VIHARA DHAMMA SANTI


bertepatan dengan hari raya Nyepi, umat Buddha Banyuwangi mengukuhkan Rupang Buddha Vihara Dhamma Santi, Dusun Krajan, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran setelah selesai pemugaran yang kedua. Suka cita masyarakat Buddhis Banyuwangi terlihat dengan antusiasme umat Buddha yang hadir dari seluruh kabupaten Banyuwangi, bahkan dari Bali untuk menyaksikan momen bersejarah ini.


Lebih dari 1500 umat Buddha, pejabat pemerintahan beserta dengan sembilan bhikkhu Sangha, yaitu Bhikkhu Jotidhammo (ketua umum Sangha Theravada Indonesia), Bhikkhu Cittaguto, Bhikkhu Tejapunnyo, Bhikkhu Sukhito, Bhikkhu Siriratano, Bhikkhu Atthapiyo, dan tiga bhikkhu putra daerah, yaitu Bhikkhu Viriya Dharo (Padesanayaka Jawa Timur), Bhikkhu Silanando, dan Bhikkhu Virasilo. (Baca: Umat Buddha Banyuwangi Gelar Syukuran Vihara Baru dengan Kendurian)


Menurut Jumani, ketua panitia pemugaran, Vihara Dhamma Santi merupakan salah satu vihara istimewa yang berada di Banyuwangi, karena vihara ini adalah salah satu vihara tertua dan cikal bakal kebangkitan kembali agama Buddha di Banyuwangi.


“Vihara Dhamma Santi pertama kali dibangun pada tahun 1967, dan masih berupa cetiya yang berukuran kecil yang menjadi tempat puja bakti umat Buddha Sarongan pada awal perkembangan agama Buddha. Seiring perkembangan umat Buddha, Cetiya Dhamma Santi tidak dapat untuk menampung semua umat dalam melakukan puja bakti, sehingga pada tahun 1990 Vihara Dhamma Santi dipugar dan diperlebar untuk yang pertama kali di atas tanah seluas 395 meter persegi di area tanah yang dihibahkan oleh Mbah Kasman, pemrakarsa umat Buddha Banyuwangi, khususnya di Desa Kandangan,” ujar Jumani.


Lebih lanjut Jumani menuturkan, saat ini terdapat 70 kepala keluarga umat Buddha di Kandangan. “Dengan jumlah keseluruhan umat sekitar 300 jiwa dan bangunan yang sudah renta untuk terus berdiri maka kami melakukan pemugaran kembali,” jelas pria yang juga Abdi Desa Ehipassiko Foundation untuk Banyuwangi ini.


Slamet, Pembimbing Masyarakat Buddha Jawa Timur melontarkan pujian kepada umat Buddha Desa Kandangan yang telah merampungkan pemugaran vihara. Ia berharap kemegahan vihara yang baru juga dapat diperindah dengan semangat umat Buddha dalam melakukan kegiatan-kegitan keagamaan.


“Bangunan vihara ini menurut saya sangat mewah. Namun tidak cukup hanya mewah saja, selain mewah vihara ini juga harus dibuat indah dengan gambar-gambar manusia yang melakukan puja bakti setiap malam,” ujar Slamet.


Setelah proses renovasi selamat kurang dari satu tahun, Vihara Dhamma Santi kini mempunyai wajah baru. Vihara megah yang dibangun di atas tanah 13×50 meter persegi ini mempunyai beberapa bangunan. Dhammasala sebagai bangunan utama dengan luas 7×10 meter persegi, ruang sekolah minggu, perpustakaan, kuti (tempat tinggal bhikkhu), pendopo, dan dapur.


20160315 Vihara Dhamma Santi, Vihara Tertua di Banyuwangi Kini Tampil Megah 2 20160315 Vihara Dhamma Santi, Vihara Tertua di Banyuwangi Kini Tampil Megah 3


Sementara itu Bhikkhu Jotidhammo menyatakan bahwa pemberkahan vihara setelah selesai dipugar adalah saat yang istimewa, karena bertepatan dengan hari raya Nyepi. “Sebenarnya hari raya Nyepi adalah memperingati kemenangan Dharma dari Adharma. Jadi kemenangan kebenaran Dharma terhadap yang tidak benar, yang jahat, yang jelek dan lain-lain.”


