Sariputta | Seorang ibu di Panti Jompo Sariputta

Seorang ibu di Panti Jompo

👁 1 View
2017-10-30 09:05:22

Dikisahkan oleh seorang bapak Pandita (kisah nyata seorang Buddhist Pembabar Dhamma)

1 hari saya pergi ke satu Rumah Panti Jompo,
Seorang sahabat meminta bantuan, agar saya dapat menyalurkan bantuan kepada orang miskin.

Saya belikan kain sarung,
Beli roti, dll,
saya pun pergi ke Panti Jompo yang saya kenal,
Tak usah saya sebut namanya,

Saat sampai kendaraan kami di perkarangan Panti Jompo tsb,
Tiba-tiba ada seorang ibu tua berlari dari asrama (panti) mendekati saya,
.
"Ye...
Ye...
Anak aku datang,
Anak aku datang,
Senangnya anak aku datang..."

Saya tak mengenal beliau siapa,
Ibu itu memeluk saya,
Dia cium saya,

0rang tua itu berkata...

"Nak...
Kenapa tinggalkan ibu disini nak,
Ibu mau pulang...
Ibu rindu rumah kita..."

Saya waktu itu...
Hampir tak bisa berkata-kata,
Amitofo
Saya coba mengucapkan kata...

"Bu..."

Saya pegang tanganya,
Saya lihat mukanya,
Dia bilang...

"Sampai hati nak,
Kau tak mengaku aku ini ibu kau..."

Bisa saya bayangkan,
Bagaimana perasan beliau begitu rindu pada anak nya,
Saya coba berpura-pura,
Seolah-olah saya anaknya, saya berkata...

"Bu...
Maafkan saya ya..."

Saya pegang tangannya, saya ajak duduk atas kursi,
Saya ambil roti, dll dan saya suapkan ke mulutnya,
Tak terasa menetes air mata dipipi,

Mencoba bayangkan,
Hati seorang ibu yang rindu kepada anaknya,
Bila kita anaknya,
Mengambilkan sepotong roti,
Kita suapkan kemulutnya,
Bagaimana perasaan beliau ?
Bagaimana perasan kita ?

Saya coba usap air matanya yang meleleh dipipi,
Dia pegang tangan saya,
Amithofo..
Saya bisa merasakan bagaimana perasaan beliau yang begitu rindu kepada anaknya,

Saat saya hendak pulang,
Dia pegang kaki saya sambil berkata...

"Nak...
Jangan tinggalkan ibu nak,
Ibu mau balik,
Ibu mau pulang..."

Akhirnya saya minta izin dengan pihak pengawas panti di situ,
Melihat data beliau ternyata anaknya ada 5 orang,
Yang paling besar
0rangnya memang kaya,
Punya nama besar,
Dan hebat orangnya,

Waktu saya izin pulang,
Dia pegang baju saya,
Dia bilang mau ikut saya pulang,
Saya bilang
"Di mobil ada banyak barang",
"Tak apa kata ibu itu,
Saya duduk sama barang-barang,
Itu"...

Akhirnya saya izin ke pengelola panti untuk membawa ibu itu selama 5 hari saja,

Pulang ke rumah saya, bernamaskara di altar buddha saya nien fo dan ibu ikut membaca di samping saya
Saya baca doa, selalu saya tengok air mata beliau jatuh,
Selesai doa kami duduk sambil minum bersama


"Bu...Maafkan saya ya..."

Waktu itu,
Saya tak membayangkan,
Kalau ibu saya sudah meninggal,
Tapi saya bayangkan ibu ini adalah ibu saya,
Sebab dia rindu pada anak-anaknya,

Di hari ketiga di rumah saya,
Waktu nien fo


Saya bilang...

"Bu...
Kenapa ibu lapisi tangan ibu ?,
2 hari yang lalu ibu salam,
Ibu tak lapisi tangan ibu dengan saya,
Kenapa hari ini ibu lapisi tangan ?"

Dia bilang...

"Pak Pandita
Kau bukan anak saya kan..."

Amithofo
Tiba-tiba dia sebut nama saya pak Pandita
Saya bilang...

"Kenapa ibu panggil saya Pandita
Saya anak ibu..."

Dia berkata...

"Bukan...
Kalau anak saya dia tak akan seperti ini,
Kalau anak saya dia tak akan jadi Pandita saya,
Kalau anak saya dia tak akan suap saya makan..."

Bayangkan sahabat-sahabat bagaimana perasaan ibu ini,
Spontan saya pegang dia,
Saya peluk dia,
Saya menangis,
Saya bilang...

"Bu...
Walaupun bukan ibu saya,
Tapi saya sayang ibu seperti ibu saya..."

Saya pegang tangan ibu ini...
Walaupun bukan ibu saya,
Tapi saya tahu hatinya sangat rindu dekat dengan anaknya,
Waktu itu saya pandang wajahnya,
Saya bilang...

"Bu...
Walaupun ibu saya telah tiada,
Tapi ibu boleh ganti menjadi ibu saya,
Ibu duduklah di sini..."

