yang lebih tinggi, yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah Sang Bhagavā mengutarakan tentang Samādhi itu? Sang
Bhagavā telah membabarkan bagaimana pelaksanaan Samādhi, yang
merupakan tingkat yang dasariah (Heṭṭhimena). Sang Bhagavā telah
membabarkan bagaimana pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat
yang lebih tinggi (Uparimena).

Bagaimanakah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang
dasariah ini? Sang Bhagava bersabda: “Ia adalah seorang Ariya-Sāvako jika ia
dapat melepaskan kekotoran batin (Kilesa) dari pikiran, kemudian dapat
mencapai konsentrasi dan penunggalan pikiran.”
Demikianlah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang
dasariah, yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang
lebih tinggi itu? Sang Bhagavā bersabda: “Demikianlah kalau ia (bhikkhu)
dapat menjauhkan diri dari keinginan nafsu indria, dapat menjauhkan diri
dari perbuatan tidak baik, kemudian masuk dan berdiam dalam Jhāna
Pertama, yakni suatu keadaan batin yang bergembira (Pīti) dan berbahagia
(Sukha), yang masih disertai dengan Vitakka (pengarahan pikiran pada
objek) dan Vicāra (usaha mempertahankan pikiran pada objek). Kemudian
setelah membebaskan diri dari Vitakka dan Vicāra, ia memasuki dan berdiam
dalam Jhāna Kedua, yakni keadaan batin yang bergembira dan bahagia,
tanpa disertai dengan Vitakka dan Vicāra. Selanjutnya ia membebaskan diri
dari perasaan gembira dan berdiam dalam keadaan batin seimbang yang
disertai dengan perhatian murni dan jelas. Tubuhnya diliputi dengan
perasaan bahagia yang dikatakan oleh Para Ariya sebagai
'Kebahagiaan yang dimiliki oleh mereka yang batinnya seimbang dan penuh perhatian murni',
dan ia memasuki dan berdiam dalam Jhāna Ketiga. Kemudian dengan
menyingkirkan perasaan bahagia dan tidak bahagia, dengan menghilangkan
perasaan senang dan tidak senang yang telah dirasakan sebelumnya, ia
memasuki dan berdiam dalam Jhāna Keempat, yakni suatu keadaan yang
benar-benar seimbang, yang memiliki perhatian murni (Sati-Pārisuddhi),
bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia.”
Demikianlah pelaksanaan Samādhi, yang merupakan tingkat yang lebih
tinggi, yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah Sang Bhagavā membabarkan tentang Paññā
(Kebijaksanaan) itu? Sang Bhagavā telah membabarkan bagaimana
pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang dasariah (Heṭṭhimena).
Sang Bhagavā telah membabarkan pula pelaksanaan Paññā yang merupakan
tingkat yang lebih tinggi (Uparimena).

Bagaimanakah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang
dasariah itu? Sang Bhagavā bersabda: “Demikianlah seorang Ariya-Sāvako
memiliki Paññā, jika ia mengerti adanya dukkha (penderitaan) dan sebabnya,
jika ia mengerti adanya akhir dukkha dan jalan yang membawa pada akhir dukkha.”
Demikianlah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang dasariah,
yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Bagaimanakah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang lebih
tinggi itu? Sang Bhagavā bersabda: “Seorang bhikkhu mengetahui
sebagaimana adanya: inilah dukkha; ia mengetahui sebagaimana adanya:
inilah sebab dukkha (Dukkha-Samudaya); ia mengetahui sebagaimana
adanya: inilah akhir dukkha (Dukkha-Nirodha); ia mengetahui sebagaimana
adanya: inilah jalan yang menuju akhir dukkha (Dukkha-Nirodha-Gāminī-
Paṭipadā).”
Demikianlah pelaksanaan Paññā, yang merupakan tingkat yang lebih
tinggi, yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagavā.

Dengan dilandasi oleh Sīla yang telah dikembangkan dengan baik, maka
Samādhi akan memberikan pahala dan manfaat yang besar. Dengan dilandasi
oleh Samādhi yang telah dikembangkan dengan baik, maka Paññā akan
memberikan pahala dan manfaat yang besar.

Dengan dilandasi oleh Paññā yang telah dikembangkan dengan baik, maka
pikiran (Citta) akan terbebas dari segenap noda, yakni noda nafsu indria (Kāmāsavā),
noda perwujudan (Bhavāsavā) dan noda ketidaktahuan (Avijjāsavā).

Pada saat menjelang Parinibbāna Sang Bhagavā telah bersabda, yang
merupakan pesan terakhir: “Kini, O, para Bhikkhu, Ku-beritahukan kepadamu
bahwa, 'Segala sesuatu yang bersyarat/berkondisi/terbentuk (Sankhāra) itu
tidak kekal.' Karena itu berjuanglah dengan kesungguhan hati untuk
membebaskan dirimu.” Selanjutnya Sang Bhagavā bersabda: “O, para
Bhikkhu, sebagaimana semua jenis telapak kaki dari berbagai macam
makhluk dapat masuk ke dalam telapak kaki gajah karena besarnya, maka
demikian pula, O, para Bhikkhu, kebajikan-kebajikan apa pun itu semuanya
berasal dari perhatian (kewaspadaan); disebabkan oleh perhatian. Karena
perhatian merupakan hal yang utama di antara semua hal lainnya, maka
kalian harus melatihnya dengan baik.”

Para bhikkhu menyatakan: “Kami akan berusaha menjalankan Adhi-Sīla,
Adhi-Citta, Adhi-Paññā dengan penuh perhatian. Kami akan mentaati dan
berlatih dengan sungguh-sungguh.”
Kritik dan Saran, Hubungi : cs@sariputta.com