“Hadirnya sembilan bhikkhu, pada tanggal 9 Maret adalah saat yang istimewa bagi umat Buddha Banyuwangi, apalagi dari kesembilan bhikkhu tersebut ada putra daerah Banyuwangi. Jadi sekalian saja kepada mereka untuk melakukan pembinaan mental dan spiritual umat Banyuwangi,” ujar Bhante Joti.


Acara pengukuhan rupang Buddha juga diisi dengan berbagai pentas seni daerah Banyuwangi dan pertunjukan wayang kulit.


Peran Umat Buddha Kota dalam Membina Umat Buddha Pedesaan
Umat Buddha perkotaan bisa mempunyai peran penting dalam melakukan pembinaan umat Buddha pedesaan. Contoh nyata dalam pembangunan Vihara Dhamma Santi, umat Buddha perkotaan yang lebih matang secara ekonomi mempunyai peran besar dalam menyelesaikan sarana puja bakti. Meskipun tidak sedikit pula masyarakat desa yang ikut bergotong royong dalam melakukan pembangunan vihara ini.


Seperti yang dilukiskan oleh Jumani, bahwa pemugaran Vihara Dhamma Santi adalah hasil gotong royong umat Buddha se-Indonesia. “Dengan dikoordinir oleh Ci Aryadewi dan penyebaran informasi melalui website segenggamdaun.com yang dikoordinir oleh Yudi, maka bantuan berdatangan dari umat Buddha di seluruh negeri bahkan dari Singapura yaitu Ibu Kirana,” ujar Jumani.


Kepada BuddhaZine, Aryadewi mengaku bahwa dia mau membantu menggalang dana untuk pembangunan vihara di Banyuwangi karena ingin Buddha Dhamma berkembang. “Pada saat itu saya mempunyai banyak buku parita, saya bingung mau saya kasih ke siapa untuk dimanfaatkan. Jadi saya bertanya kepada Pak Handaka harus saya ke manakan buku tersebut. Dari situlah saya mengenal umat Buddha Banyuwangi dalam hal ini Jumani. Pada waktu tahun 2014, saya ke sana dan melihat viharanya sudah rusak parah. Dari situlah saya dan teman-teman berusaha menggalang dana untuk renovasi. Dua hari setelah menggalang dana, saya kenal Yudi (segenggamdaun.com) terus dikontak untuk menyebarkan informasi lewat internet. Dan hasilnya luar biasa banyak yang nyumbang, bukan hanya umat Buddha, kita juga dapat bantuan semen 10 sak dari gereja sekitar sekitar vihara,” ujar Aryadewi.


20160315 Vihara Dhamma Santi, Vihara Tertua di Banyuwangi Kini Tampil Megah 4 20160315 Vihara Dhamma Santi, Vihara Tertua di Banyuwangi Kini Tampil Megah 5


Namun dalam melakukan pembinaan umat di pedesaan tidak cukup hanya membangunkan sarana puja bakti. Pembangunan pendidikan, ekonomi dan pemahaman Buddha Dhamma juga merupakan hal yang penting. Oleh sebab itulah Aryadewi bersama keluarga membantu Bhante Tejapunnyo dalam melakukan pembinaan spiritual umat setiap bulan ke Banyuwangi.


“Kita juga ada alat musik dan mau cari guru musik untuk melatih terutama anak-anak muda supaya mereka semangat dalam aktivitas keagamaan Buddha. Selain itu, pendidikan itu sangat penting dan kita juga ingin bantu, seperti programnya Bhante Teja yang sudah berjalan. Beliau membuat acara perlombaan Dhamma khusus untuk anak sekolah minggu dan anak-anak muda setiap tiga bulan sekali dan kita mau bantu itu,” tambah Aryadewi.