Saat makan,
Saya suapkan nasi ke mulutnya,
Dia muntahkan balik makan dari mulutnya,

Saya tanya...

"Kenapa bu ?"

Tiba-tiba saya lihat wajahnya pucat,
Saya angkat dia,
Panggil ambulan antar ke rumah sakit,

Waktu di RS,
Saya ambil kepalanya dan saya rebahkan ibu ini,
Dia pegang tangan saya dia berkata...

"Pak Pandita, kalau saya mati,
tolong jangan beritahu seorang pun anak saya,
Kalau saya sudah mati,
Jangan beritahu mereka di mana makam saya,
Kalau mereka tahu di mana kubur saya,
Jangan izinkan dia pegang batu nisan saya..."

Saya pegang beliau saya berkata...

"Bu...
Jangan ngomong seperti itu,
Bu..."

Isteri saya menangis di sebelah,
Anak saya menangis di sebelah memegang dia,
Kami pegang dia...

"Bu...
Jangan ngomong seperti itu,
Bu..."

Dia geleng kepala,
Rupa-rupanya itulah saat penghujung hayatnya,
Akhirnya dia pun meninggal di atas pangkuan saya di rumah sakit itu,

Dia meninggal dalam pelukan saya,
Saya doakan mudah-mudahan terlahir di alam bahagia

Sahabat,
Bila kita masih ada ibu,
Tolonglah taat pada ibu kita,
Jangan durhaka pada ibu kita,
Jangan tinggalkan dia di Panti Jompo,
Saat ibu kita sakit kita jaga dia,
Pijat-pijat kepala dan kaki ibu kita...

Sahabat-sahabat coba tanya ibu kita...

"Bagaimana penderitaan ibu saat mengandung saya dulu ?
Bagaimana sakitnya ibu saat melahirkan saya dulu ?"

Tanya ibu kita sahabat-sahabat sekalian...
Kalau kita tanya sudah tentu air mata ibu kita akan jatuh,
Karena itu sahabat-sahabat suapkanlah makanan pada ibu kita...

Sahabat-sahabat semua...
Selepas meninggal ibu ini, ternyata berita kematiannya sampai juga kepada anaknya yang sulung,
Anak dia terus telefon saya...

Apa anaknya bilang pada saya...

"Saya akan bawa anda ke pengadilan,
Saya akan tuntut anda telah membawa keluar ibu saya dari dari Panti Jompo"...

3 tahun dia titipkan ibunya di Panti, dia tak pergi lihat, sebab itu ibunya rindu, hingga ibu itu tak bisa membedakan saya dengan anaknya...

Akhirnya saya tunggu, tunggu punya tunggu tidak ada kabar hampir setahun lebih, saya pergi sharing dhamma di suatu di daerah China town, selesai saya ceramah, datanglah seorang lelaki memeluk saya,
menangis dalam ruangan. Orang dalam ruangan heran,
Ada apa ini,
Saya tanya pada dia...

"Pak,
Ada apa ini ?
Ada masalah apa...?"

Dia berkata dalam keadaan menangis...

Bapak Pandita, tolong kasih tahu di mana makam ibu saya
Tolong kasih tahu di mana kubur ibu saya ?"...

Saya bilang...

"Kenapa hari ini baru tanya kubur ibu kamu ?"...

Dia bilang...

"Tolonglah bapak Pandita.
Saya mau jumpa ibu saya, bapak Pandita.
Sayalah anak ibu itu yang mau menuntut bapak Pandita saat itu...
Saya sekarang ini sudah bangkrut pendeta
Isteri saya mati kecelakaan,
Rumah disita bank,
Mobil mewah saya semua dah disita bank,
Tinggal 1 saja,
Motor tua itu..."

Saya berkata...

"Saya bisa tunjukkan makam ibu kamu,
Tapi dengan 1 syarat,
Kamu jangan pegang batu nisan ibu kamu..."

Sampai di pemakaman,
Tak sempat saya turun dari mobil,
Dia turun duluan,
Saya lihat didepan mata saya sendiri dia jatuh tersungkur tangan nya menjadi hitam,
Mulutnya tertarik sebelah yang tadi awalnya tangan dan mulutnya baik-baik saja,
Sambil memanggil-manggil...

"Ibu...
Ibuuu...
Ibuuuuu..."

Tiba-tiba saya angkat dia tak jauh dari makam ibunya belum sampai ke kubur ibunya,
Dia sudah hembuskan nafas terakhir disamping makam ibunya...

Amithofo ....

Mengucap panjang saya...
Hukum karma menunjukkan kepada saya,
Dikehidupan ini balasan anak yang durhaka pada ibu dan ayahnya,

Semoga kisah ini menjadi pelajaran di luar sana,
Ambillah hikmah dari kisah di atas,.

"Dan apabila mata ibumu sudah tertutup,
Maka hilanglah satu keberkatan disisi buddha
Yaitu doa seorang ibu"'

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com