Sariputta | Dhammapada | Kisah Kala, Putra Anathapindika Sariputta

Kisah Kala, Putra Anathapindika

lay
Kala, putra Anathapindika, selalu menghindar ketika Sang Buddha dan para bhikkhu rombonganNya datang berkunjung ke rumahnya.

Anathapindika khawatir jika putranya tetap bersikap seperti itu, ia akan terlahir kembali di salah satu alam yang rendah (apaya). Ia membujuk putranya dengan menjanjikan sejumlah uang. Anathapindika berjanji untuk memberikan sejumlah uang jika putranya berkenan pergi ke vihara dan berdiam di sana selama sehari pada saat hari uposatha. Putranya pergi ke vihara dan pulang kembali pada esok harinya, tanpa mendengarkan khotbah-khotbah. Ayahnya memberikan nasi kepadanya, tetapi daripada mengambil makanannya, ia terlebih dahulu menuntut untuk diberi uang.

Pada hari berikutnya, sang ayah berkata pada putranya, “Putraku, jika kamu mempelajari sebait syair dari Sang Buddha, saya akan memberimu sejumlah uang yang lebih banyak pada saat kau kembali.” Kemudian Kala pergi ke vihara, dan mengatakan kepada Sang Buddha bahwa ia ingin mempelajari sesuatu. Sang Buddha memberikannya sebuah syair pendek untuk dihafal luar kepala; dalam waktu yang singkat Beliau merasa bahwa si pemuda tidak mudah mengingatnya. Jadi, si pemuda harus mengulangi satu syair berulang kali. Karena ia harus mengulanginya berulang kali, pada akhirnya ia mengerti penuh tentang Dhamma dan mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Pagi-pagi sekali pada hari berikutnya, ia mengikuti Sang Buddha dan para bhikkhu menuju ke rumah orang tuanya. Tetapi pada hari itu, ia dengan diam-diam berharap, “Saya berharap ayahku tidak akan memberikan kepadaku sejumlah besar uang pada saat kehadiran Sang Buddha nanti. Saya tidak berharap Sang Buddha mengetahui bahwa saya berdiam di vihara hanya demi uang.”

Ayahnya memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu, dan juga kepadanya. Kemudian, ayahnya membawa sejumlah besar uang, dan menyuruh Kala untuk mengambil uang tersebut. Dengan terkejut Kala menolak. Ayahnya memaksa Kala untuk menerima uang itu, tetapi Kala tetap menolak. Kemudian, Anathapindika berkata kepada Sang Buddha, “Bhante, putra saya benar-benar berubah; sekarang ia berkelakuan sangat menyenangkan.” Kemudian ia menceritakan kepada Sang Buddha bagaimana ia membujuk putranya dengan uang agar putranya berkenan pergi ke vihara dan berdiam di sana pada saat hari uposatha, serta untuk mempelajari beberapa syair Dhamma.

Sang Buddha menjawab, “Anathapindika! Hari ini, putramu telah mencapai tingkat kesucian sotapatti, yang lebih baik daripada kekayaan kerajaan duniawi atau alam para dewa maupun alam para brahma.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 178 berikut:

Ada yang lebih baik
daripada kekuasaan mutlak atas bumi,
daripada pergi ke surga,
atau daripada memerintah seluruh dunia,
yakni hasil kemuliaan dari seorang suci
yang telah memenangkan arus (sotapatti-phala).

---------

Notes :

Mengapa mencapai tingkat kesucian sotapatti lebih baik daripada kekuasaan mutlak atas bumi, terlahir di alam surga, dll?
Menguasai ataupun memerintah seluruh muka bumi hanyalah kekuasaan sementara saja dalam kehidupan orang tersebut, dapat hilang setelah habisnya karma baik yang menyebabkan kekuasaan tersebut.

Terlahir di alam surga, walaupun sangat menyenangkan kehidupan disana, tetapi hal tersebut juga tidak kekal. Sebagian besar manusia mengira hidup di alam surga adalah kekal, karena memang jika dibandingkan dengan lamanya kehidupan manusia, hidup di surga terlihat lama sekali sehingga disalahpahami dianggap kekal. Sang Buddha dengan pengetahuanNya yang luar biasa telah menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya kehidupan di surga tidak kekal. Setelah karma baik yang menyebabkan kelahiran di alam surga habis, maka ia akan terlahir kembali di alam lain sesuai dengan karmanya. Bisa saja ia terlahir di alam manusia kembali, di alam rendah seperti alam neraka, alam peta, ataupun sebagai hewan.

Sedangkan, mencapai tingkat kesucian sotapatti berarti telah memasuki arus menuju Nibbana. Maksimal 7 kali kelahiran lagi maka orang yang bersangkutan akan mencapai tingkat kesucian arahat dan dapat merealisasi Nibbana.




Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com